Kisah Azwar Syam, Orang yang Berani Menempeleng Prabowo Subianto

Senin, 12 Juli 2021 - 06:03 WIB
loading...
Kisah Azwar Syam, Orang yang Berani Menempeleng Prabowo Subianto
Kolonel Mar TNI (Purn) Azwar Syam. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) yang kini bernama Akademi Militer (Akmil) merupakan sekolah pendidikan TNI Angkatan Darat (AD) dan Sekolah Perwira Prajurit Karier TNI yang berlokasi di Kota Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.

Di pusat pendidikan itu, para perwira muda ditempa dan digembleng dengan keras agar menjadi seorang pemimpin TNI AD yang berkualitas dimasa mendatang. Disiplin yang tinggi dan kerasnya pendidikan membuat pusat pendidikan tersebut kerap kali disebut sebagai Kawah Candradimuka bagi para prajurit TNI AD. Baca Juga: Operasi Militer TNI Paling Melegenda dari Masa ke Masa

Kerasnya pendidikan di AKABRI ini diakui oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Bahkan, menantu Presiden ke 2 RI Soeharto ini pernah merasakan wajahnya di tempeleng karena dianggap melanggar aturan. Dikutip dari “Kepemimpinan Militer Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” mantan Danjen Kopassus ini menceritakan sosok Kolonel Mar TNI (Purn) Azwar Syam, orang yang pernah menempelengnya.

“Saya pertama kali bertemu dan mengenal Pak Azwar Syam saat menjalani pendidikan sebagai taruna di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) bagian umum dan darat di Magelang pada 1970,” ucapnya.

Azwar Syam, Komandan Kompi 2 Batalyon C4 merupakan sosok berperawakan langsing, kurus dan tidak terlihat satu sentimeter pun lemak di badannya. Berkulit hitam dan memiliki sorot mata yang tajam dan penuh percaya diri. Azwar Syam selalu mengenakan baret ungu dengan baju hijau yang sudah terlihat belel. Tapi sangat rapi karena disetrika bahkan dikanji. Kopelnya sangat mengkilap, demikian pula sepatunya. Di Papan nama dada tertulis Azwar Syam. Sementara di bagian dada kiri terdapat tiga huruf besar KKO.

Peristiwa tak terlupakan itu terjadi saat perpeloncoan pada hari-hari pertama masuk AKABRI. Saat itu, kepala kami sudah digunduli, para senior kemudian memberikan helm besi baja tanpa alas. Para senior kemudian berbagi tips untuk menyiasati agar kepala tidak sakit saat memakai helm baja tersebut yaitu melapisi kepala dengan kain bahan. Banyak dari peserta yang memanfaatkan celana dalam hasil pembagian dari AKABRI. Walaupun celana dalam pembagian itu berbahan kain yang sangat kasar dan memakai tali kawat pula. Tapi lumayan bisa dimanfaatkan untuk mengurangi rasa sakit di kepala ketika memakai helm baja tersebut.

Selain itu, ada juga senior yang memberikan setengah tangkap gula jawa kepada saya seraya berbisik bahwa gula jawa akan membuat tubuh tetap prima, tidak mudah lelah. Sebagai taruna junior, gula jawa itupun diterima dan ditaruhnya di kantong celana. Sesaat kemudian, tiba-tiba digelar apel.

Kisah Azwar Syam, Orang yang Berani Menempeleng Prabowo Subianto


Saat itu, Letnan KKO Azwar Syam memeriksa kami satu persatu. Ketika menghampiri saya, dia langsung memegang kantong celana saya. Saya tidak tahu apakah dia sudah melihat sebelumnya bahwa saya mengantongi gula jawa atau tidak.

Dia lantas bertanya, “Apa ini?”

Lantas Azwar Syam mengecek dan mengambil gula jawa dari kantong celana saya. Dan tanpa babibu, beliau langsung menempeleng saya. “Poook” kira-kira begitu bunyinya. Sakit dan menyakitkan. “Jadi saya mendapat “kehormatan” sebagai taruna pertama yang ditempeleng di Kompi 2 C4,” kenang Ketua Umum DPP Partai Gerindra ini.

Ajaibnya, Prabowo mengaku tidak membenci Letnan Azwar Syam yang telah menempelengnya di depan taruna-taruna lain tersebut. Bahkan, lambat laun timbul rasa hormat dan sayang kepada beliau. Prabowo mengaku, ada beberapa hal yang dipelajari dari sosok Pak Azwar. ”Pertama, terkait kerapian. Dari beliau saya beliau saya belajar bahwa komandan pasukan di lapangan tidak perlu memakai pakaian baru. Tapi yang penting harus rapi. Pakaian itu malah jadi kebanggaan. Simbol dari perjuangan,” ucapnya.

“Kedua, ketegasan. Orang yang pertama kali menempeleng saya selain kedua orang tua tentunya adalah beliau. Orang tua saya menampar saya itu juga ketika saya masih kecil karena mungkin ketika itu saya anak nakal. Menginjak masa SMP dan SMA, tidak pernah lagi kedua orang tua saya menempeleng saya,” kenang Prabowo.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1912 seconds (0.1#10.140)