Wujudkan Generasi Kuat, Kemkominfo Ajak Remaja Zaman Now Diet Sehat
loading...
A
A
A
Padahal, lanjut Dwi, berat badan ideal dapat diukur melalui body mass index (indeks masa tubuh), di mana tinggi dan berat badan harus seimbang. Selain itu, pengecekan hemoglobin (HB) juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya anemia yang dapat mengganggu produktifitas remaja dan berisiko terjadinya stunting.
Dia menambahkan, para remaja dapat menerapkan pola makan yang sehat dan diimbangi dengan berolahraga, sehingga metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik. Hal ini juga dapat berdampak positif di masa depan untuk melahirkan generasi selanjutnya yang sehat dan berkualitas.
“Remaja harus mampu menerapkan pola makan dengan asupan gizi yang baik dan diimbangi dengan kegiatan fisik seperti berolahraga untuk menjaga metabolisme tubuh. Khususnya bagi remaja putri wajib untuk menjaga kadar hemoglobin dalam darah, karena faktanya hampir 50 persen remaja putri di Indonesia mengalami anemia, hal tersebut tentu tidak baik untuk remaja putri sebagai seorang calon ibu,” ucapnya.
Selain itu, Dokter Gizi Klinis Putri Sakti Dwi Permatasari yang menjadi narasumber di Kepoin Genbest Lampung ini juga mengingatkan para remaja untuk tidak melakukan diet sembarangan. Mereka juga harus menerapkan pola makan yang sehat dengan tetap memperhatikan kecukupan nutrisi bagi tubuh.
“Tidak ada cara yang instan untuk membentuk tubuh yang ideal. Diet yang sehat dapat dilakukan dengan terapi nutrisi yakni melakukan pengurangan komposisi kalori secara bertahap yang tentu harus dalam pantauan dokter atau ahli gizi, selain itu harus rajin berolahraga, dan memperhatikan waktu tidur atau istirahat yang cukup," ujarnya.
Menurutnya, kesehatan dari dalam tubuh merupakan hal yang paling utama. Jika asupan nutrisi saat remaja kurang, maka akan berdampak buruk bagi tubuh dan beresiko terjadinya stunting pada anak yang dilahirkannya di masa depan.
Menerapkan pola hidup yang sehat saat remaja akan menunjang perkembangan dan pertumbuhan yang lebih optimal.
“Selain nutrisi gizi yang harus seimbang, harus diimbangi juga dengan anti mager dan mulai aktif berolahraga, kecukupan tidur, serta manajemen stress. Jika Ibu sedang hamil dan tidak mampu me-manage emosinya otomatis aliran nutrisi ke bayi juga akan terganggu, jadi 1.000 HPK akan menjadi tidak optimal,” tuturnya. CM
Dia menambahkan, para remaja dapat menerapkan pola makan yang sehat dan diimbangi dengan berolahraga, sehingga metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik. Hal ini juga dapat berdampak positif di masa depan untuk melahirkan generasi selanjutnya yang sehat dan berkualitas.
“Remaja harus mampu menerapkan pola makan dengan asupan gizi yang baik dan diimbangi dengan kegiatan fisik seperti berolahraga untuk menjaga metabolisme tubuh. Khususnya bagi remaja putri wajib untuk menjaga kadar hemoglobin dalam darah, karena faktanya hampir 50 persen remaja putri di Indonesia mengalami anemia, hal tersebut tentu tidak baik untuk remaja putri sebagai seorang calon ibu,” ucapnya.
Selain itu, Dokter Gizi Klinis Putri Sakti Dwi Permatasari yang menjadi narasumber di Kepoin Genbest Lampung ini juga mengingatkan para remaja untuk tidak melakukan diet sembarangan. Mereka juga harus menerapkan pola makan yang sehat dengan tetap memperhatikan kecukupan nutrisi bagi tubuh.
“Tidak ada cara yang instan untuk membentuk tubuh yang ideal. Diet yang sehat dapat dilakukan dengan terapi nutrisi yakni melakukan pengurangan komposisi kalori secara bertahap yang tentu harus dalam pantauan dokter atau ahli gizi, selain itu harus rajin berolahraga, dan memperhatikan waktu tidur atau istirahat yang cukup," ujarnya.
Menurutnya, kesehatan dari dalam tubuh merupakan hal yang paling utama. Jika asupan nutrisi saat remaja kurang, maka akan berdampak buruk bagi tubuh dan beresiko terjadinya stunting pada anak yang dilahirkannya di masa depan.
Menerapkan pola hidup yang sehat saat remaja akan menunjang perkembangan dan pertumbuhan yang lebih optimal.
“Selain nutrisi gizi yang harus seimbang, harus diimbangi juga dengan anti mager dan mulai aktif berolahraga, kecukupan tidur, serta manajemen stress. Jika Ibu sedang hamil dan tidak mampu me-manage emosinya otomatis aliran nutrisi ke bayi juga akan terganggu, jadi 1.000 HPK akan menjadi tidak optimal,” tuturnya. CM
(ars)