Kala Mural Bicara Ekspresi yang Privat pun yang Komunal, Rizal Ramli: Kok Kejahatan????
loading...
A
A
A
Lukisan di kanvas karya para seniman yang membuat mural. foto/hendri irawan-koran sindo
Sementara itu, seniman Hana Madness mengakui, dengan melukis dirinya menemukan gairah luar biasa dan kehidupan baru. Apalagi saat melukis langsung bersama seniman lainnya, seperti melukis mural bersama para seniman jalanan di lokasi pameran mural “ON & OFF PRESSURE”. "Di sini, akhirnya saya mengerti bahwa seni-lah yang menyelamatkan saya,” kata Hana.
Dulunya, orang-orang di sekeliling Hana, menganggap Hana mengalami gangguan kejiwaan dan mental serta pengalaman masa lalu yang buruk. Kini, Hana dikenal melalui warna-warnanya yang begitu cerah dan komikal. Proses berkaryanya mengambil inspirasi dari pengalaman pribadi dirinya yang dekat dengan isu-isu kesehatan jiwa. Dalam hal ini, street art menjadi wilayah yang dimanfaatkan sebagai media terapi untuk berekspresi. “Kini semua berbalik. Keluarga dalam hal ini orang tua saya yang dulunya sangat melarang, sekarang malah mendukung aktivitas saya dalam berkesenian terutama melukis,” ujar Hana.
baca juga: Berpesan dengan Mural
Kurator acara, Bambang Asrini menjelaskan helatan karya outdoor yang digagas para seniman jalanan, untuk merayakan tak adanya tekanan apapun atau tekanan positif/energi yang menyala bagi mereka bersama untuk berkarya! ON/OFF adalah simbolisasi sebuah saklar memati-hidupkan proses berkreasi seniman jalanan. Dalam konteks polemik nasional beberapa bulan terakhir (Juli-Agustus-September 2021), bahwa seni jalanan distigma sebagai aksi “vandalisme”.
Lukisan mural di salah satu tembok bangunan. foto/hendri irawan-koran sindo
“Karya-karya itu juga sempat disampirkan dalam isu politik yang kental. Maka, helatan acara ini ingin menyampaikan pesan bersama bahwa seni jalanan hadir secara majemuk, merdeka dan memang sebagai jedah atas intervensi seni di ruang-ruang publik yang setara,” kata Bambang.
baca juga: Mural Kritik Pemerintah Dihapus, Wagub DKI: Jangan Buat Ajakan Melanggar Aturan
Menurut Bambang, mereka - para seniman jalanan itu, secara psikis dan alamiah menginisiasi untuk menyampaikan pernyataan esensial tentang ekspresi-ekspresi yang privat pun yang komunal. Seniman street art ini niscaya terhubung dengan isu apapun, dari pengalaman personal yang abstrak, politik, lingkungan hidup, keadilan sosial, popularitas dalam kehidupan urban dan konsumerisme (isu urban life) sampai kusutnya kehidupan kota besar dalam ruang kesetaraan warga. Tak ada tekanan apapun bagi seniman-seniman ini untuk bebas berkarya dan memilih konten ekspresi estetik mereka!
Seniman Armand Jamparing. foto/hendri irawan-koran sindo