Warganet, Ini Cara Bermedia Sosial Nicholas Saputra
loading...
A
A
A
JAKARTA - Media digital di era pandemi tidak hanya menjadi alat penunjang komunikasi, tetapi kehadirannya sudah menjadi kebutuhan.
Semua kebutuhan kita, sebagaian besar dituntaskan melalui media digital. Tak heran, jika Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus memberi edukasi melalui Siberkreasi. Kali ini, diskusi literasi disuguhkan Aktor kenamaan Nicholas Saputra. Diskusi yang dipandu pakar komunikasi dan media sosial, Iwan Setyawan ini berlangsung seru.
Nicholas Saputera menjadi magnet bagi kita semua. Tak heran, sisi kehidupannya sangat menarik untuk diketahui khalayak. Melalui diskusi literasi yang bertema "Mengulik media Sosial Nicholas Saputra", kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan sosial media dari seorang Nicholas Saputra terutama di masa PPKM seperti sekarang ini.
Di awal diskusi, aktor keturunan Jawa-Jerman ini menyatakan selalu mengikuti peraturan yang berlaku.
"Mengingat sekarang semakin ketat, ya sekarang saya tetap mengikuti saja peraturan yang ada. Karena sebenarnya, ketika masih dalam pandemi tahun lalu pun saya masih tetap bekerja, tetap melakukan aktivitas," kata Nicholas.
Meski senang dengan traveling, di masa pandemi ini ia membatasi kegiatan traveling-nya. Namun, meski begitu Nicho mengaku punya cara untuk bisa tetap menghibur diri di tengah pandemi Covid-19, yaitu dengan tetap melakukan kegiatan atau aktivitas seperti biasa. “Kalo produktif mungkin kurang tapi bagaimana kita harus punya cara untuk tetap adjust bagaimana kesenangan kita, kemampuan kita dan saya melakukannya mungkin sekarang dengan tempo yang lambat dan mendalam," tuturnya.
Masa Pandemi Masa Tepat Menggali Hidup
Ia mengaku masa pandemi ini menjadi waktu yang tepat untuk memandang lebih mendalam arti hidup. “Pada masa pandemi Covid-19, semua orang memang mengalami perubahan tempo hidup yang tadinya bergerak dengan cepat, sekarang harus dilakukan dengan cara yang bisa dikatakan sangat lambat, “ ucapnya.
Bagi Nicholas Saputra ada banyak yang bisa ia dapati dalam situasi tersebut termasuk memandang lebih dalam tentang hidup, tentang kebahagian, penderitaan di mana banyak manusia yang lebih memilih untuk menyendiri." Justru menurut saya ini waktunya untuk bisa melakukan itu. Karena kita nggak lagi dikejar-kejar waktu, kita bisa menentukan tempo kita sendiri di situasi seperti sekarang ini. Banyak momen-momen yang lebih mencari pola ketenangan hidup, meditatif. Itu yang bisa dilakukan buat saya sekarang ini," katanya.
Dalam bermedia sosial ia juga mengajak untuk lebih bisa cakap digital. Caranya menurut dia dengan memanfaatkan ruang digital dengan baik. Sehingga media sosial bisa jadi ruang yang baik untuk diri sendiri.
"Menurut saya, yang pertama pilar cakap digital adalah untuk memahami sebenarnya atau utamanya apa saja yang bisa digali untuk bisa menambah inspirasi, menambah kesiapan hidup kita, jadi harus mengenali betul apa sosial media yang tepat,” katanya.
Pilar kedua yakni digital culture, menurutnya adalah menggunakan sosial media agar menciptakan sebuah tempat kita bisa saling terkoneksi dan saling kritik.
“Saya rasa harus ada di situ karena kita tentu tidak hanya bisa ngobrolin tentang hal-hal yang ingin kita dengar saja, jadi harus balance, tetapi culture ini terbentuk ketika kita juga bisa memahaminya dan menerima dan begitupula dengan pujian, karena nggak semua pujian itu baik,” ucapnya.
Semua kebutuhan kita, sebagaian besar dituntaskan melalui media digital. Tak heran, jika Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus memberi edukasi melalui Siberkreasi. Kali ini, diskusi literasi disuguhkan Aktor kenamaan Nicholas Saputra. Diskusi yang dipandu pakar komunikasi dan media sosial, Iwan Setyawan ini berlangsung seru.
Nicholas Saputera menjadi magnet bagi kita semua. Tak heran, sisi kehidupannya sangat menarik untuk diketahui khalayak. Melalui diskusi literasi yang bertema "Mengulik media Sosial Nicholas Saputra", kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan sosial media dari seorang Nicholas Saputra terutama di masa PPKM seperti sekarang ini.
Di awal diskusi, aktor keturunan Jawa-Jerman ini menyatakan selalu mengikuti peraturan yang berlaku.
"Mengingat sekarang semakin ketat, ya sekarang saya tetap mengikuti saja peraturan yang ada. Karena sebenarnya, ketika masih dalam pandemi tahun lalu pun saya masih tetap bekerja, tetap melakukan aktivitas," kata Nicholas.
Meski senang dengan traveling, di masa pandemi ini ia membatasi kegiatan traveling-nya. Namun, meski begitu Nicho mengaku punya cara untuk bisa tetap menghibur diri di tengah pandemi Covid-19, yaitu dengan tetap melakukan kegiatan atau aktivitas seperti biasa. “Kalo produktif mungkin kurang tapi bagaimana kita harus punya cara untuk tetap adjust bagaimana kesenangan kita, kemampuan kita dan saya melakukannya mungkin sekarang dengan tempo yang lambat dan mendalam," tuturnya.
Masa Pandemi Masa Tepat Menggali Hidup
Ia mengaku masa pandemi ini menjadi waktu yang tepat untuk memandang lebih mendalam arti hidup. “Pada masa pandemi Covid-19, semua orang memang mengalami perubahan tempo hidup yang tadinya bergerak dengan cepat, sekarang harus dilakukan dengan cara yang bisa dikatakan sangat lambat, “ ucapnya.
Bagi Nicholas Saputra ada banyak yang bisa ia dapati dalam situasi tersebut termasuk memandang lebih dalam tentang hidup, tentang kebahagian, penderitaan di mana banyak manusia yang lebih memilih untuk menyendiri." Justru menurut saya ini waktunya untuk bisa melakukan itu. Karena kita nggak lagi dikejar-kejar waktu, kita bisa menentukan tempo kita sendiri di situasi seperti sekarang ini. Banyak momen-momen yang lebih mencari pola ketenangan hidup, meditatif. Itu yang bisa dilakukan buat saya sekarang ini," katanya.
Dalam bermedia sosial ia juga mengajak untuk lebih bisa cakap digital. Caranya menurut dia dengan memanfaatkan ruang digital dengan baik. Sehingga media sosial bisa jadi ruang yang baik untuk diri sendiri.
"Menurut saya, yang pertama pilar cakap digital adalah untuk memahami sebenarnya atau utamanya apa saja yang bisa digali untuk bisa menambah inspirasi, menambah kesiapan hidup kita, jadi harus mengenali betul apa sosial media yang tepat,” katanya.
Pilar kedua yakni digital culture, menurutnya adalah menggunakan sosial media agar menciptakan sebuah tempat kita bisa saling terkoneksi dan saling kritik.
“Saya rasa harus ada di situ karena kita tentu tidak hanya bisa ngobrolin tentang hal-hal yang ingin kita dengar saja, jadi harus balance, tetapi culture ini terbentuk ketika kita juga bisa memahaminya dan menerima dan begitupula dengan pujian, karena nggak semua pujian itu baik,” ucapnya.