PPKM dan Omicron
loading...
A
A
A
Telemedis
Pengalaman Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa angka kematian secara total juga cukup tinggi. Dalam hal ini, kita tentu amat berduka melihat berita 83 warga kita wafat akibat Covid-19 pada 8 Februari 2022, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan YME. Sebulan sebelumnya, pada 8 Januari 2022 tercatat ada 6 orang yang meninggal akibat Covid-19, artinya angka kematian harian naik lebih dari 10 kali lipat. Dengan peningkatan yang tajam dalam sebulan ini maka tentu akan baik kalau dilakukan analisa mendalam setidaknya dari dua aspek. Pertama tentang varian yang berhubungan dengan peningkatan angka kematiani ini apakah memang karena varian Omicron atau mungkin masih ada akibat varian Delta atau yang lain. Hasil analisa menjelaskan tentang varian mana yang memengaruhi peningkatan angka kematian tentu mungkin akan dapat memengaruhi kebijakan pengendalian dan juga mitigasi kita di hari-hari mendatang, agar dapat disesuaikan dengan lebih tepat.
Aspek kedua, akan baik kalau dilakukan audit untuk mengetahui penyebab kematian (“cause of death -COD”), katakanlah sejak 16 Desember 2021 di mana kasus Omicron pertama dilaporkan. Seperti yang biasa dilakukan maka mungkin dapat dianalisa kelompok umur yang wafat, ada tidaknya komorbid dan kalau ada maka apa jenisnya, status vaksinasi dll. Hal yang juga penting adalah di mana tempat meninggalnya, apakah di rumah sakit atau di rumah. Data yang didapat akan punya dampak klinik bagaimana penanganan pasien gawat dan juga dampak kebijakan kapan pasien harus masuk rumah sakit, atau bentuk kebijakan lainnya.
Sehubungan antisipasi peningkatan kasus maka pemerintah menganjurkan agar mereka yang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan untuk diisolasi mandiri di rumah saja, dan akan ditunjang dengan pelayanan telemedis. Melihat perkembangan dalam beberapa hari ini maka ada tiga usulan untuk lebih meningkatkan pelayanan telemedis kita. Pertama, sebaiknya konsultasi dengan dokter telemedis tidak hanya di hari pertama saja, tetapi setiap hari selama masa isolasi mandiri. Ini diperlukan untuk memonitor perkembangan keluhan pasien dari hari ke hari dan juga evaluasi terhadap obat yang dikonsumsi. Kedua, setidaknya pada konsultasi pertama maka seyogianya juga melibatkan keluarga yang sehari-hari menangani pasien. Kepada keluarga perlu dijelaskan apa yang harus mereka lakukan dalam merawat pasien di rumah ini, yang seringkali bukan masalah mudah.
Hal ketiga, selain pemberian obat maka harus dipikirkan juga bagaimana ketersediaan alat kesehatan untuk memantau keadaan kesehatan. Termometer dan tensimeter mungkin banyak keluarga yang memilikinya, tetapi alat oximetri untuk menilai saturasi oksigen baik kalau dapat dipinjamkan oleh puskesmas atau Satgas Covid-19 di lingkungan pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Lihat Juga: Serahkan Puskestren ke Ponpes Al Ishlah, Caleg Oni Suwarman: Tanda Perindo Peduli Pesantren
Pengalaman Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa angka kematian secara total juga cukup tinggi. Dalam hal ini, kita tentu amat berduka melihat berita 83 warga kita wafat akibat Covid-19 pada 8 Februari 2022, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan YME. Sebulan sebelumnya, pada 8 Januari 2022 tercatat ada 6 orang yang meninggal akibat Covid-19, artinya angka kematian harian naik lebih dari 10 kali lipat. Dengan peningkatan yang tajam dalam sebulan ini maka tentu akan baik kalau dilakukan analisa mendalam setidaknya dari dua aspek. Pertama tentang varian yang berhubungan dengan peningkatan angka kematiani ini apakah memang karena varian Omicron atau mungkin masih ada akibat varian Delta atau yang lain. Hasil analisa menjelaskan tentang varian mana yang memengaruhi peningkatan angka kematian tentu mungkin akan dapat memengaruhi kebijakan pengendalian dan juga mitigasi kita di hari-hari mendatang, agar dapat disesuaikan dengan lebih tepat.
Aspek kedua, akan baik kalau dilakukan audit untuk mengetahui penyebab kematian (“cause of death -COD”), katakanlah sejak 16 Desember 2021 di mana kasus Omicron pertama dilaporkan. Seperti yang biasa dilakukan maka mungkin dapat dianalisa kelompok umur yang wafat, ada tidaknya komorbid dan kalau ada maka apa jenisnya, status vaksinasi dll. Hal yang juga penting adalah di mana tempat meninggalnya, apakah di rumah sakit atau di rumah. Data yang didapat akan punya dampak klinik bagaimana penanganan pasien gawat dan juga dampak kebijakan kapan pasien harus masuk rumah sakit, atau bentuk kebijakan lainnya.
Sehubungan antisipasi peningkatan kasus maka pemerintah menganjurkan agar mereka yang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan untuk diisolasi mandiri di rumah saja, dan akan ditunjang dengan pelayanan telemedis. Melihat perkembangan dalam beberapa hari ini maka ada tiga usulan untuk lebih meningkatkan pelayanan telemedis kita. Pertama, sebaiknya konsultasi dengan dokter telemedis tidak hanya di hari pertama saja, tetapi setiap hari selama masa isolasi mandiri. Ini diperlukan untuk memonitor perkembangan keluhan pasien dari hari ke hari dan juga evaluasi terhadap obat yang dikonsumsi. Kedua, setidaknya pada konsultasi pertama maka seyogianya juga melibatkan keluarga yang sehari-hari menangani pasien. Kepada keluarga perlu dijelaskan apa yang harus mereka lakukan dalam merawat pasien di rumah ini, yang seringkali bukan masalah mudah.
Hal ketiga, selain pemberian obat maka harus dipikirkan juga bagaimana ketersediaan alat kesehatan untuk memantau keadaan kesehatan. Termometer dan tensimeter mungkin banyak keluarga yang memilikinya, tetapi alat oximetri untuk menilai saturasi oksigen baik kalau dapat dipinjamkan oleh puskesmas atau Satgas Covid-19 di lingkungan pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Lihat Juga: Serahkan Puskestren ke Ponpes Al Ishlah, Caleg Oni Suwarman: Tanda Perindo Peduli Pesantren
(bmm)