Sayuti Melik, Naskah Proklamasi, dan Mesin Tik Komandan Angkatan Laut Jerman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah mencatat Sayuti Melik sebagai pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Naskah Proklamasi itu diketik menggunakan mesin tik pinjaman Komandan Angkatan Laut Jerman.
Sayuti Melik adalah nama yang lebih dikenal publik. Nama lengkapnya Mohamad Ibnu Sayuti. Dia lahir di Sleman, DIY, 22 November 1908.
Kemahiran menulisnya digunakan Sayuti Melik untuk menyebarkan pemikiran-pemikirannya maupun untuk terjun ke bidang jurnalistik. Dia pernah ditahan berkali-kali oleh Belanda, dibuang ke Boven Digul (1927-1933), kemudian tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).
Singkat cerita, saat perumusan Naskah Proklamasi di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No 1 Jakarta pada 17 Agustus 1945, Sayuti Melik dan Soekarni yang merupakan wakil para pemuda ikut hadir. Setelah konsep Naskah Proklamasi yang dirumuskan oleh Soekarno (Bung Karno), Mohammad Hatta (Bung Hatta), dan Achmad Soebardjo jadi, konsep tersebut dibacakan di hadapan para tokoh yang hadir.
Setelah disetujui, Bung Karno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik Naskah Proklamasi tersebut. Menurut Kurator Museum Perumusan Naskah Proklamasi ( Munasprok ) Jaka Perbawa, mesin tik yang dipakai Sayuti Melik adalah mesin tik pinjaman dari Angkatan Laut Jerman.
Jaka mengisahkan, Tim Kajian Pendirian Munasprok pada 1985 kedatangan Satsuki Mishima, seorang perempuan yang saat peristiwa perumusan Naskah Proklamasi menjadi kepala rumah tangga di rumah Laksamana Maeda .
"Tim kala itu mencari tahu staf Maeda yang masih hidup siapa. Kemudian, dari pemerintah Jepang diutuslah Ibu Satsuki Mishima. Kemudian dilakukanlah wawancara untuk mengetahui apa saja yang ada di rumah Maeda kala itu," jelas Jaka kepada SINDOnews, Minggu (15/8/2021) malam.
Jaka menambahkan, Satsuki Mishima lalu menggambarkan suasana rumah Maeda kala itu, termasuk barang-barang yang tersedia apa saja. Misal di ruang tamu ada hiasan burung, tombak, kursi tamu, bentuk mejanya seperti apa, dan ruang makan seperti apa.
"Ketika di bagian mesin ketik, berdasarkan pengakuan Beliau, Beliaulah yang mencari pinjaman mesin ketik, karena di rumah Maeda tidak memiliki mesin ketik huruf latin, yang ada huruf kanji," kata Jaka.
Maka, di tengah malam itu, Satsuki Mishima mencari pinjaman mesin tik. Entah bagaimana caranya, lanjut Jaka, Satsuki pergi ke Kantor Perwakilan Angkatan Laut Jerman. "Dari situlah Beliau berhasil mendapatkan mesin tik itu. Komandan Angkatan Laut Jerman itu bernama Kolonel Hermann W. Kandeler," ujar Jaka.
Satsuki Mishima. Foto/Dok Munasprok
Dikutip dari munasprok.go.id, Kolonel Kandeler berkantor di Gedung KPM (sekarang Pertamina) di Koningsplein (Medan Merdeka Timur).
Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi dengan didampingi BM Diah. Ada beberapa perubahan kata dalam Naskah Proklamasi tersebut. Misal, kata "tempoh" menjadi "tempo", "wakil-wakil Bangsa Indonesia" menjadi "atas nama Bangsa Indonesia", serta penulisan hari dan bulannya.
Mesin tik yang digunakan Sayuti Melik untuk mengetik Naskah Proklamasi. Foto/Dok Munasprok
Baca juga: Sepenggal Kisah Naskah Proklamasi, Ditandatangani Soekarno-Hatta di Atas Piano
Teks tersebut lalu diserahkan kepada Soekarno untuk ditandatangani oleh Soekarno–Hatta atas nama bangsa Indonesia. Penandatanganan Naskah Proklamasi tersebut dilakukan di atas sebuah piano yang ada di rumah Maeda. Naskah Proklamasi itu dibacakan Soekarno di Pegangsaan Timur 56 pada pukul 10.00 WIB.
Sayuti Melik adalah nama yang lebih dikenal publik. Nama lengkapnya Mohamad Ibnu Sayuti. Dia lahir di Sleman, DIY, 22 November 1908.
Kemahiran menulisnya digunakan Sayuti Melik untuk menyebarkan pemikiran-pemikirannya maupun untuk terjun ke bidang jurnalistik. Dia pernah ditahan berkali-kali oleh Belanda, dibuang ke Boven Digul (1927-1933), kemudian tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).
Singkat cerita, saat perumusan Naskah Proklamasi di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No 1 Jakarta pada 17 Agustus 1945, Sayuti Melik dan Soekarni yang merupakan wakil para pemuda ikut hadir. Setelah konsep Naskah Proklamasi yang dirumuskan oleh Soekarno (Bung Karno), Mohammad Hatta (Bung Hatta), dan Achmad Soebardjo jadi, konsep tersebut dibacakan di hadapan para tokoh yang hadir.
Setelah disetujui, Bung Karno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik Naskah Proklamasi tersebut. Menurut Kurator Museum Perumusan Naskah Proklamasi ( Munasprok ) Jaka Perbawa, mesin tik yang dipakai Sayuti Melik adalah mesin tik pinjaman dari Angkatan Laut Jerman.
Jaka mengisahkan, Tim Kajian Pendirian Munasprok pada 1985 kedatangan Satsuki Mishima, seorang perempuan yang saat peristiwa perumusan Naskah Proklamasi menjadi kepala rumah tangga di rumah Laksamana Maeda .
"Tim kala itu mencari tahu staf Maeda yang masih hidup siapa. Kemudian, dari pemerintah Jepang diutuslah Ibu Satsuki Mishima. Kemudian dilakukanlah wawancara untuk mengetahui apa saja yang ada di rumah Maeda kala itu," jelas Jaka kepada SINDOnews, Minggu (15/8/2021) malam.
Jaka menambahkan, Satsuki Mishima lalu menggambarkan suasana rumah Maeda kala itu, termasuk barang-barang yang tersedia apa saja. Misal di ruang tamu ada hiasan burung, tombak, kursi tamu, bentuk mejanya seperti apa, dan ruang makan seperti apa.
"Ketika di bagian mesin ketik, berdasarkan pengakuan Beliau, Beliaulah yang mencari pinjaman mesin ketik, karena di rumah Maeda tidak memiliki mesin ketik huruf latin, yang ada huruf kanji," kata Jaka.
Maka, di tengah malam itu, Satsuki Mishima mencari pinjaman mesin tik. Entah bagaimana caranya, lanjut Jaka, Satsuki pergi ke Kantor Perwakilan Angkatan Laut Jerman. "Dari situlah Beliau berhasil mendapatkan mesin tik itu. Komandan Angkatan Laut Jerman itu bernama Kolonel Hermann W. Kandeler," ujar Jaka.
Satsuki Mishima. Foto/Dok Munasprok
Dikutip dari munasprok.go.id, Kolonel Kandeler berkantor di Gedung KPM (sekarang Pertamina) di Koningsplein (Medan Merdeka Timur).
Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi dengan didampingi BM Diah. Ada beberapa perubahan kata dalam Naskah Proklamasi tersebut. Misal, kata "tempoh" menjadi "tempo", "wakil-wakil Bangsa Indonesia" menjadi "atas nama Bangsa Indonesia", serta penulisan hari dan bulannya.
Mesin tik yang digunakan Sayuti Melik untuk mengetik Naskah Proklamasi. Foto/Dok Munasprok
Baca juga: Sepenggal Kisah Naskah Proklamasi, Ditandatangani Soekarno-Hatta di Atas Piano
Teks tersebut lalu diserahkan kepada Soekarno untuk ditandatangani oleh Soekarno–Hatta atas nama bangsa Indonesia. Penandatanganan Naskah Proklamasi tersebut dilakukan di atas sebuah piano yang ada di rumah Maeda. Naskah Proklamasi itu dibacakan Soekarno di Pegangsaan Timur 56 pada pukul 10.00 WIB.
(zik)