Keajaiban Doa Ibu! Prajurit dari Keluarga Sederhana Ini Sukses Jadi Jenderal Kopassus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ucapan seorang ibu berpuluh tahun silam menjadi doa yang terwujud. Tak dinyana, sepenggal kalimat telah mengantarkan sang anak menjadi jenderal TNI cukup yang disegani. Seorang perwira tinggi bersahaja yang pernah menjabat Danjen Kopassus , kemudian KSAD.
Sang putera tersebut adalah Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadisiswoyo. Tentara berkumis lebat yang dijuluki Bima itu mengenang perjalanan hidup dan kesuksesan kariernya tak lepas dari doa tulus dari kedua orang tua, yakni pasanan Yakub Hadisiswoyo dan Sukiyah.
Lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Subagyo memutuskan untuk masuk Akabri selepas dari bangku sekolah menengah atas. Keputusannya itu ternyata didasari alasan sangat sederhana.
Pertama, masuk sekolah tentara tidak perlu membayar dan justru mendapat uang saku. Kedua, setelah lulus bisa langsung bekerja. Ketika awal tes awal Akabri, Subagyo mengaku ingin mengabdi pada bangsa dan negara melalui ABRI saat ditanya alasan mendaftar. Padahal sesunggunya tidak demikian.
“Pikiran saya dulu, kalau jadi tentara akan terlihat lebih gagah. Sederhana sekali memang. Tapi karena saya orang desa, pemikirannya memang demikian,” kata Subagyo dalam buku ‘Subagyo HS KASAD dari Piyungan’ karya Carmelita Sukmawati, dikutip Rabu (22/12/2021).
Anak ketiga dari lima bersaudara ini mengisahkan, masuk Akabri juga atas dorongan sang ayah. Tidak banyak orang tahu, semula Subagyo mendaftar Akabri Laut (kini Akademi Angkatan Laut) di Surabaya. Namun, sang ayah kurang berkenan. Kenapa?
Yakub Hadisiswoyo ternyata khawatir apabila suatu saat diterima jadi anggota TNI AL, Subagyo tidak dapat sholat menghadap kiblat ketika sedang dinas di atas kapal laut. Tentu saja ketika itu sang ayah belum mengerti tentang adanya kompas, alat navigasi, yang dapat menunjukkan arah mata angin di mana pun.
“Dia juga tidak tahu kalau dalam kapal orang bisa menghadap ke arah yang tidak selalu sama denan arah jalannya kapal,” katanya.
Sang putera tersebut adalah Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadisiswoyo. Tentara berkumis lebat yang dijuluki Bima itu mengenang perjalanan hidup dan kesuksesan kariernya tak lepas dari doa tulus dari kedua orang tua, yakni pasanan Yakub Hadisiswoyo dan Sukiyah.
Lahir pada 12 Juni 1946 di Desa Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Subagyo memutuskan untuk masuk Akabri selepas dari bangku sekolah menengah atas. Keputusannya itu ternyata didasari alasan sangat sederhana.
Pertama, masuk sekolah tentara tidak perlu membayar dan justru mendapat uang saku. Kedua, setelah lulus bisa langsung bekerja. Ketika awal tes awal Akabri, Subagyo mengaku ingin mengabdi pada bangsa dan negara melalui ABRI saat ditanya alasan mendaftar. Padahal sesunggunya tidak demikian.
“Pikiran saya dulu, kalau jadi tentara akan terlihat lebih gagah. Sederhana sekali memang. Tapi karena saya orang desa, pemikirannya memang demikian,” kata Subagyo dalam buku ‘Subagyo HS KASAD dari Piyungan’ karya Carmelita Sukmawati, dikutip Rabu (22/12/2021).
Anak ketiga dari lima bersaudara ini mengisahkan, masuk Akabri juga atas dorongan sang ayah. Tidak banyak orang tahu, semula Subagyo mendaftar Akabri Laut (kini Akademi Angkatan Laut) di Surabaya. Namun, sang ayah kurang berkenan. Kenapa?
Baca Juga
Yakub Hadisiswoyo ternyata khawatir apabila suatu saat diterima jadi anggota TNI AL, Subagyo tidak dapat sholat menghadap kiblat ketika sedang dinas di atas kapal laut. Tentu saja ketika itu sang ayah belum mengerti tentang adanya kompas, alat navigasi, yang dapat menunjukkan arah mata angin di mana pun.
“Dia juga tidak tahu kalau dalam kapal orang bisa menghadap ke arah yang tidak selalu sama denan arah jalannya kapal,” katanya.