Laut China Selatan Memanas, Ini Kekuatan Militer TNI yang Digelar di Natuna

Senin, 25 Oktober 2021 - 09:36 WIB
loading...
Laut China Selatan Memanas,...
Militer Indonesia terus membangun kekuatannya di Natuna. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Militer Indonesia terus membangun kekuatannya di Natuna. Kebijakan itu sebagai upaya antisipasi terjadinya perang di kawasan menyusul memanasnya situasi di perairan Laut China Selatan (LCS).

Seperti diketahui, klaim sepihak China terhadap LCS memicu ketegangan dengan sejumlah negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Brunei Darusalam. Sikap China yang tidak mematuhi keputusan Arbitrase Mahkamah PBB juga memicu ketegangan dengan Taiwan, Jepang, Australia, Inggris, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat yang selama ini mengusung kebebasan navigasi di perairan tersebut.

Bahkan, untuk meredam dan membendung hegemoni China di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat bersama Inggris dan Australia membentuk pakta pertahanan baru bernama AUKUS. Di mana dalam fakta AUKUS ini memberi akses Australia ke pembuatan kapal selam nuklir dan rudal jarak jauh berteknologi Amerika Serikat.

Meski Indonesia tidak masuk dalam pusaran konflik di perairan tersebut, adanya perebutan kepentingan antara dua negara besar bukan tidak mungkin akan memberikan dampak kepada Indonesia. Terbukti, tidak jarang kapal-kapal China terlibat gesekan dengan armada tempur TNI AL di perairan Natuna utara yang berbatasan dengan LCS.
Sebagai komponen utama pertahanan negara, TNI perlahan namun pasti terus memperkuat keberadaannya sebagai deterrence effect atau efek gentar di kawasan tersebut. Berikut ini upaya TNI memperkuat pertahanan di Natuna:

TNI Angkatan Darat (AD)

1. Kodam I Bukit Barisan meresmikan Batalion Komposit 1/Gardapati di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Batalion ini adalah pengalihan komando pengendalian (alih Kodal) Kompi C dan D Yonif Raider Khusus 136/TS di Kabupaten Natuna.

Laut China Selatan Memanas, Ini Kekuatan Militer TNI yang Digelar di Natuna


Keberadaan Komposit 1/Gardapati ini merupakan jawaban dari pembentukan satuan siap gerak TNI, dalam menghadapi penugasan yang bersifat mendesak dan dapat dikerahkan dalam waktu singkat. Meliputi proyeksi tugas Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), baik dalam skala nasional maupun internasional.

Dengan demikian, Kodam I/Bukit Barisan menyiapkan pasukan TNI AD dengan kekuatan 1 Kodim 0318/Natuna, 1 Yonif Raider Khusus 136/ Tuah Sakti, dan Batalion Komposit 1/Gardapati. Penambahan gelar kekuatan tersebut diharapkan memiliki efek tangkal terhadap timbulnya ancaman yang mengganggu kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

TNI Angkatan Laut (AL)

1. Membangun Markas Komando Gugus Tempur Laut Koarmada I sebagai Komando Pelaksana Operasi Tempur di kawasan barat Indonesia dan Posko Keamanan Laut Terintegrasi yang akan menjadi bagian dari penguatan Satuan TNI Terintegrasi di Natuna.

2. Memperkuat Pangkalan Ranai di Natuna, Kepulauan Riau, menjadi pangkalan utama yang dinamai Komando Daerah Maritim. Memperpanjang runway (landasan) menjadi ratusan meter ke arah laut dan pelebaran landasan pesawat tempur 45 meter di Pangkalan Udara (Lanud) R Sajad Ranai, sehingga bisa digunakan oleh dua pesawat tempur secara bersamaan. Selain itu, menambah kapasitas Mess Tjiptadi Lanal Ranai. Mess yang di bangun di atas lahan seluas 1.100 meter persegi dengan luas bangunan 585 meter persegi ini akan memiliki 11 kamar.

Laut China Selatan Memanas, Ini Kekuatan Militer TNI yang Digelar di Natuna


3. Membangun Stasiun Bantu (Sionban) Kapal Selam di Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau. Pembangunan stasiun bantu ini untuk mendukung operasional kapal perang tersebut. Pembangunan sionban kapal Selam ini akan didirikan di lahan seluas 1.050 meter persegi, dengan bangunan dua lantai seluas 1.008 meter persegi. Sionban di Natuna akan menampung daya listrik dari PLN sebesar 555 KVA untuk aliran darat dukungan kapal selam.

4. Menempatkan satu kompi marinir di Mako Batalyon Komposit Gardapati, Sepempang, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau dan menyiagakan tiga kapal fregat atau kapal perang, serta kapal jenis Sea Raider untuk mengejar kapal pelanggar batas wilayah laut.

TNI Angkatan Udara (AU)

1. Menempatkan meriam penangkis udara, satu slide pesawat udara, dan drone serta radar sehingga apa yang terjadi di LSC terpantau dari Jakarta.

2. Membentuk empat satuan baru di Ranai, Kabupaten Natuna untuk memperkuat pertahanan udara. Keempat satuan tersebut yakni, Skadron Udara 52, Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 475 Paskhas, Denhanud 476 Paskhas, dan Denhanud 477 Paskhas. Satu Denhanud Pasukan Khas TNI AU (Paskhas) berkekuatan sekitar 150 orang personel. Dengan demikian, kekuatan tiga Denhanud baru ini setara dengan satu batalyon Paskhas.

Laut China Selatan Memanas, Ini Kekuatan Militer TNI yang Digelar di Natuna


3. Untuk Skandron Udara 52 baru yang berada di bawah Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) I, TNI AU akan menempatkan pesawat tempur T501 Golden Eagle. Pesawat light attack/fighter trainer jet acft ini merupakan produk bersama Korea dengan Lockheed Martin USA yang terbang pertama pada 2002. Pesawat ini dilengkapi dengan kursi lontar (ejection seat). Pesawat ini didesain sanggup terbang hingga ketinggian 48.000 kaki, dengan kecepatan sampai 1,5 kali kecepatan suara.

Pesawat tempur ini dilengkapi dengan sistem avionik digital, persenjataan dan Radar Warning Receivers (RWR) sehingga mampu mendeteksi keberadaan musuh dari segala arah. Jet tempur T50i Golden Eagle juga bisa dilengkapi dengan persenjataan yang dapat digunakan dalam berbagai misi. Di antaranya AIM-9 Sidewinder, bom MK-82, BDU-33, AGM-65 Maverick, MK-20 Cluster Bomb Unit, dan bom pintar JDAM.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1096 seconds (0.1#10.140)