Ketua DPD RI: SDM Sektor Pertanian Jadi PR Besar Pemerintah
loading...
A
A
A
SUKABUMI - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan Indonesia memiliki lahan yang sangat luas namun belum diolah secara maksimal. Oleh karena itu, LaNyalla menilai perlu adanya penumbuhan pekerja di sektor pertanian dengan kualitas mumpuni.
"Kita memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak, namun SDM yang mumpuni untuk mengolah lahan yang luas masih menjadi PR bagi kita," kata LaNyalla di sela-sela kunjungan kerja ke Sukabumi, Rabu (1/12/2021).
Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, jumlah petani yang menggarap sawah dan ladang makin lama makin berkurang jumlahnya. Hal ini seiring dengan perubahan paradigma bahwa pekerjaan petani adalah pekerjaan orang tua dan berkotor-kotoran.
Menurutnya, paradigma tersebut harus diubah. Sebab jika tidak, bukan tak mungkin akan menjadi persoalan besar bagi bangsa ini ke depannya. Untuk itu, harus ada treatment khusus agar anak-anak muda mau terjun ke dunia pertanian.
"Paradigma ini bisa menjadi bumerang bagi sektor pertanian kita, terutama persawahan yang memproduksi beras sebagai makanan pokok kita. Perlu ada upaya yang serius bagi pemerintah untuk menumbuhkan minat petani milenial yang dipersiapkan mengganti petani kita yang telah sepuh," ujar LaNyalla.
Menurutnya, perlu dilakukan treatment agar milenial lebih tertarik menggarap lahan. Salah satunya seperti penggunaan teknologi pangan, semisalnya robot pembajak sawah, robot penebar pupuk dan model-model bertani yang produktif.
LaNyalla meminta kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk terus mengadaptasi diri dengan era 4.0 yang mengupayakan pertanian menggunakan inovasi teknologi dan mekanisasi. "Di era 4.0 ini sudah banyak teknologi yang tercipta, termasuk di sektor pertanian, di mana mengolah pertanian kini tak lagi identik diupayakan secara tradisional. Semua bisa dilakukan dengan inovasi teknologi dan mekanisasi," tutur dia.
Selain itu, LaNyalla meminta Kementerian Pertanian juga memberikan stimulus agar anak-anak muda tertarik menggeluti sektor pertanian. "Stimulus itu bisa berupa permodalan, teknologi, akses pasar dan lain sebagainya. Jadi memang harus dipersiapkan agar produk pertanian kita memiliki saluran yang sudah siap untuk menampungnya," ucap LaNyalla.
"Kita memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak, namun SDM yang mumpuni untuk mengolah lahan yang luas masih menjadi PR bagi kita," kata LaNyalla di sela-sela kunjungan kerja ke Sukabumi, Rabu (1/12/2021).
Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, jumlah petani yang menggarap sawah dan ladang makin lama makin berkurang jumlahnya. Hal ini seiring dengan perubahan paradigma bahwa pekerjaan petani adalah pekerjaan orang tua dan berkotor-kotoran.
Baca Juga
Menurutnya, paradigma tersebut harus diubah. Sebab jika tidak, bukan tak mungkin akan menjadi persoalan besar bagi bangsa ini ke depannya. Untuk itu, harus ada treatment khusus agar anak-anak muda mau terjun ke dunia pertanian.
"Paradigma ini bisa menjadi bumerang bagi sektor pertanian kita, terutama persawahan yang memproduksi beras sebagai makanan pokok kita. Perlu ada upaya yang serius bagi pemerintah untuk menumbuhkan minat petani milenial yang dipersiapkan mengganti petani kita yang telah sepuh," ujar LaNyalla.
Menurutnya, perlu dilakukan treatment agar milenial lebih tertarik menggarap lahan. Salah satunya seperti penggunaan teknologi pangan, semisalnya robot pembajak sawah, robot penebar pupuk dan model-model bertani yang produktif.
LaNyalla meminta kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk terus mengadaptasi diri dengan era 4.0 yang mengupayakan pertanian menggunakan inovasi teknologi dan mekanisasi. "Di era 4.0 ini sudah banyak teknologi yang tercipta, termasuk di sektor pertanian, di mana mengolah pertanian kini tak lagi identik diupayakan secara tradisional. Semua bisa dilakukan dengan inovasi teknologi dan mekanisasi," tutur dia.
Selain itu, LaNyalla meminta Kementerian Pertanian juga memberikan stimulus agar anak-anak muda tertarik menggeluti sektor pertanian. "Stimulus itu bisa berupa permodalan, teknologi, akses pasar dan lain sebagainya. Jadi memang harus dipersiapkan agar produk pertanian kita memiliki saluran yang sudah siap untuk menampungnya," ucap LaNyalla.
(cip)