Masyarakat Percaya Hoaks, Begini Menurut Pakar Medsos
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pakar Media Sosial Ismail Fahmi menyayangkan sikap umat khususnya sebagian umat muslim yang tidak mengecek apakah informasi tersebut benar atau tidak sebelum menyebarkannya.
Padahal tindakan tersebut telah diperintahkan pada Surat Al-Hujurat ayat 6 tentang meneliti kebenaran agar tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan dan menyesali atas perbuatannya.
"Ayat ini bukan buat orang Islam tapi buat orang yang beriman. Kalau mereka percaya teori konspirasi ya wajar memang orang yang tidak beriman tidak memeriksa. Kita umat Islam yang beriman seharusnya punya alat tadi seharusnya jangan percaya," terang Ismail dalam Webinar acara literasi pandemi dan pemulihan ekonomi di kalangan milenial muslim secara virtual, Sabtu 4 September 2021.
Ia menjelaskan hoaks muncul dari seluruh banyak gabungan atas teori konspirasi. Misalnya dengan dibuatnya satu cerita masuk akal yang mereka ambil dari berbagai konsep satu dengan konsep yang lain disebut dengan konteks collapse.
"Paragraf pertama itu data, paragraf keempat ada ustad yang berbicara bahwa ga boleh percaya vaksin harus percaya kepada Allah. Dan bayangkan setiap hari membaca berita itu terus-menerus umat Islam dikasih terus hingga sibuk biar nggak berkembang dan kita tidak menjalankan Al-Hujurat ayat 6 sehingga langsung percaya saja," paparnya.
Teori konspirasi pun menyerang secara psikologis otak manusia disaat membutuhkan sesuatu yang dapat membuat dirinya tenang dan yakin atas kondisi yang dialaminya saat ini. Selain itu, penjelasan dapat disampaikan secara logis dan masuk akal meskipun teori konspirasi itu salah.
"Ketika pada kondisi Covid orang tidak bisa keluar kemudian banyak umat masyarakat jatuh miskin tidak bisa bekerja. Saat punya masalah, dia butuh sesuatu untuk membuat tenang sehingga mempercayai tidak adanya covid itu membuat dia tenang kalau percaya sama Covid malah lebih khawatir," urainya.
Oleh karena itu ia mengingatkan kepada umat muslim cara menjalankan Al-hujurat ayat 6 yakni dengan mengecek, untuk siapainformasi dibuat, apa yang sebenarnya ingin disampaikan, mengapa berita ini dibuat, sumber informasi, dan gambar atau videonya otentik.
"Paling gampang di lihat cek fakta atau setiap minggu Kominfo membuat rilis cek fakta. Kalau saya dari Google aja jauh lebih mudah tinggal ketik judulnya di kolom nanti terlihat informasi yang benarnya," jelas Ismail.
Dia menyarakan, masyarakat untuk tidak langsung percaya dengan informasi sebelum dicek kebenarannya.
"Kita punya PR untuk menjalankan surat Al-hujurat ayat 6 jadi sikap kita adalah saring sebelum sharing. Periksa sebelum di-share," imbuhnya.
Padahal tindakan tersebut telah diperintahkan pada Surat Al-Hujurat ayat 6 tentang meneliti kebenaran agar tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan dan menyesali atas perbuatannya.
"Ayat ini bukan buat orang Islam tapi buat orang yang beriman. Kalau mereka percaya teori konspirasi ya wajar memang orang yang tidak beriman tidak memeriksa. Kita umat Islam yang beriman seharusnya punya alat tadi seharusnya jangan percaya," terang Ismail dalam Webinar acara literasi pandemi dan pemulihan ekonomi di kalangan milenial muslim secara virtual, Sabtu 4 September 2021.
Ia menjelaskan hoaks muncul dari seluruh banyak gabungan atas teori konspirasi. Misalnya dengan dibuatnya satu cerita masuk akal yang mereka ambil dari berbagai konsep satu dengan konsep yang lain disebut dengan konteks collapse.
"Paragraf pertama itu data, paragraf keempat ada ustad yang berbicara bahwa ga boleh percaya vaksin harus percaya kepada Allah. Dan bayangkan setiap hari membaca berita itu terus-menerus umat Islam dikasih terus hingga sibuk biar nggak berkembang dan kita tidak menjalankan Al-Hujurat ayat 6 sehingga langsung percaya saja," paparnya.
Teori konspirasi pun menyerang secara psikologis otak manusia disaat membutuhkan sesuatu yang dapat membuat dirinya tenang dan yakin atas kondisi yang dialaminya saat ini. Selain itu, penjelasan dapat disampaikan secara logis dan masuk akal meskipun teori konspirasi itu salah.
"Ketika pada kondisi Covid orang tidak bisa keluar kemudian banyak umat masyarakat jatuh miskin tidak bisa bekerja. Saat punya masalah, dia butuh sesuatu untuk membuat tenang sehingga mempercayai tidak adanya covid itu membuat dia tenang kalau percaya sama Covid malah lebih khawatir," urainya.
Oleh karena itu ia mengingatkan kepada umat muslim cara menjalankan Al-hujurat ayat 6 yakni dengan mengecek, untuk siapainformasi dibuat, apa yang sebenarnya ingin disampaikan, mengapa berita ini dibuat, sumber informasi, dan gambar atau videonya otentik.
"Paling gampang di lihat cek fakta atau setiap minggu Kominfo membuat rilis cek fakta. Kalau saya dari Google aja jauh lebih mudah tinggal ketik judulnya di kolom nanti terlihat informasi yang benarnya," jelas Ismail.
Dia menyarakan, masyarakat untuk tidak langsung percaya dengan informasi sebelum dicek kebenarannya.
"Kita punya PR untuk menjalankan surat Al-hujurat ayat 6 jadi sikap kita adalah saring sebelum sharing. Periksa sebelum di-share," imbuhnya.
(mhd)