Vaksinasi dan Pemulihan Ekonomi
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Kementerian Keuangan RI
Pandemi masih belum menepi. Namun, kondisi perekonomian Indonesia kian membaik seiring dengan capaian vaksinasi yang juga semakin meningkat. Data perkembangan vaksinasi secara nasional menunjukkan, pemerintah telah berhasil mencapai target vaksinasi Covid-19 yang ditetapkan lembaga kesehatan dunia (WHO).
Bahkan, Indonesia berhasil menjadi salah satu dari lima negara dengan angka capaian vaksinasi terbesar di dunia. Namun, program percepatan vaksinasi Covid-19 masih terus digalakkan oleh pemerintah. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, capaian vaksinasi secara nasional hingga 13 Oktober 2021 sebanyak 102,69 juta jiwa atau 49,31% dari 208,27 juta jiwa penduduk sasaran, sedangkan dosis kedua telah mencapai 59,41 juta jiwa atau 28,53%.
Saat ini, beberapa daerah telah berhasil mencapai target vaksinasi. Meski demikian, ketimpangan penerima vaksinasi antardaerah tak terhindarkan karena berbagai keterbatasan. Bahkan, WHO turut menyoroti ketimpangan vaksinasi Covid-19 antara Jawa-Bali dan daerah di luar Jawa-Bali, seperti Papua.
Beberapa kendala yang memicu ketimpangan vaksinasi di Tanah Air salah satunya, menurut Kementerian Kesehatan karena masih ada 10% masyarakat yang tidak mau divaksinasi. Selain itu, kendala lainnya ialah stok vaksin yang belum mencukupi untuk seluruh target sasaran.
Daerah yang memiliki cakupan vaksinasi yang sangat tinggi, adalah DKI Jakarta yang sudah lebih dari 100% dari target, dan Bali yang hampir mencapai 100% untuk vaksinasi dosis pertama.
Di sisi lain, capaian itu timpang, berdasarkan data Kementerian Kesehatan masih terdapat sembilan daerah yang memiliki capaian vaksinasi di bawah 30% untuk dosis pertama, yakni Papua (23,3%), Sumatera Barat (24,88%), Aceh (26,75%), Lampung (27,05%), Sulawaesi Barat (28,05%), Maluku Utara (28,19%), Sulawesi Tengah (28,33%), Bengkulu (28,51%), dan Maluku (28,78%).
Vaksinasi Covid-19 adalah bagian penting dari upaya penanganan pandemi Covid-19 yang menyeluruh dan terpadu. Herd Immunity atau kekebalan kelompok akan terbentuk jika sebagian besar masyarakat divaksinasi. Cakupan vaksinasi yang tinggi membutuhkan partisipasi dan kerja sama berbagai pihak untuk mengatasi keengganan dan keraguan masyarakat terhadap vaksinasi, meningkatkan penerimaan dengan memastikan ketersediaan akses pada informasi yang akurat tentang vaksinasi Covid-19.
Imunitas Dorong Ekonomi
Keberhasilan program vaksinasi adalah kunci bagi pemulihan ekonomi baik di daerah maupun nasional. Hal itu menegaskan bahwa tidak akan ada pemulihan ekonomi tanpa ada pemulihan pandemi. Dampak vaksinasi tidak hanya bagi penanganan Covid-19 semata, tetapi juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pemulihan ekonomi nasional.
Harapan pemulihan ekonomi tercipta dengan terbentuknya herd immunity melalui vaksinasi. Dunia meletakkan harapan besar pada keberhasilan program vaksinasi untuk mampu menekan efek pandemi hingga mampu diminimalisasi serendah mungkin sehingga aktivitas masyarakat perlahan dapat kembali pulih dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sebagai budaya dalam adaptasi kebiasaan baru.
Staf Khusus Kementerian Keuangan RI
Pandemi masih belum menepi. Namun, kondisi perekonomian Indonesia kian membaik seiring dengan capaian vaksinasi yang juga semakin meningkat. Data perkembangan vaksinasi secara nasional menunjukkan, pemerintah telah berhasil mencapai target vaksinasi Covid-19 yang ditetapkan lembaga kesehatan dunia (WHO).
Bahkan, Indonesia berhasil menjadi salah satu dari lima negara dengan angka capaian vaksinasi terbesar di dunia. Namun, program percepatan vaksinasi Covid-19 masih terus digalakkan oleh pemerintah. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, capaian vaksinasi secara nasional hingga 13 Oktober 2021 sebanyak 102,69 juta jiwa atau 49,31% dari 208,27 juta jiwa penduduk sasaran, sedangkan dosis kedua telah mencapai 59,41 juta jiwa atau 28,53%.
Saat ini, beberapa daerah telah berhasil mencapai target vaksinasi. Meski demikian, ketimpangan penerima vaksinasi antardaerah tak terhindarkan karena berbagai keterbatasan. Bahkan, WHO turut menyoroti ketimpangan vaksinasi Covid-19 antara Jawa-Bali dan daerah di luar Jawa-Bali, seperti Papua.
Beberapa kendala yang memicu ketimpangan vaksinasi di Tanah Air salah satunya, menurut Kementerian Kesehatan karena masih ada 10% masyarakat yang tidak mau divaksinasi. Selain itu, kendala lainnya ialah stok vaksin yang belum mencukupi untuk seluruh target sasaran.
Daerah yang memiliki cakupan vaksinasi yang sangat tinggi, adalah DKI Jakarta yang sudah lebih dari 100% dari target, dan Bali yang hampir mencapai 100% untuk vaksinasi dosis pertama.
Di sisi lain, capaian itu timpang, berdasarkan data Kementerian Kesehatan masih terdapat sembilan daerah yang memiliki capaian vaksinasi di bawah 30% untuk dosis pertama, yakni Papua (23,3%), Sumatera Barat (24,88%), Aceh (26,75%), Lampung (27,05%), Sulawaesi Barat (28,05%), Maluku Utara (28,19%), Sulawesi Tengah (28,33%), Bengkulu (28,51%), dan Maluku (28,78%).
Vaksinasi Covid-19 adalah bagian penting dari upaya penanganan pandemi Covid-19 yang menyeluruh dan terpadu. Herd Immunity atau kekebalan kelompok akan terbentuk jika sebagian besar masyarakat divaksinasi. Cakupan vaksinasi yang tinggi membutuhkan partisipasi dan kerja sama berbagai pihak untuk mengatasi keengganan dan keraguan masyarakat terhadap vaksinasi, meningkatkan penerimaan dengan memastikan ketersediaan akses pada informasi yang akurat tentang vaksinasi Covid-19.
Imunitas Dorong Ekonomi
Keberhasilan program vaksinasi adalah kunci bagi pemulihan ekonomi baik di daerah maupun nasional. Hal itu menegaskan bahwa tidak akan ada pemulihan ekonomi tanpa ada pemulihan pandemi. Dampak vaksinasi tidak hanya bagi penanganan Covid-19 semata, tetapi juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pemulihan ekonomi nasional.
Harapan pemulihan ekonomi tercipta dengan terbentuknya herd immunity melalui vaksinasi. Dunia meletakkan harapan besar pada keberhasilan program vaksinasi untuk mampu menekan efek pandemi hingga mampu diminimalisasi serendah mungkin sehingga aktivitas masyarakat perlahan dapat kembali pulih dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sebagai budaya dalam adaptasi kebiasaan baru.