Hasto: Ada yang Ingin Membelah PDIP, Tidak Sabar Usung Capres di Pilpres 2024
loading...

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya menyadari ada yang berusaha memanfaatkan isu pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Foto/SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya menyadari ada yang berusaha memanfaatkan isu pemilihan presiden (Pilpres) 2024 . Khususnya menyangkut isu calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres).
Hasto memantau ada pihak-pihak yang ingin merusak tatanan di internal partai dan pihak yang tak sabar memastikan kandidat yang akan diusung di Pilpres 2024. Padahal, kata dia, PDIP melihat pihak-pihak demikian sama saja berarti tidak memiliki etika dan ingin melangkahi kewenangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Baca juga: PDIP Sebut Ideologi Pancasila Jadi Dasar Hadapi Turbulensi Peradaban
Hasto mengingatkan bahwa adalah kebiasaan dan budaya di PDIP telah dibangun oleh Megawati Soekarnoputri. Presiden ke-5 RI itu disebutnya selalu memikirkan kepentingan bangsa dan negara. Sehingga selalu berusaha bertangan dingin. Hasilnya, cara PDIP yang dibangun Megawati telah menciptakan pemimpin-pemimpin yang andal melalui proses kaderisasi.
"Lalu, sepertinya ada yang ingin membelah partai, tidak sabar berkaitan dengan capres-cawapres," ujar Hasto saat membuka acara pelatihan kebencanaan dengan tema La Nina, Fenomena, dan Dampaknya di Kantor Pusat PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (27/10/2021).
Selain itu, Hasto mengatakan pihaknya memantau ada juga upaya untuk mengangkat-angkat kampanye negatif dan terkadang bahkan fitnah terhadap partainya. "Ada berbagai bentuk untuk men-downgrade hanya karena elektoral PDI Perjuangan setiap survei itu selalu tertinggi. Padahal itu kan adalah hasil, melalui sesuatu kerja organisasi, termasuk melalui kerja Baguna," jelasnya.
Menurut Hasto, pihak-pihak itu juga menyerang kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengatasi isu pandemi Covid-19. Megawati, kata Hasto, juga ikut diserang melalui isu Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hasto bahkan sampai harus memberi respons untuk mengklarifikasi. Baginya, hal seperti ini hanya membuang-buang energi anak bangsa. "Padahal seharusnya kita berlomba untuk menghasilkan prestasi bagi atlet-atlet kita di PON Papua. Mereka berlomba kejar prestasi, ada wasit, ada taat pada aturan main," tutur Hasto.
Dilanjutkan Hasto, menjadi aneh ketika bahkan lembaga penyelenggara pemilu belum menentukan jadwal pemilu, namun sudah ada yang memaksa agar nama calon dipastikan. Dia lalu memberi ilustrasi berupa permainan sepak bola.
Di mana terdapat wasit yang membuka pertandingan. Ketika wasit belum membuka pertandingan, namun pemain sudah menendang bola ke gawang, tak bisa dianggap sebagai gol. Bahkan itu bisa dianggap sebagai pelanggaran.
Situasi itu juga mirip dengan upaya pihak-pihak yang memaksa PDIP segera mengumumkan calon yang akan diusung di Pilpres nanti. "Dalam capres-cawapres sepertinya, kan seperti itu. Wasitnya saja, KPU, belum menyusun tahapan pemilu, eh sudah ada yang mendorong dimasukkan ke gawang," kata Hasto.
Karena itu, Hasto menilai harusnya pelaku politik di Indonesia menyerap energi positif olahraga itu demi kebaikan bangsa. Politikus asal Yogyakarta itu tidak ingin ada pihak-pihak yang terburu-buru dan grusa-grusu untuk urusan pemimpin.
"Padahal banyak sekali yang bisa kita bahas daripada sekadar soal pilpres. Seperti persoalan bagaimana rakyat Indonesia menghadapi kemungkinan terjadinya bencana akibat banjir, tanah longsor yang sering terjadi," jelas Hasto. Baca juga: Sekjen PDIP Ajak Publik Kaji Pemerintahan SBY, Demokrat: Upaya Tutupi Kegagalan
"Kita, kata Bu Mega, tak pernah belajar dari persoalan-persoalan bencana yang terjadi sebelumnya. Kalau terjadi bencana, baru semua heboh menganalisis, bahwa ini akibat proses penggundulan hutan. Tetapi habis bencana selesai, dilupakan," pungkasnya.
Hasto memantau ada pihak-pihak yang ingin merusak tatanan di internal partai dan pihak yang tak sabar memastikan kandidat yang akan diusung di Pilpres 2024. Padahal, kata dia, PDIP melihat pihak-pihak demikian sama saja berarti tidak memiliki etika dan ingin melangkahi kewenangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Baca juga: PDIP Sebut Ideologi Pancasila Jadi Dasar Hadapi Turbulensi Peradaban
Hasto mengingatkan bahwa adalah kebiasaan dan budaya di PDIP telah dibangun oleh Megawati Soekarnoputri. Presiden ke-5 RI itu disebutnya selalu memikirkan kepentingan bangsa dan negara. Sehingga selalu berusaha bertangan dingin. Hasilnya, cara PDIP yang dibangun Megawati telah menciptakan pemimpin-pemimpin yang andal melalui proses kaderisasi.
"Lalu, sepertinya ada yang ingin membelah partai, tidak sabar berkaitan dengan capres-cawapres," ujar Hasto saat membuka acara pelatihan kebencanaan dengan tema La Nina, Fenomena, dan Dampaknya di Kantor Pusat PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (27/10/2021).
Selain itu, Hasto mengatakan pihaknya memantau ada juga upaya untuk mengangkat-angkat kampanye negatif dan terkadang bahkan fitnah terhadap partainya. "Ada berbagai bentuk untuk men-downgrade hanya karena elektoral PDI Perjuangan setiap survei itu selalu tertinggi. Padahal itu kan adalah hasil, melalui sesuatu kerja organisasi, termasuk melalui kerja Baguna," jelasnya.
Menurut Hasto, pihak-pihak itu juga menyerang kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengatasi isu pandemi Covid-19. Megawati, kata Hasto, juga ikut diserang melalui isu Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hasto bahkan sampai harus memberi respons untuk mengklarifikasi. Baginya, hal seperti ini hanya membuang-buang energi anak bangsa. "Padahal seharusnya kita berlomba untuk menghasilkan prestasi bagi atlet-atlet kita di PON Papua. Mereka berlomba kejar prestasi, ada wasit, ada taat pada aturan main," tutur Hasto.
Dilanjutkan Hasto, menjadi aneh ketika bahkan lembaga penyelenggara pemilu belum menentukan jadwal pemilu, namun sudah ada yang memaksa agar nama calon dipastikan. Dia lalu memberi ilustrasi berupa permainan sepak bola.
Di mana terdapat wasit yang membuka pertandingan. Ketika wasit belum membuka pertandingan, namun pemain sudah menendang bola ke gawang, tak bisa dianggap sebagai gol. Bahkan itu bisa dianggap sebagai pelanggaran.
Situasi itu juga mirip dengan upaya pihak-pihak yang memaksa PDIP segera mengumumkan calon yang akan diusung di Pilpres nanti. "Dalam capres-cawapres sepertinya, kan seperti itu. Wasitnya saja, KPU, belum menyusun tahapan pemilu, eh sudah ada yang mendorong dimasukkan ke gawang," kata Hasto.
Karena itu, Hasto menilai harusnya pelaku politik di Indonesia menyerap energi positif olahraga itu demi kebaikan bangsa. Politikus asal Yogyakarta itu tidak ingin ada pihak-pihak yang terburu-buru dan grusa-grusu untuk urusan pemimpin.
"Padahal banyak sekali yang bisa kita bahas daripada sekadar soal pilpres. Seperti persoalan bagaimana rakyat Indonesia menghadapi kemungkinan terjadinya bencana akibat banjir, tanah longsor yang sering terjadi," jelas Hasto. Baca juga: Sekjen PDIP Ajak Publik Kaji Pemerintahan SBY, Demokrat: Upaya Tutupi Kegagalan
"Kita, kata Bu Mega, tak pernah belajar dari persoalan-persoalan bencana yang terjadi sebelumnya. Kalau terjadi bencana, baru semua heboh menganalisis, bahwa ini akibat proses penggundulan hutan. Tetapi habis bencana selesai, dilupakan," pungkasnya.
(kri)
Lihat Juga :