MASINDO Gencar Kampanyekan Kesadaran Risiko Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap risiko atas perbuatan tergolong masih rendah. Masih banyak yang bertindak tanpa berpikir tentang konsekuensinya, baik itu di bidang ekonomi, sosial, kesehatan, maupun lingkungan.
Contoh nyata dari rendahnya kesadaran terhadap risiko itu adalah masih banyak masyarakat tertipu investasi bodong, berkendara motor namun tidak menggunakan helm, membuang sampah sembarangan, merokok, dan menebarkan kebencian di media sosial.
"Dari keprihatinan terhadap budaya masyarakat yang seperti ini melatarbelakangi berdirinya MASINDO," kata Ketua MASINDO, Dimas Syailendra dalam keterangan tertulisnya dikutip, Selasa (12/10/2021).
Baca juga: 7 Kasus Penipuan Investasi Bodong, Korban Mulai dari Rakyat hingga Pejabat
Menurut Dimas, fokus pertama MASINDO adalah bagaimana membangun budaya sadar risiko. Menurut Dimas, budaya sadar ini berbasis pada pola berpikir 'nanti bagaimana', bukan 'bagaimana nanti'.
“Pola pikir 'nanti bagaimana' akan membangun budaya berpikir, mencari tahu, mengonfirmasi apapun sebelum kita mengambil keputusan atau tindakan," katanya.
Fokus selanjutnya setelah menyebarluaskan mengenai budaya sadar risiko ialah upaya-upaya untuk mengurangi bahaya dari risiko yang ada. Dimas mengatakan mengurangi risiko adalah upaya mencari solusi rasional untuk mengurangi akibat yang mungkin ada.
"Jadi, sadar risiko adalah hal yang menurut kami perlu dibangun di dalam masyarakat. Kedua, mengapa mengurangi bahaya juga menjadi fokus karena sering kali risiko sulit dihindari," ujarnya.
Baca juga: Ini yang Bisa Dilakukan agar Lingkungan Rumah Bebas Asap Rokok
Karena itu, MASINDO bergerak untuk sosialisasi konsep dalam meminimalisasi risiko tersebut. Salah satunya melalui penggunaan produk alternatif yang lebih rendah risiko baik bagi kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan lainnya. Beberapa contoh ialah inovasi mobil listrik, kantong belanja biodegradable, hingga penggunaan produk tembakau alternatif seperti snus, vape, maupun produk tembakau yang dipanaskan untuk menekan risiko dari kebiasaan merokok. Dengan begitu masyarakat perlu mempunyai solusi untuk mengurangi risiko, jika itu memang kebiasaan tersebut sulit dihindari sepenuhnya.
"Misalnya dalam dunia investasi kita mengenal konsep risk management, untuk hal seperti ini," kata Dimas.
Demi mencapai target tersebut, Dimas melanjutkan, MASINDO akan mengampanyekan isu sadar risiko dan pengurangan bahaya terhadap masyarakat dalam berbagai aspek melalui program dan kegiatan komunitas.
"Selain itu MASINDO juga akan melakukan advokasi mengenai isu sadar risiko dan pengurangan bahaya ini kepada pihak-pihak berkepentingan lainnya yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut," kata Dimas.
Untuk diketahui, MASINDO telah diresmikan pada September 2021. Perkumpulan ini bertujuan untuk memasyarakatkan dan sosialisasi atas kesadaran akan risiko di Indonesia. Centre for Youth and Population Research (CYPR), Yayasan Manusia Welah Asih Semesta (MAWAS Centre), serta Yayasan Bina Edukasi Parawangsa adalah beberapa organisasi yang tergabung dalam MASINDO.
Contoh nyata dari rendahnya kesadaran terhadap risiko itu adalah masih banyak masyarakat tertipu investasi bodong, berkendara motor namun tidak menggunakan helm, membuang sampah sembarangan, merokok, dan menebarkan kebencian di media sosial.
"Dari keprihatinan terhadap budaya masyarakat yang seperti ini melatarbelakangi berdirinya MASINDO," kata Ketua MASINDO, Dimas Syailendra dalam keterangan tertulisnya dikutip, Selasa (12/10/2021).
Baca juga: 7 Kasus Penipuan Investasi Bodong, Korban Mulai dari Rakyat hingga Pejabat
Menurut Dimas, fokus pertama MASINDO adalah bagaimana membangun budaya sadar risiko. Menurut Dimas, budaya sadar ini berbasis pada pola berpikir 'nanti bagaimana', bukan 'bagaimana nanti'.
“Pola pikir 'nanti bagaimana' akan membangun budaya berpikir, mencari tahu, mengonfirmasi apapun sebelum kita mengambil keputusan atau tindakan," katanya.
Fokus selanjutnya setelah menyebarluaskan mengenai budaya sadar risiko ialah upaya-upaya untuk mengurangi bahaya dari risiko yang ada. Dimas mengatakan mengurangi risiko adalah upaya mencari solusi rasional untuk mengurangi akibat yang mungkin ada.
"Jadi, sadar risiko adalah hal yang menurut kami perlu dibangun di dalam masyarakat. Kedua, mengapa mengurangi bahaya juga menjadi fokus karena sering kali risiko sulit dihindari," ujarnya.
Baca juga: Ini yang Bisa Dilakukan agar Lingkungan Rumah Bebas Asap Rokok
Karena itu, MASINDO bergerak untuk sosialisasi konsep dalam meminimalisasi risiko tersebut. Salah satunya melalui penggunaan produk alternatif yang lebih rendah risiko baik bagi kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan lainnya. Beberapa contoh ialah inovasi mobil listrik, kantong belanja biodegradable, hingga penggunaan produk tembakau alternatif seperti snus, vape, maupun produk tembakau yang dipanaskan untuk menekan risiko dari kebiasaan merokok. Dengan begitu masyarakat perlu mempunyai solusi untuk mengurangi risiko, jika itu memang kebiasaan tersebut sulit dihindari sepenuhnya.
"Misalnya dalam dunia investasi kita mengenal konsep risk management, untuk hal seperti ini," kata Dimas.
Demi mencapai target tersebut, Dimas melanjutkan, MASINDO akan mengampanyekan isu sadar risiko dan pengurangan bahaya terhadap masyarakat dalam berbagai aspek melalui program dan kegiatan komunitas.
"Selain itu MASINDO juga akan melakukan advokasi mengenai isu sadar risiko dan pengurangan bahaya ini kepada pihak-pihak berkepentingan lainnya yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut," kata Dimas.
Untuk diketahui, MASINDO telah diresmikan pada September 2021. Perkumpulan ini bertujuan untuk memasyarakatkan dan sosialisasi atas kesadaran akan risiko di Indonesia. Centre for Youth and Population Research (CYPR), Yayasan Manusia Welah Asih Semesta (MAWAS Centre), serta Yayasan Bina Edukasi Parawangsa adalah beberapa organisasi yang tergabung dalam MASINDO.
(abd)