Slamet Riyadi, Gugur Tertembak di Usia 23 Tahun Jelang Operasi Berakhir

Selasa, 20 Juli 2021 - 06:08 WIB
loading...
A A A
Meskipun Slamet dan pasukannya melancarkan serangan terhadap tentara Belanda yang berusaha mendekati Solo melalui Klaten, tentara Belanda akhirnya berhasil memasuki kota. Dengan menerapkan kebijakan "berpencar dan menaklukkan", Slamet mampu menghalau tentara Belanda dalam waktu empat hari. Setelah itu, Slamet dikirim ke Jawa Barat untuk melawan Angkatan Perang Ratu Adil bentukan Raymond Westerling.

Namun tak lama setelah berakhirnya perang, Republik Maluku Selatan (RMS) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Indonesia yang baru lahir. Slamet dikirim ke garis depan pada tanggal 10 Juli 1950 sebagai bagian dari Operasi Senopati. Untuk merebut kembali Pulau Ambon, Slamet membawa setengah pasukannya dan menyerbu pantai timur, sedangkan sisanya ditugaskan untuk menyerang dari pantai utara.

Meskipun pasukan kedua mengobarkan perlawanan dengan sengit, pasukan Slamet mampu mengambil alih pantai tanpa perlawanan; mereka kemudian mendaratkan lebih banyak infanteri dan kendaraan lapis baja.

Pada tanggal 3 Oktober, pasukan Slamet bersama dengan Kolonel Alexander Evert Kawilarang ditugaskan untuk mengambil alih ibu kota pemberontak di New Victoria. Slamet dan Kawilarang memimpin tiga serangan; pasukan darat menyerang dari utara dan timur, sedangkan pasukan laut langsung diterjunkan di pelabuhan Ambon.

Pasukan Slamet merangsek mendekati kota melewati rawa-rawa bakau, perjalanan yang memakan waktu selama sebulan. Dalam perjalanan, tentara RMS yang bersenjatakan Jungle Carbine dan Owen Gun terus menembaki pasukan Slamet sehingga sering kali membuat mereka terjepit.

Setibanya di New Victoria, pasukan Slamet diserang oleh pasukan RMS. Namun, ia tidak mengetahui akhir pertempuran tersebut. Ketika Slamet sedang menaiki sebuah tank menuju markas pemberontak pada tanggal 4 November 1950, senjata mesin menembakinya. Peluru tersebut menembus baju besi dan perutnya.

Setelah dilarikan ke rumah sakit kapal di perairan Tulehu, Maluku Tengah. Slamet bersikeras untuk kembali ke medan pertempuran. Para dokter lalu memberinya banyak morfin dan berupaya untuk mengobati luka tembaknya, namun upaya ini gagal. Slamet gugur pada malam itu juga dan pertempuran berakhir pada hari yang sama. Slamet lalu dimakamkan di Ambon.

Slamet Riyadi gugur di usia yang sangat muda 23 tahun menjelang operasi berakhir. Atas jasanya terhadap bangsa Indonesia, Slamet Riyadi kemudian dianugerahi pangkat Brigadir Jenderal (Anumerta) TNI.

Sejak kematiannya, Slamet Riyadi telah menerima banyak penghormatan. Sebuah jalan utama di Surakarta dinamakan menurut namanya, begitu juga dengan fregat TNI AL, KRI Slamet Riyadi. KRI Slamet Riyadi merupakan sebuah fregat yang dikatakan sebagai salah satu kapal tercanggih yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut.

Selain itu, Slamet Riyadi juga dianugerahi beberapa tanda kehormatan secara anumerta yakni, Bintang Sakti pada bulan Mei 1961, Bintang Gerilya pada bulan Juli 1961, dan Satya Lencana Bakti pada bulan November 1961. Baca juga: Kisah Azwar Syam, Orang yang Berani Menempeleng Prabowo Subianto
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)