Aplikasi Pelacak Covid-19, Efektifkah?

Sabtu, 26 Juni 2021 - 07:00 WIB
loading...
A A A
Kemudian yang BOR-nya 60–80% mengubah 30% ruang rawat inap dan 15% ICU untuk penanganan pasien Covid-19. RS yang BOR-nya sudah di atas 80% harus mengonversi 40% tempat tidur rawat inap dan 25% ICU untuk pasien Covid-19. Pemerintah pusat sendiri sudah menetapkan tiga RS di bawah kendali Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yakni RS Persahabatan, RS Fatmawati, dan RS Sulianti Saroso, untuk 100% menangani pasien Covid-19.

“Artinya orang-orang sakit biasa yang ke Fatmawati pindah (dulu) ke yang lain. Jadi yang ke Fatmawati hanya untuk Covid-19 atau dengan komorbid. Strategi berikutnya SDM. SDM ini penting, (harus) ada dokter, perawat, farmasi, dan sebagianya. Itu (harus) mengatur jadwal dan beban kerja, kapan naik, turun, dan istirahat,” ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO, Jumat (25/6/2021).

Kemudian pemerintah daerah (pemda) atau RS harus menyiapkan akomodasi, alat pelindung diri (APD), dan tes swab berkala untuk para tenaga kesehatan (nakes). Menurut Alex––sapaan akrab Alexander––, pemerintah juga akan menyiapkan logistik seperti obat-obatan Covid-19 dan non-Covid-19 untuk tiga bulan ke depan.

“Kemudian rumah sakit mulai dari UGD harus bisa melakukan pembagian mana yang gejala ringan, sedang, berat, dan kritis. Ini semua dibagi-bagi untuk bisa menentukan area perawatannya. Tapi sebenarnya rumah sakit ini bisa berkurang bebannya kalau di hulunya (kasus positif) turun,” tuturnya.

Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus menanjak setelah sempat stabil di kisaran 4.000–7.000 per hari sebelum Lebaran walaupun itu tidak juga bisa disebut sedikit. Dalam seminggu terakhir, kasus positif selalu di atas 12.000 kasus per hari. Alex menegaskan segala aturan yang tertera dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro harus dipatuhi masyarakat.

“Mereka yang tidak patuh diberi tindakan yang keras. Kasus sudah tembus 20.000 dan kematian 355 (jiwa), kita harus serius. Enggak boleh main-main lagi. Kalau di rumah, harus di rumah. Kalau ada yang keluar, kalau perlu ada tongkat untuk menghalau mereka. Kecuali mereka yang perlu makan dan obat itu harus difasilitasi,” jelasnya.

Posko-posko terpadu yang di ada di setiap desa diharapkan aktif memantau kesehatan masyarakat. Jika ada yang positif dan mengalami pemburukan, segera dibawa ke RS. Alexander mengatakan pentingnya pelacakan terhadap orang-orang yang diduga terpapar. Dia mengklaim pelacakan ini sempat lumayan baik ketika dipegang Satgas Penanganan Covid-19.

Saat itu Satgas dengan bantuan relawan sudah bisa melakukan pelacakan 1:8 orang. Artinya bila ada 1 orang positif bisa dilacak 8 orang yang kontak erat. Menurutnya pelacakan saat ini di bawah kendali Kemenkes menurun agresivitasnya. Padahal idealnya pelacakan ini 1:30 orang. Namun Alexander memahami penurunan ini karena beban kerja di puskesmas-puskesmas juga cukup berat.

Satgas Penanganan Covid-19 meminta masyarakat atau pasien positif Covid-19 tidak datang ke faskes jika sudah bergejala sedang atau apalagi berat. Mereka yang sudah dinyatakan positif berdasarkan hasil lab tetap harus melakukan konsultasi dengan dokter. Menurut Alex, dokter nanti yang menentukan apakah gejala ringan, sedang, atau berat.

“Ditentukan mau isolasi mandiri atau dirawat di RS. Tidak ada orang yang langsung sakit sedang dan berat. Semua berproses. Persoalannya sudah sedang-berat, ramai-ramai ke RS. Tujuannya sama, sama-sama ingin masuk ICU. Akhirnya ICU ini terbatas (penuh),” tandasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1039 seconds (0.1#10.140)