Sejumlah Negara Mulai Berdamai dengan Corona
loading...
A
A
A
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara yang berkedudukan di New Delhi, India ini membeberkan, tiga indikator tersebut harus dijalankan semaksimal mungkin menyikapi dan menyesuaikan keadaan yang ada agar Indonesia bisa benar-benar berhasil perang melawan pandemi Covid-19.
Tjandra menjelaskan, untuk PHSM pada dasarnya bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19 dari orang ke orang di lingkungan sekitar. Sehingga, kemudian kampanye dan tindakan yang mulai diambil paling awal dan fundamental untuk mewujudkan PHSM adalah memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan ini mengungkapkan, dari sisi pelaksanan 3T memang Indonesia masih cukup lemah dan kurang maksimal.
Dia mencontohkan, misalnya ada sekitar 100 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan sebagian ditangani atau masuk rumah sakit dan sebagian melakukan isolasi mandiri (isoman). Seharusnya yang diingat juga oleh pemerintah dan stakeholder terkait adalah selain 100 orang itu pasti ada orang yang masih berada di luar yang memiliki gejala atau tidak memiliki gejala atau tidak sempat dites.
Lantas kira-kira kapan Indonesia bisa berdamai dengan Covid-19? Tjandra menegaskan, sebelum menjawab itu maka perlu dilihat situasi di beberapa negara dan kejadian di masa awal pandemi Covid-19 di Indonesia pada Maret 2020. Di Eropa sudah tampak banyak warganya yang sudah bisa menonton Piala Eropa 2020 secara langsung di stadion. Di sisi lain, masih ada banyak negara yang juga masih menghadapi masalah seperti Indonesia.
Tjandra mengatakan, pada Maret 2020 saat suspect pertama terkonfirmasi di Indonesia kemudian ada banyak pihak baik dalam negeri maupun luar negeri yang membuat perkiraan dengan sistem yang canggih dan big data. Para pihak itu menyebutkan bahwa Indonesia akan mampu mengendalikan dan keluar dari pandemi Covid-19 pada sekitar September atau Oktober 2020. Tapi prediksi itu kemudian dievaluasi dan bergeser perkiraan menjadi November 2020. Belakangan para pihak itu tidak berani lagi melakukan evaluasi dan menyampaikan perkiraan.
"Apa yang mau saya katakan? Bahwa sangat tidak mudah untuk memperkirakan situasi Covid-19 ini di suatu negara dan juga di dunia kapan akan berhenti. Sangat tidak mudah karena ada banyak aspek yang tidak bisa diprediksi," imbuhnya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR dari Fraksi PKB Nihayatul Wafiroh menilai, saat ini yang paling penting bagi Indonesia adalah melakukan penanganan dan penanggulangan pandemi Covid-19 di dalam negeri secara maksimal karena jumlah pasien Covid-19 terus mengalami peningkatan.
Untuk itu, Komisi IX mendesak pemerintah termasuk dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkuat sistem kesehatan nasional untuk meningkatkan respon kedaruratan pandemi Covid-19. Penguatan sistem itu, kata perempuan yang karib disapa Ninik ini yakni baik bagi pasien Covid-19 yang sedang ditangani atau warga yang belum dites dan ditelusuri.
"Komisi IX DPR mendesak pemerintah memperkuat sistem kesehatan nasional di tengah kedaruratan pandemi Covid-19," ujar Ninik.
Tjandra menjelaskan, untuk PHSM pada dasarnya bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19 dari orang ke orang di lingkungan sekitar. Sehingga, kemudian kampanye dan tindakan yang mulai diambil paling awal dan fundamental untuk mewujudkan PHSM adalah memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan ini mengungkapkan, dari sisi pelaksanan 3T memang Indonesia masih cukup lemah dan kurang maksimal.
Dia mencontohkan, misalnya ada sekitar 100 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan sebagian ditangani atau masuk rumah sakit dan sebagian melakukan isolasi mandiri (isoman). Seharusnya yang diingat juga oleh pemerintah dan stakeholder terkait adalah selain 100 orang itu pasti ada orang yang masih berada di luar yang memiliki gejala atau tidak memiliki gejala atau tidak sempat dites.
Lantas kira-kira kapan Indonesia bisa berdamai dengan Covid-19? Tjandra menegaskan, sebelum menjawab itu maka perlu dilihat situasi di beberapa negara dan kejadian di masa awal pandemi Covid-19 di Indonesia pada Maret 2020. Di Eropa sudah tampak banyak warganya yang sudah bisa menonton Piala Eropa 2020 secara langsung di stadion. Di sisi lain, masih ada banyak negara yang juga masih menghadapi masalah seperti Indonesia.
Tjandra mengatakan, pada Maret 2020 saat suspect pertama terkonfirmasi di Indonesia kemudian ada banyak pihak baik dalam negeri maupun luar negeri yang membuat perkiraan dengan sistem yang canggih dan big data. Para pihak itu menyebutkan bahwa Indonesia akan mampu mengendalikan dan keluar dari pandemi Covid-19 pada sekitar September atau Oktober 2020. Tapi prediksi itu kemudian dievaluasi dan bergeser perkiraan menjadi November 2020. Belakangan para pihak itu tidak berani lagi melakukan evaluasi dan menyampaikan perkiraan.
"Apa yang mau saya katakan? Bahwa sangat tidak mudah untuk memperkirakan situasi Covid-19 ini di suatu negara dan juga di dunia kapan akan berhenti. Sangat tidak mudah karena ada banyak aspek yang tidak bisa diprediksi," imbuhnya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR dari Fraksi PKB Nihayatul Wafiroh menilai, saat ini yang paling penting bagi Indonesia adalah melakukan penanganan dan penanggulangan pandemi Covid-19 di dalam negeri secara maksimal karena jumlah pasien Covid-19 terus mengalami peningkatan.
Untuk itu, Komisi IX mendesak pemerintah termasuk dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkuat sistem kesehatan nasional untuk meningkatkan respon kedaruratan pandemi Covid-19. Penguatan sistem itu, kata perempuan yang karib disapa Ninik ini yakni baik bagi pasien Covid-19 yang sedang ditangani atau warga yang belum dites dan ditelusuri.
"Komisi IX DPR mendesak pemerintah memperkuat sistem kesehatan nasional di tengah kedaruratan pandemi Covid-19," ujar Ninik.