Dana Abadi Dorong Peran Kekinian Pesantren
loading...
A
A
A
Sejarah Panjang Kontribusi Pesantren
Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Marsudi Suhud mengatakan, pesantren dinilai sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia. Bahkan, dibelahan dunia lain, mungkin bisa saja tidak ditemukan sistem pendidikan seperti pesantren ini.
"Peran pesantren dari dahulu sudah luar biasa, seperti pada zaman penjajahan. Mereka sebagai benteng pertahanan umat Islam dan di zaman modern seperti ini pun kita masih meihat animo masyarakat masih sangat besar ke pesantren,"jelasnya.
Bahkan dalam sejarahnya, Marsudi menjelaskan bahwa ulama dan santri selalu menjadi garda terdepan dalam memimpin pergerakan ‎nasional, dalam rangka mengusir segala bentuk penjajahan yang ada di negeri ini. "Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dahulu, telah banyak melahirkan generasi yang tidak hanya menolak segala bentuk penjajahan, melainkan selalu menjadi motor penggerak dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah,"tegasnya.
Dikatakannya, keadaan pesantren pada masa kolonial saat itu sangat berbeda dengan keberadaan pondok saat ini. Ia pun menceritakan pertumbuhan pondok pesantren pada awalnya tidak mudah, kondisi pesantren hanyalah berupa gedung berbentuk persegi yang dibangun dari bambu. Namun, di beberapa desa yang sudah makmur, pesantren sudah dibangun dari kayu, seperti tiang penyangga dan dinding. Tapi, tetap saja kondisinya sangat terbatas.
"Kebanyakan pondok pesantren zaman itu hanya terdiri ‎atas ruangan yang besar yang didiami bersama. Mereka bersama-sama tidur di atas tikar pandan atau koran, berbeda dengan saat ini,"ujar Marsudi.
Namun, menurutnya pada masa kolonial inilah pesantren berkembang dengan pesat. Pesantren ini ada yang memiliki kekhususan sehingga berbeda dengan pesantren lainnya. Ada yang khusus mengajarkan ilmu hadis dan fikih, ilmu bahasa Arab, ilmu tafsir, tasawuf, dan lain-lain. Kemudian pesantren memasukkan sistem mad‎rasah. Dalam sistem ini jenjang-jenjang pendudukan terbagi menjadi ibtidaiah, tsanawiyah, dan aliah.
"Sistem madrasah inilah yang mendorong perkembangan pesantren sehingga jumlahnya semakin meningkat pesat. Sehingga, pada1958 sampai dengan 1959 lahirlah Madrasah wajib belajar yang memiliki hak dan kewajiban seperti sekolah negeri pada umumnya,"ujarnya.
Selanjutnya, di 1965 berdasarkan rumusan Seminar Pondok Pesantren di Yogyakarta, disepakati perlunya memasukkan pelajaran keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan lain-lain dalam sistem pembelajaran ‎di pondok pesantren. Hingga berganti pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan pembinaan terhadap pesantren melalui Proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
"Di sini lah terjadinya pasang surut perkembangan pondok pesantren. Pada masa orde baru dana pembinaan pesantren diperoleh dari pemerintahan terkait, mulai dari pemerintahan puat hingga daerah," tuturnya.
Barulah pada 1975, muncul gagasan untuk mengembangkan pondok pesantren dengan model baru. Lahirlah Pondok Karya Pembangunan, Pondok Modern, Islamic Center, dan Pondok Pesantren Pembangunan. Akan tetapi menurutnya, pada saat itu pondok pesantren mengalami kesulitan dalam pembinaan karena tidak adanya kiai yang karismatik yang bisa memberi bimbingan dan teladan pada santrinya.
Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Marsudi Suhud mengatakan, pesantren dinilai sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia. Bahkan, dibelahan dunia lain, mungkin bisa saja tidak ditemukan sistem pendidikan seperti pesantren ini.
"Peran pesantren dari dahulu sudah luar biasa, seperti pada zaman penjajahan. Mereka sebagai benteng pertahanan umat Islam dan di zaman modern seperti ini pun kita masih meihat animo masyarakat masih sangat besar ke pesantren,"jelasnya.
Bahkan dalam sejarahnya, Marsudi menjelaskan bahwa ulama dan santri selalu menjadi garda terdepan dalam memimpin pergerakan ‎nasional, dalam rangka mengusir segala bentuk penjajahan yang ada di negeri ini. "Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dahulu, telah banyak melahirkan generasi yang tidak hanya menolak segala bentuk penjajahan, melainkan selalu menjadi motor penggerak dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah,"tegasnya.
Dikatakannya, keadaan pesantren pada masa kolonial saat itu sangat berbeda dengan keberadaan pondok saat ini. Ia pun menceritakan pertumbuhan pondok pesantren pada awalnya tidak mudah, kondisi pesantren hanyalah berupa gedung berbentuk persegi yang dibangun dari bambu. Namun, di beberapa desa yang sudah makmur, pesantren sudah dibangun dari kayu, seperti tiang penyangga dan dinding. Tapi, tetap saja kondisinya sangat terbatas.
"Kebanyakan pondok pesantren zaman itu hanya terdiri ‎atas ruangan yang besar yang didiami bersama. Mereka bersama-sama tidur di atas tikar pandan atau koran, berbeda dengan saat ini,"ujar Marsudi.
Namun, menurutnya pada masa kolonial inilah pesantren berkembang dengan pesat. Pesantren ini ada yang memiliki kekhususan sehingga berbeda dengan pesantren lainnya. Ada yang khusus mengajarkan ilmu hadis dan fikih, ilmu bahasa Arab, ilmu tafsir, tasawuf, dan lain-lain. Kemudian pesantren memasukkan sistem mad‎rasah. Dalam sistem ini jenjang-jenjang pendudukan terbagi menjadi ibtidaiah, tsanawiyah, dan aliah.
"Sistem madrasah inilah yang mendorong perkembangan pesantren sehingga jumlahnya semakin meningkat pesat. Sehingga, pada1958 sampai dengan 1959 lahirlah Madrasah wajib belajar yang memiliki hak dan kewajiban seperti sekolah negeri pada umumnya,"ujarnya.
Selanjutnya, di 1965 berdasarkan rumusan Seminar Pondok Pesantren di Yogyakarta, disepakati perlunya memasukkan pelajaran keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan lain-lain dalam sistem pembelajaran ‎di pondok pesantren. Hingga berganti pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan pembinaan terhadap pesantren melalui Proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
"Di sini lah terjadinya pasang surut perkembangan pondok pesantren. Pada masa orde baru dana pembinaan pesantren diperoleh dari pemerintahan terkait, mulai dari pemerintahan puat hingga daerah," tuturnya.
Barulah pada 1975, muncul gagasan untuk mengembangkan pondok pesantren dengan model baru. Lahirlah Pondok Karya Pembangunan, Pondok Modern, Islamic Center, dan Pondok Pesantren Pembangunan. Akan tetapi menurutnya, pada saat itu pondok pesantren mengalami kesulitan dalam pembinaan karena tidak adanya kiai yang karismatik yang bisa memberi bimbingan dan teladan pada santrinya.