Bumi yang Kian Panas dan Urgensi Etika Hijau

Jum'at, 13 Agustus 2021 - 12:18 WIB
loading...
A A A
Dari konsep itu berkembang menjadi teori nilai intrinsik. Berdasarkan teori ini manusia justru dituntut untuk melindungi makhluk lain di jagad ini. Kata filsuf Paul Taylor, pendukung teori ini, secara moral manusia terikat untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan makhluk lain yang non manusia. Jadi, manusia punya tanggung jawab, bukan sekadar menindas. Semakin menindas, alam kian melawan. Bahkan manusia bisa balik ditindas lewat bencana hingga pagebluk.

Kesadaran akan etika hijau ini menjadi dasar kuat dalam perilaku ekonomi.Homo economicusdiajak untuk pelan-pelan meninggalkan ekonomi egosentris dan menerapkan ekonomi ekosentris. Di tengah-tengah keduanya terdapat ekonomi hijau. Konsep ekonomi hijau inilah menjadi diskusi hangat belakangan ini, terutama sejak Program Lingkungan PBB (UNEP) memunculkannya. Alasan UNEP memunculkannya karena alasan kerusakan lingkungan, pemanasan global, dan ketidakadilan sosial.

Kerusakan lingkungan dan ketidakadilan sosial menjadi bukti bahwa manusia cenderung serakah mempraktikkan ekonomi egosentris. Itulah sebabnya ekonomi hijau ditawarkan untuk meredam keserakahan itu. Konsepnya dipahami sebagai upaya ekonomi yang menjamin hidup manusia dan keadilan sosial sekaligus meminimalkan dampak buruk ekologis serta kelangkaan sumber daya alam. Target ekonomi hijau ini antara lain emisi karbon rendah, efisiensi sumber daya alam, dan terjaminnya kehidupan sosial.

Jadi yang musti diperkuat adalah etika hijau. Konsepreward and punishmentdianggap mampu mendorong penguatan etika hijau tersebut. Berpijak pada etika hijau ini, selanjutnya ekonomi hijau akan terbangun. Inilah yang bisa mengantisipasi prediksi IPCC tersebut.
(bmm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 4.4054 seconds (0.1#10.140)