Semangat Berbagi di Tengah Pandemi Covid-19

Senin, 05 Juli 2021 - 05:53 WIB
loading...
A A A
Bangsa Paling Dermawan
Meningkatnya soldaritas dan empati warga dalam berbagi ke sesama di masa pandemi ini seolah mengonfirmasi predikat Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia.

Pada tengah Juni 2021, Indonesia kembali didapuk sebagai bangsa paling dermawan berdasarkan World Giving Index 2021 yang dirilis Charity Aid Foundation (CAF). Indonesia dua kali berturut-turut menempati posisi yang sama setelah sebelumnya pada 2018 juga berada di posisi puncak. Namun, yang lebih istimewa, tahun ini, Indonesia mengalami kenaikan skor dari 59 ke 69.Berdasarkan temuan CAF lebih dari 8 dari 10 orang Indonesia berdonasi tahun ini. Kedermawanan bangsa Indonesia tiga kali lebih tinggi dari rata-rata global.

Laporan World Giving Index menyediakan gambaran aktivitas kedermawanan di seluruh dunia berdasarkan tiga aspek aktivitas berbagi, yakni membantu orang asing, donasi untuk amal, dan menjadi sukarelawan sebuah organisasi. Laporan tersebut disimpulkan melalui hasil wawancara 1,6 juta orang di berbagai negara.

Dilihat dari ketiga aspek tersebut, Indonesia memiliki poin 65 untuk memberi bantuan pada orang asing, 83 untuk donasi, dan 60 untuk keterlibatan menjadi sukarelawan. Indonesia memiliki rata-rata total skor 69. Salah satu pendorong Indonesia didapuk sebagai paling dermawan karena zakat yang dipraktikkan secara luas, terutama selama pandemi.

Pakar filantropi yang juga dosen Program Studi Manajemen Wakaf dan Zakat Fakultas Syariah IAIN Surakarta Mansur Efendi mengatakan, tidak mengherankan jika bangsa Indonesia mendapat predikat paling dermawan karena jika melihat sejarah, kebiasaan berbagi itu ada sejak dulu.

"Sikap rela berbagi masyarakat kita ini bukan sesuatu yang tiba-tiba, ini ada akar sejarahnya. Sebagai contoh ada istilah Kemanunggalan TNI-Rakyat. Ada Perjuangan Rakyat Semesta. Mereka itu memang tidak bisa berjuang di front depan saat perang mempertahalan kemerdekaan, tapi siap membantu pada sisi lain meski hidup mereka susah," ujarnya saat dihubungi kemarin.

Menurut dia, aksi spontanitas masyarakat berbagi di masa pandemi ini, termasuk gerakan pinjam tabung oksigen, menegaskan bahwa apa yang terjadi sekarang tidak lepas dari rasa senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang hari ini diwujudkan dalam bentuk berbeda.

Fenomena ini, kata dia, harus dilihat posiiif karena bagaimanapun ini bagian solusi yang ingin dihadirkan masyarakat."Kita lahir di tengah bangsa yang tingkat empatinya tinggi, jiwa Pancasila masyarakat kuat, terutama sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab," ujarnya.

Dia menyebut empati yang tinggi masyarakat itu sebagai kesyukuran bahwa bangsa ini punya modalitas dalam berbangsa yakni modalitas kebersamaan. Meski belakangan ini ada upaya polarisasi, yakni orang dibenturkan ke sana kemari dengan berbagai isu, tapi melihat solidaritas masyarakat hari-hari ini, itu malah menanbah optimisme bahwa bangaa ini sesungguhnya punya modalitas.

Hanya saja, Mansur mengingatkan bahwa bahwa donasi masyarakat itu seyogianya bisa dikelola baik. Hal itu untuk menghindari apa yang tidak diinginkan. Secara regulasi, kqta dia, ada UU Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB). Kementerian Sosial yang diamanahi UU dan pihak terkait harus melakukan proses pengawasan yang ketat, baik periizinan pihak yang akan menyelenggarakan PUB maupun dalam penyelenggaraannya.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1338 seconds (0.1#10.140)