Tahun 2021, Keberhasilan Bersama Melewati Masa Paling Sulit
loading...
A
A
A
Di dalam negeri, lonjakan jumlah pasien pada periode sulit itu menghadirkan tekanan teramat serius bagi layanan kesehatan di dalam negeri. Pada pekan pertama Juli 2021, pemanfaatan ruang isolasi pasien korona meningkat 76% dan penggunaan ruang ICU naik 69%. Bahkan, sejumlah kabupaten/kota mencatat tingkat hunian rumah sakit atau BOR (bed occupancy rate) pasien Covid-19 lebih dari 100%.
Karena jumlah tenaga kesehatan terbatas atau tak sebanding dengan jumlah pasien, banyak pasien tak terlayani. Gambarannya semakin mengerikan karena lonjakan jumlah pasien menyebabkan ragam alat kesehatan dan faktor penunjang lainnya menjadi langka, mulai dari APD (alat pelindung diri), obat-obatan, oksigen hingga peti jenazah
Belum lagi sejumlah tenaga kesehatan juga terpapar Covid-19. Juni 2021, beberapa organisasi tenaga kesehatan mengumumkan, tidak kurang dari 1.031 tenaga kesehatan gugur selama pandemi Covid-19. PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) mencatat 702 perawat meninggal. Sedangkan dokter yang meninggal berjumlah 545.
Namun, berkat pengabdian tak kenal dari segenap jajaran tenaga kesehatan, didukung ketegaran pemerintah bersama TNI-Polri memberlakukan pembatasan sosial, keadaan paling sulit itu secara bertahap bisa dikendalikan.
Kerja keras nakes berhasil menyembuhkan 4,1 juta pasien, dan kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan mempersempit ruang penularan Covid-19 di dalam negeri.
Percepatan vaksinasi juga berkontribusi mewujudkan suasana yang makin kondusif. Berangsur-angsur, dinamika kehidupan mulai pulih dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Tak terbantahkan bahwa masyarakat Indonesia sudah berhasil melewati periode paling sulit pada 2021 ini. Namun, dalam konteks pandemi Covid-19, masalah dan tantangan masih menghadang. Apalagi dengan munculnya virus korona varian Omicron.
Selain faktor pandemi Covid-19, aspek lain yang juga patut disikapi dan diwaspadai adalah gejolak alam akibat perubahan iklim.
Mendekati akhir 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 2.552 peristiwa bencana alam di dalam negeri. Dampaknya pun sangat memprihatinkan. Sejak Januari hingga November 2021, tak kurang dari 7.522.866 orang harus mengungsi dan ratusan korban meninggal dunia. Puluhan orang lainnya dinyatakan hilang. Belum lagi kerugian materil karena rusaknya properti milik warga. Bisa dipastikan bahwa banjir Bandang di Batu, Malang, hingga erupsi Gunung Semeru di Lumajang menimbulkan nilai kerusakan yang tidak kecil.
Suka duka Indonesia yang silih berganti sepanjang 2021 hendaknya menjadi catatan khusus bagi generasi penerus, utamanya generasi Alfa dan Generasi Z. Pesan utamanya adalah kebersamaan dan persatuan akan memampukan komunitas bangsa menghadapi serta mengatasi masalah dan situasi yang paling sulit sekali pun.
Karena jumlah tenaga kesehatan terbatas atau tak sebanding dengan jumlah pasien, banyak pasien tak terlayani. Gambarannya semakin mengerikan karena lonjakan jumlah pasien menyebabkan ragam alat kesehatan dan faktor penunjang lainnya menjadi langka, mulai dari APD (alat pelindung diri), obat-obatan, oksigen hingga peti jenazah
Belum lagi sejumlah tenaga kesehatan juga terpapar Covid-19. Juni 2021, beberapa organisasi tenaga kesehatan mengumumkan, tidak kurang dari 1.031 tenaga kesehatan gugur selama pandemi Covid-19. PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) mencatat 702 perawat meninggal. Sedangkan dokter yang meninggal berjumlah 545.
Namun, berkat pengabdian tak kenal dari segenap jajaran tenaga kesehatan, didukung ketegaran pemerintah bersama TNI-Polri memberlakukan pembatasan sosial, keadaan paling sulit itu secara bertahap bisa dikendalikan.
Kerja keras nakes berhasil menyembuhkan 4,1 juta pasien, dan kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan mempersempit ruang penularan Covid-19 di dalam negeri.
Percepatan vaksinasi juga berkontribusi mewujudkan suasana yang makin kondusif. Berangsur-angsur, dinamika kehidupan mulai pulih dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Tak terbantahkan bahwa masyarakat Indonesia sudah berhasil melewati periode paling sulit pada 2021 ini. Namun, dalam konteks pandemi Covid-19, masalah dan tantangan masih menghadang. Apalagi dengan munculnya virus korona varian Omicron.
Selain faktor pandemi Covid-19, aspek lain yang juga patut disikapi dan diwaspadai adalah gejolak alam akibat perubahan iklim.
Mendekati akhir 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 2.552 peristiwa bencana alam di dalam negeri. Dampaknya pun sangat memprihatinkan. Sejak Januari hingga November 2021, tak kurang dari 7.522.866 orang harus mengungsi dan ratusan korban meninggal dunia. Puluhan orang lainnya dinyatakan hilang. Belum lagi kerugian materil karena rusaknya properti milik warga. Bisa dipastikan bahwa banjir Bandang di Batu, Malang, hingga erupsi Gunung Semeru di Lumajang menimbulkan nilai kerusakan yang tidak kecil.
Suka duka Indonesia yang silih berganti sepanjang 2021 hendaknya menjadi catatan khusus bagi generasi penerus, utamanya generasi Alfa dan Generasi Z. Pesan utamanya adalah kebersamaan dan persatuan akan memampukan komunitas bangsa menghadapi serta mengatasi masalah dan situasi yang paling sulit sekali pun.