Matematika Militer untuk Komponen Cadangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Amarulla Octavian
Rektor Universitas Pertahanan RI
SEJAK upacara penetapan pada tanggal 7 Oktober 2021, keberadaan komponen cadangan pertahanan negara banyak mendapat perhatian publik. Peristiwa bersejarah tersebut dimaknai beragam cara dari berbagai disiplin ilmu oleh banyak kalangan. Mereka yang berlatar belakang hukum menganalisis dari berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Mereka yang memiliki perhatian pada isu HAM menyoroti berbagai ekses yang mungkin dibayangkan bisa terjadi dengan berbagai argumentasi. Mereka yang berlatar belakang ekonomi pun menyoroti bagaimana komponen cadangan ini bisa menjadi alternatif untuk memperbesar daya tangkal TNI secara efisien. Agar diskusi berikutnya dapat menuju ke suatu titik kompromi bersama, maka esensi komponen cadangan bisa dibingkai secara proporsional dengan logika berpikir menggunakan matematika militer.
Salah satu tujuan matematika militer adalah menyederhanakan suatu persoalan yang rumit agar lebih mudah diidentifikasi dan/atau dirancang solusinya sebagaimana prinsip matematika terapan lainnya. Matematika militer tidak sekedar berhitung (counting), tapi juga calculating dan bahkan computing of military things. Meski matematika militer dalam disiplin ilmu pertahanan banyak digunakan untuk hard science, tetapi matematika militer juga dapat dimanfaatkan untuk soft science.
Dengan aplikasi matematika militer, maka pentingnya komponen cadangan pertahanan negara dapat dinotasikan ke dalam sebuah logic map agar lebih mudah dipahami dan diterima. Notasi tersebut terdiri dari dua diagram venn yang disusun secara terstruktur dan sistematis dengan alur pikir berurutan.
Diagram Venn Ancaman Militer, Ancaman Non-Militer dan Ancaman Hibrida
Berdasarkan pengalaman sejarah perang Bangsa Indonesia, maka Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) semula diamanatkan untuk menghadapi ancaman yang bersifat militer. Seiring dengan dinamika lingkungan strategik, maka sifat ancaman pada abad ke-21 bertambah menjadi ancaman non-militer dan selanjutnya ancaman hibrida.
Ancaman militer berasal dari musuh yang menggunakan kekuatan bersenjata berdimensi pertahanan-keamanan, sedangkan ancaman non-militer berasal dari musuh yang tidak menggunakan kekuatan bersenjata berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan informasi, serta keselamatan umum. Untuk ancaman hibrida memiliki dimensi baru hasil kombinasi kemungkinan terjadinya satu atau lebih ancaman militer dengan satu atau lebih ancaman non-militer.
Menggunakan simulasi faktorial diperoleh kombinasi probabilitas yang paling berbahaya sebagai contoh terjadinya suatu ancaman hibrida adalah kondisi ketika negara sedang melawan agresi negara lain pada saat bersamaan terjadi pandemi dan bencana alam.
Di mana:A = Semesta Ancaman
AM = Himpunan Ancaman Militer
ANM = Himpunan Ancaman Non-Militer
AH = Himpunan Ancaman Hibrida
BS = Musuh Berkekuatan Senjata dimensi Pertahanan-Keamanan
I = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Ideologi
Po = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Politik
E = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Ekonomi
SB = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Sosial-Budaya
TI = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Teknologi dan Informasi
KU = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Keselamatan Umum
Rektor Universitas Pertahanan RI
SEJAK upacara penetapan pada tanggal 7 Oktober 2021, keberadaan komponen cadangan pertahanan negara banyak mendapat perhatian publik. Peristiwa bersejarah tersebut dimaknai beragam cara dari berbagai disiplin ilmu oleh banyak kalangan. Mereka yang berlatar belakang hukum menganalisis dari berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Mereka yang memiliki perhatian pada isu HAM menyoroti berbagai ekses yang mungkin dibayangkan bisa terjadi dengan berbagai argumentasi. Mereka yang berlatar belakang ekonomi pun menyoroti bagaimana komponen cadangan ini bisa menjadi alternatif untuk memperbesar daya tangkal TNI secara efisien. Agar diskusi berikutnya dapat menuju ke suatu titik kompromi bersama, maka esensi komponen cadangan bisa dibingkai secara proporsional dengan logika berpikir menggunakan matematika militer.
Salah satu tujuan matematika militer adalah menyederhanakan suatu persoalan yang rumit agar lebih mudah diidentifikasi dan/atau dirancang solusinya sebagaimana prinsip matematika terapan lainnya. Matematika militer tidak sekedar berhitung (counting), tapi juga calculating dan bahkan computing of military things. Meski matematika militer dalam disiplin ilmu pertahanan banyak digunakan untuk hard science, tetapi matematika militer juga dapat dimanfaatkan untuk soft science.
Dengan aplikasi matematika militer, maka pentingnya komponen cadangan pertahanan negara dapat dinotasikan ke dalam sebuah logic map agar lebih mudah dipahami dan diterima. Notasi tersebut terdiri dari dua diagram venn yang disusun secara terstruktur dan sistematis dengan alur pikir berurutan.
Diagram Venn Ancaman Militer, Ancaman Non-Militer dan Ancaman Hibrida
Berdasarkan pengalaman sejarah perang Bangsa Indonesia, maka Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) semula diamanatkan untuk menghadapi ancaman yang bersifat militer. Seiring dengan dinamika lingkungan strategik, maka sifat ancaman pada abad ke-21 bertambah menjadi ancaman non-militer dan selanjutnya ancaman hibrida.
Ancaman militer berasal dari musuh yang menggunakan kekuatan bersenjata berdimensi pertahanan-keamanan, sedangkan ancaman non-militer berasal dari musuh yang tidak menggunakan kekuatan bersenjata berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan informasi, serta keselamatan umum. Untuk ancaman hibrida memiliki dimensi baru hasil kombinasi kemungkinan terjadinya satu atau lebih ancaman militer dengan satu atau lebih ancaman non-militer.
Menggunakan simulasi faktorial diperoleh kombinasi probabilitas yang paling berbahaya sebagai contoh terjadinya suatu ancaman hibrida adalah kondisi ketika negara sedang melawan agresi negara lain pada saat bersamaan terjadi pandemi dan bencana alam.
Di mana:A = Semesta Ancaman
AM = Himpunan Ancaman Militer
ANM = Himpunan Ancaman Non-Militer
AH = Himpunan Ancaman Hibrida
BS = Musuh Berkekuatan Senjata dimensi Pertahanan-Keamanan
I = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Ideologi
Po = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Politik
E = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Ekonomi
SB = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Sosial-Budaya
TI = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Teknologi dan Informasi
KU = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Keselamatan Umum