Atas Nama Jenama dan Jemawa Proyek
loading...
A
A
A
Anton Suparyanta
esais, product manager di PT Penerbit Intan Pariwara, Klaten-Jateng
Dari kontinuitas tahunan bangsa kita suka bermain peringkat, suka euforia. Kecakapan literasi dipermak ajang lomba atau sayembara, tetapi lemah dalam pemaknaan tilik diri berbudaya. Kelemahan tilik diri justru mengekalkan fantasi-fantasi melek-baca yang sesungguhnya. Terapan atau praksisnya kini di ambang nyinyir sayonara. Mari kita tilik bersama.
baca juga: Bekali Guru di Masa Pandemi, Kemendikbudristek Luncurkan Program Guru Belajar
2020 dan 2019 adalah era ambang. Zaman adaptif. Tak terkecuali untuk keperluan dunia temu-omong-omong senantiasa harus gegar zoominar atau webinar. Celetuk kerennya telekonferensi. Tak beda dengan telewicara. Nyaris, tahun hampa karya. Segala reka daya sedang dijebak istilah adaptif yang digital-virtual. Sampah istilah menggejala di berbagai media. Seakan-akan pada zaman adaptif ini bangsa kita sedang bergerilya gimik kata-kata. Gemar bermain di pusar kata.
Kilas balik, pada Mei 2018 yang lalu diumumkan penetapan puluhan buku terpilih hasil sayembara penulisan bahan bacaan literasi baca tulis. Hebringnya, sayembara ini didalangi Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, dengan kedok Gerakan Literasi Nasional 2018. Prestasi, prestise, ataukah fantasi belaka? Lagi-lagi 2018 Pemerintah menggandeng Badan Bahasa, BSNP (kini alm.), dan Puskurbuk rutin menganyam penilaian buku (buku teks siswa dan guru, buku pendamping, pun referensi). Tak kalah akal, tercetuslah akal (-akalan) seleksi calon penulis buku teks pelajaran masa depan. Apakah ini proyek teroka empat kecakapan abad XXI?
baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar
Hati-hati, peluit gegar atau “ewuh aya” ala Ronggowarsito dalam dunia buku justru mencipta pemikiran “kalap” kaum praktisi yang oportunis dan futuris! Betapa tidak. Bukankah abad ini kita dijejali oleh pelintiran-pelintiran pikir yang terkurung fantasi?
Tilik juga Anugerah Sutasoma Balai Bahasa Jawa Timur tahun 2017 silam. Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (kategori komunitas sastra), Supono (kategori guru bahasa dan sastra daerah), dan Ledhek saka Ereng-Erenge Gunung Wilis karya Tulus Setyadi (kategori karya sastra daerah), patut berbangga atas jasa kurasi dari Prof Djoko Saryono, Prof IB Putera Manuaba, Prof Darni, Dr M Shoim Anwar, dan Bonari Nabonenar.
baca juga: Seri Webinar Guru Belajar, Sebuah Ruang untuk Diskusi dan Pembelajaran Guru
Tilik lagi Maret-Agustus 2017 silam, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah mengadakan penilaian pustaka (buku bacaan dan buku referensi) muatan lokal Bahasa Jawa untuk jenjang SMK dan SMA. Profisiat kepada para penulis dan penerbit yang menjadi unggulan tender seperti PT Intan Pariwara, Saka Mitra Kompetensi, Erlangga, dan Suara Media Sejahtera. Profisiat kepada Drs Irawan HG, MPd, Bambang Sulanjari, SS, MA, dan Yusro Edy N, SS, MHum selaku tim koordinator penilai bahasa, penyajian, dan materi.
esais, product manager di PT Penerbit Intan Pariwara, Klaten-Jateng
Dari kontinuitas tahunan bangsa kita suka bermain peringkat, suka euforia. Kecakapan literasi dipermak ajang lomba atau sayembara, tetapi lemah dalam pemaknaan tilik diri berbudaya. Kelemahan tilik diri justru mengekalkan fantasi-fantasi melek-baca yang sesungguhnya. Terapan atau praksisnya kini di ambang nyinyir sayonara. Mari kita tilik bersama.
baca juga: Bekali Guru di Masa Pandemi, Kemendikbudristek Luncurkan Program Guru Belajar
2020 dan 2019 adalah era ambang. Zaman adaptif. Tak terkecuali untuk keperluan dunia temu-omong-omong senantiasa harus gegar zoominar atau webinar. Celetuk kerennya telekonferensi. Tak beda dengan telewicara. Nyaris, tahun hampa karya. Segala reka daya sedang dijebak istilah adaptif yang digital-virtual. Sampah istilah menggejala di berbagai media. Seakan-akan pada zaman adaptif ini bangsa kita sedang bergerilya gimik kata-kata. Gemar bermain di pusar kata.
Kilas balik, pada Mei 2018 yang lalu diumumkan penetapan puluhan buku terpilih hasil sayembara penulisan bahan bacaan literasi baca tulis. Hebringnya, sayembara ini didalangi Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, dengan kedok Gerakan Literasi Nasional 2018. Prestasi, prestise, ataukah fantasi belaka? Lagi-lagi 2018 Pemerintah menggandeng Badan Bahasa, BSNP (kini alm.), dan Puskurbuk rutin menganyam penilaian buku (buku teks siswa dan guru, buku pendamping, pun referensi). Tak kalah akal, tercetuslah akal (-akalan) seleksi calon penulis buku teks pelajaran masa depan. Apakah ini proyek teroka empat kecakapan abad XXI?
baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar
Hati-hati, peluit gegar atau “ewuh aya” ala Ronggowarsito dalam dunia buku justru mencipta pemikiran “kalap” kaum praktisi yang oportunis dan futuris! Betapa tidak. Bukankah abad ini kita dijejali oleh pelintiran-pelintiran pikir yang terkurung fantasi?
Tilik juga Anugerah Sutasoma Balai Bahasa Jawa Timur tahun 2017 silam. Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (kategori komunitas sastra), Supono (kategori guru bahasa dan sastra daerah), dan Ledhek saka Ereng-Erenge Gunung Wilis karya Tulus Setyadi (kategori karya sastra daerah), patut berbangga atas jasa kurasi dari Prof Djoko Saryono, Prof IB Putera Manuaba, Prof Darni, Dr M Shoim Anwar, dan Bonari Nabonenar.
baca juga: Seri Webinar Guru Belajar, Sebuah Ruang untuk Diskusi dan Pembelajaran Guru
Tilik lagi Maret-Agustus 2017 silam, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah mengadakan penilaian pustaka (buku bacaan dan buku referensi) muatan lokal Bahasa Jawa untuk jenjang SMK dan SMA. Profisiat kepada para penulis dan penerbit yang menjadi unggulan tender seperti PT Intan Pariwara, Saka Mitra Kompetensi, Erlangga, dan Suara Media Sejahtera. Profisiat kepada Drs Irawan HG, MPd, Bambang Sulanjari, SS, MA, dan Yusro Edy N, SS, MHum selaku tim koordinator penilai bahasa, penyajian, dan materi.