Lewat Diplomasi Islam, Indonesia Dinilai Berpotensi Bangun Peradaban Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko tentang perlunya mendorong pusat studi Islam di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Ini sebagai bentuk pendekatan diplomasi Islam Indonesia kepada dunia.
"Kita tahu bahwa Islam yang hidup dan tumbuh di Indonesia itu khas, sangat moderat, lembut dan mengedepankan kasih sayang sebagai perwujudan Islam yang rahmatan lil alamin," kata Khairul, Sabtu (16/10/2021).
"Ini bisa menjadi modal untuk memimpin dunia dan peradaban Islam menuju dunia yang damai dan penuh kemakmuran," tambahnya.
Menurut Khairul, keberadaan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, dengan tipologi Muslim yang mengedepankan pendekatan Islam yang moderat (Islam Wasathiyah) merupakan modal utama menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam masa datang tersebut.
Diakuinya, tipologi Islam yang ramah dan penuh rahmat itu dikuatkan dengan besarnya populasi Muslim Indonesia. Fakta tersebut bisa bersinergi dan saling menguatkan untuk membangun Indonesia sebagai puisat peradaban dunia Islam.
"Potensi tersebut riil, jadi cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia pun sama sekali bukan wishful thinking," ucapnya.
Khairul menunjukkan data terbaru yang memungkinkan dunia Islam di masa depan bisa menjadi pemimpin peradaban dunia. Ia merujuk hasil penelitian terbaru dari Pew Research Center yang berbasis di AS, yang menyatakan Islam adalah satu-satunya agama yang tumbuh lebih cepat dari populasi dunia, dan diprediksi akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2070.
Penelitian Pew Research Center itu menganalisis perubahan demografis di antara agama-agama besar dunia, dan menemukan bahwa populasi Muslim dunia akan tumbuh 73 persen antara 2010 hingga 2050. Hal itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan 35 persen untuk Kristen, agama dengan pertumbuhan tercepat berikutnya.
"Jadi, dengan modal dasar kuat yang dimiliki Indonesia berupa tipologi Islam yang ramah plus populasi Muslim terbesar, bila berhasil disinergikan dengan kecenderungan perubahan populasi keberagamaan dunia, hasilnya akan sangat dahsyat dan positif bagi Indonesia," jelas Khairul.
Karenanya, ia yakin bila Indonesia khususnya melalui UIII mampu memainkan peran yang cerdik dan cantik, stereotype lama yang mengedepankan Timur Tengah dan Islam 'keras' sebagai wajah Islam dunia itu bisa berubah.
"Wajah Dunia Islam pun bisa berubah menjadi wajah Islam yang ramah, yang rahmatan lil alamin," tutupnya.
Sebagaimana ramai diberitakan dalam pertemuan dengan rektor dan petinggi kampus UIII di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (14/10/2021), KSP Moeldoko mengatakan pentingnya pendekatan diplomasi melalui studi Islam.
Untuk itu Moeldoko mendukung penuh keberadaan dan kemajuan UIII. Saat itu Moeldoko juga berharap studi Islam dengan konteks Indonesia itu akan mampu memberikan kekhasan yang diharapkan bisa menjadi ikon baru pusat studi Islam dunia.
Saat bertemu KSP Moeldoko, pihak kampus UIII juga melaporkan, saat ini setidaknya 100 beasiswa kuliah telah diberikan kepada insan-insan akademis dari 59 negara yang ingin mendalami studi Islam di UIII.
Rekor UIII Komaruddin Hidayat mengatakan, sebagian besar penerima beasiswa adalah perempuan, terutama berasal dari kawasan Timur Tengah.
"Ini adalah ikon baru. Satu-satunya kampus fenomenal hasil karya dari Presiden Joko Widodo dan para petinggi negara ini," ucap Komaruddin.
Sebagai informasi, Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57/2016 tentang pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) pada 29 Juni 2016.
"Kita tahu bahwa Islam yang hidup dan tumbuh di Indonesia itu khas, sangat moderat, lembut dan mengedepankan kasih sayang sebagai perwujudan Islam yang rahmatan lil alamin," kata Khairul, Sabtu (16/10/2021).
"Ini bisa menjadi modal untuk memimpin dunia dan peradaban Islam menuju dunia yang damai dan penuh kemakmuran," tambahnya.
Menurut Khairul, keberadaan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, dengan tipologi Muslim yang mengedepankan pendekatan Islam yang moderat (Islam Wasathiyah) merupakan modal utama menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam masa datang tersebut.
Diakuinya, tipologi Islam yang ramah dan penuh rahmat itu dikuatkan dengan besarnya populasi Muslim Indonesia. Fakta tersebut bisa bersinergi dan saling menguatkan untuk membangun Indonesia sebagai puisat peradaban dunia Islam.
"Potensi tersebut riil, jadi cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia pun sama sekali bukan wishful thinking," ucapnya.
Khairul menunjukkan data terbaru yang memungkinkan dunia Islam di masa depan bisa menjadi pemimpin peradaban dunia. Ia merujuk hasil penelitian terbaru dari Pew Research Center yang berbasis di AS, yang menyatakan Islam adalah satu-satunya agama yang tumbuh lebih cepat dari populasi dunia, dan diprediksi akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2070.
Penelitian Pew Research Center itu menganalisis perubahan demografis di antara agama-agama besar dunia, dan menemukan bahwa populasi Muslim dunia akan tumbuh 73 persen antara 2010 hingga 2050. Hal itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan 35 persen untuk Kristen, agama dengan pertumbuhan tercepat berikutnya.
"Jadi, dengan modal dasar kuat yang dimiliki Indonesia berupa tipologi Islam yang ramah plus populasi Muslim terbesar, bila berhasil disinergikan dengan kecenderungan perubahan populasi keberagamaan dunia, hasilnya akan sangat dahsyat dan positif bagi Indonesia," jelas Khairul.
Karenanya, ia yakin bila Indonesia khususnya melalui UIII mampu memainkan peran yang cerdik dan cantik, stereotype lama yang mengedepankan Timur Tengah dan Islam 'keras' sebagai wajah Islam dunia itu bisa berubah.
"Wajah Dunia Islam pun bisa berubah menjadi wajah Islam yang ramah, yang rahmatan lil alamin," tutupnya.
Sebagaimana ramai diberitakan dalam pertemuan dengan rektor dan petinggi kampus UIII di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (14/10/2021), KSP Moeldoko mengatakan pentingnya pendekatan diplomasi melalui studi Islam.
Untuk itu Moeldoko mendukung penuh keberadaan dan kemajuan UIII. Saat itu Moeldoko juga berharap studi Islam dengan konteks Indonesia itu akan mampu memberikan kekhasan yang diharapkan bisa menjadi ikon baru pusat studi Islam dunia.
Saat bertemu KSP Moeldoko, pihak kampus UIII juga melaporkan, saat ini setidaknya 100 beasiswa kuliah telah diberikan kepada insan-insan akademis dari 59 negara yang ingin mendalami studi Islam di UIII.
Rekor UIII Komaruddin Hidayat mengatakan, sebagian besar penerima beasiswa adalah perempuan, terutama berasal dari kawasan Timur Tengah.
"Ini adalah ikon baru. Satu-satunya kampus fenomenal hasil karya dari Presiden Joko Widodo dan para petinggi negara ini," ucap Komaruddin.
Sebagai informasi, Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57/2016 tentang pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) pada 29 Juni 2016.
(maf)