Pandemik, Peluang Kebangkitan Ekonomi Digital

Selasa, 29 Juni 2021 - 13:06 WIB
loading...
Pandemik, Peluang Kebangkitan...
Herry Nugraha, Founder dan CEO etanee.id. Foto/Dok. Pribadi
A A A
Herry Nugraha
Founder dan CEO etanee.id
Mahasiswa Doktoral di bidang Ekonomi Pertanian di Institut Pertanian Bogor

ADA hal menarik dibalik pergerakan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan lalu (25/6/2021) yang berhasil pulih, walaupun hanya menguat cenderung tipis sebesar 0,25% secara point-to-point. Pasar modal kembali menggeliat.

Terdapat beberapa saham yang mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan sejak IPO (initial public offering). Sebut saja ARTO, emiten perbankan yang memiliki merek Bank Jago ini adalah sebuah bank digital tanpa kantor cabang. Sejak awal IPO setahun yang lalu, nilai sahamnya sudah naik 5 kali lipat.

Lalu baru-baru ini ada lagi satu emiten yaitu DCII, perusahaan penyedia layanan data center yang naik sampai 11.000% sejak IPO di awal tahun. Fenomena di balik naiknya harga saham ketika ekonomi lesu akibat pandemic menunjukkan telah terjadi perubahan preferensi masyarakat dan investor.

Wabah Covid-19 telah membuat beberapa sektor usaha berbasis mobilitas konsumen terpuruk, namun di waktu bersamaan sektor yang berbasis teknologi tumbuh pesat. Banyak supermarket ternama menutup toko ritelnya, namun di waktu bersamaan traffic belanja masyarakat pada platform e-commerce naik tajam.

Berdasarkan data traffic dari Similarweb, kunjungan Tokopedia dan Shopee saat ini masing-masing 150 juta traffic per bulan. Demikian juga efek pandemik tidak serta merta membuat para pengusaha kuliner bangkrut, karena keterbatasan transaksi dapat diatasi oleh layanan antar makanan dari Gojek, Grab dan disusul Shopee yang baru meluncurkan layanan Shopee Food.

Efek ekonominya sangat dahsyat. Gojek memiliki lebih dari 2 juta pengemudi aktif, 900.000 mitra kuliner dengan 190 juta konsumen telah mengunduh aplikasi ini sejak 2015.

Lanskap bisnis telah berubah. Fenomena lonjakan harga saham Bank Jago dan DCII adalah efek dari ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi digital Indonesia yang sangat menjanjikan. Bank Jago mewakili perubahan model bisnis sektor keuangan yang rendah capex dan opex, tanpa kantor dan karyawan banyak.

Pun demikian melonjaknya saham DCII menunjukkan ekspektasi masa depan pasar digital yang makin besar yang membutuhkan infrastruktur dan data center di Tanah Air. Rencana IPO GoTo, hasil merger Gojek dan Tokopedia menambah kuat sinyal bahwa sektor teknologi akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Paradigma Baru Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah dan para pelaku ekonomi saat ini harus semakin serius membangun paradigma baru dalam membangun pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui pendekatan model riset dan teknologi (R & D). Model pertumbuhan tersebut, melibatkan 4 variabel utama, yaitu tenaga kerja, modal, teknologi, dan output hasil produksi barang atau jasa. Terdapat dua sektor utama dalam model tersebut, yaitusektor penghasil barang di mana output diproduksi dan sektor R & D di mana penambahan pengetahuan dilakukan.

Fenomena social distancing, kebijakan PSBB dan PPKM menyebabkan beberapa sektor industri mengalami perlambatan bahkan penutupan usaha akibat turunnya jumlah konsumen. Namun di sisi lain menyebabkan beberapa sector mendapat dampak positif yaitu ecommerce, logistik, food delivery, telekomunikasi, pangan dan online learning.

Berbeda dengan sektor yang membutuhkan mobilitas fisik konsumen; sektor yang berbasis teknologi memberikan alternatif virtual sehingga aktivitas transaksi, pendidikan dan distribusi pangan selama pandemi justru mengalami kenaikan produktivitas; bahkan menyerap jumlah tenaga kerja lebih banyak.

Teknologi dan model bisnis baru hasil proses R & D telah memberikan dampak sangat positif di tengah krisis yang terjadi. Pemanfaatan teknologi di tengah pandemik juga memberikan peluang bagi para pelaku usaha, UMKM khususnya, untuk bisa mengakses pasar yang lebih luas yang tidak dibatasi oleh lingkup wilayah geografis. Platform ecommerce dan marketplace mampu menghubungkan penjual dan pembeli secara nasional.

Hal ini akan meningkatkan konsumsi di tingkatkonsumen. Dan di waktu bersamaan di tingkat produsen dan pedagang, penjualan tetap bisa dilakukan dan ekonomi barang dan jasa tetap berputar.

Memperkuat Pertumbuhan Berbasis Human Capital
Faktor kedua yang penting untuk menjadi fokus pemerintah dan para pemegang kebijakan adalah membangun pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan modal manusia (human capital), di mana jumlah output ekonomi ditentukan oleh efektivitas tenaga kerja yaitu jumlah total layanan produktif yang disediakan oleh setiap individu pekerja. Salah satu faktor penentu produktivitas tersebut adalah lamanya pendidikan atau peningkatan pengetahuan yang dienyam oleh masyarakat angkatan kerja.

Wabah Covid-19 menyebabkan banyak institusi pendidikan ditutup; sehingga akses angkatan kerja terhadap peningkatan keterampilan menjadi terkendala. Namun di sisi lain, pandemik juga mempercepat proses pengembangan media pembelajaran jarak jauh sehingga mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

Karena itu, penutupan sekolah formal harus dikompensasi dengan perkembangan dan kemudahan akses terhadap berbagai platform pembelajaran online baik yang gratis maupun berbayar. Sehingga masyarakat di usia angkatan kerja memiliki kesempatan untuk menambah keterampilan dan pengetahuan baru melalui platform edutech (teknologi pembelajaran) dengan lebih murah dan lebih fleksibel.

Akselerasi Kebijakan
Pandemik meskipun umumnya dipandang sebagai krisis, namun memberikan peluang yang harus segera dimanfaatkan oleh para pemegang kebijakan maupun pelaku usaha. Langkah yang tepat merespon krisis akan membawa pada perbaikan kinerja ekonomi atau minimal menahan dampak krisis agar tidak berkelanjutan.

Di antara upaya yang prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di masa pandemik ini adalah dengan mengakselerasi perkembangan ekosistem ekonomi digital di Tanah Air. Hal ini akan mempercepat terhubungnya sektor suplai khususnya UMKM dengan pasar konsumen tanpa mengabaikan protokol kesehatan.

Akselerasi ekosistem ekonomi digital juga relatif tidak membutuhkan belanja modal yang besar karena tidak membangun aset fisik dalam infrastrukturnya. Infrastruktur ekonomi digital semakin baik akan mempercepat adopsi pengetahuan bagi angkatan
kerja.

Inilah model pertumbuhan ekonomi endogen, yang berbasis riset, teknologi dan human capital yang mengoptimalkan potensi internal bangsa. Dan dalam jangka panjang, semoga upaya tersebut akan memperkuat daya saing bangsa dan menjadi kunci penggerak menuju high-income economy.
(poe)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0891 seconds (0.1#10.140)