PSBB Kurangi 40% Pergerakan Warga, Seberapa Efektif Dibanding Negara Lain?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia dinilai sukses mengurangi mobilitas masyarakat hingga 40%. Namun, kebijakan tersebut belum mampu menurunkan jumlah kasus positif Covid-19 harian.
Berdasarkan riset data yang dilakukan Lifepal, penurunan kasus signifikan terjadi pada negara-negara yang mobilitas masyarakatnya dapat ditekan hingga di atas 70%.
Sejak 10 Maret hingga 19 Mei 2019, mobilitas atau pergerakan masyarakat ke berbagai pusat aktivitas di Indonesia mengalami penurunan. Contohnya aktivitas di taman dan ruang terbuka yang menurun hingga 36%, di pusat retail dan rekreasi menurun hingga 38%, di stasiun dan terminal transit menurun hingga 53%, dan di tempat kerja yang menurun hingga 36%. Total, rata-rata penurunan mobilitas masyarakat Indonesia adalah 40%.
Penurunan mobilitas ini diharapkan akan menurunkan penambahan kasus positif Covid-19. Namun, faktanya belum terlihat adanya tren penurunan pada grafik kurva jumlah kasus positif Covid-19 harian. Misalnya saja pada 20 Mei, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan adanya tambahan 693 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.( )
Angka tersebut tidak lebih sedikit dari angka yang dicatat tepat sebulan sebelumnya, pada 20 April, di mana ditemukan 185 kasus terkonfirmasi positif. Artinya, alih-alih turun, tren yang ditunjukkan justru cenderung naik.
Namun, fakta menarik bisa dilihat dari sejumlah negara di Eropa yang memberlakukan pembatasan sosial dalam bentuk kebijakan lockdown. Spanyol, Italia, dan Prancis sukses menekan mobilitas masyarakat hingga lebih dari 70%.
Dampaknya amat jelas terlihat dari kurva jumlah penambahan kasus harian masing-masing negara tersebut. Contohnya saja seperti di Italia. Pada tanggal 19 Mei hanya ada penambahan 451 kasus baru. Angka ini jauh menurun dari penambahan kasus sebulan sebelumnya, pada tanggal 19 April yang tercatat sebanyak 3.491 kasus baru.
"Tren serupa juga dapat dilihat pada kurva kasus terkonfirmasi positif di Spanyol dan Prancis. Penambahan kasus harian di kedua negara tersebut berangsur menurun, sejalan dengan penurunan pergerakan masyarakat yang masing-masing mencapai 77 persen dan 72 persen," ungkap riset tersebut seperti dikutip SINDOnews, Selasa (26/5/2020).
Di bagian lain, Indonesia lebih mirip dengan Amerika Serikat (AS), Inggris, Swedia, dan Kanada. Indonesia bukan satu-satunya negara yang penurunan mobilitasnya belum mampu menurunkan tren penambahan jumlah kasus harian.
AS, misalnya hanya mencatat penurunan mobilitas sebanyak 36%. Kurva penambahan kasus harian di Negara Paman Sam itu pun cenderung naik turun, belum menunjukkan tren penurunan yang signifikan.
Hal yang serupa juga ditunjukkan pada kurva kasus harian di Inggris, Swedia, dan Kanada. Penurunan mobilitas masyarakat yang hanya di level 20% hingga 50% tidak mampu menurunkan penambahan jumlah kasus yang berarti.
Berdasarkan riset data yang dilakukan Lifepal, penurunan kasus signifikan terjadi pada negara-negara yang mobilitas masyarakatnya dapat ditekan hingga di atas 70%.
Sejak 10 Maret hingga 19 Mei 2019, mobilitas atau pergerakan masyarakat ke berbagai pusat aktivitas di Indonesia mengalami penurunan. Contohnya aktivitas di taman dan ruang terbuka yang menurun hingga 36%, di pusat retail dan rekreasi menurun hingga 38%, di stasiun dan terminal transit menurun hingga 53%, dan di tempat kerja yang menurun hingga 36%. Total, rata-rata penurunan mobilitas masyarakat Indonesia adalah 40%.
Penurunan mobilitas ini diharapkan akan menurunkan penambahan kasus positif Covid-19. Namun, faktanya belum terlihat adanya tren penurunan pada grafik kurva jumlah kasus positif Covid-19 harian. Misalnya saja pada 20 Mei, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan adanya tambahan 693 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.( )
Angka tersebut tidak lebih sedikit dari angka yang dicatat tepat sebulan sebelumnya, pada 20 April, di mana ditemukan 185 kasus terkonfirmasi positif. Artinya, alih-alih turun, tren yang ditunjukkan justru cenderung naik.
Namun, fakta menarik bisa dilihat dari sejumlah negara di Eropa yang memberlakukan pembatasan sosial dalam bentuk kebijakan lockdown. Spanyol, Italia, dan Prancis sukses menekan mobilitas masyarakat hingga lebih dari 70%.
Dampaknya amat jelas terlihat dari kurva jumlah penambahan kasus harian masing-masing negara tersebut. Contohnya saja seperti di Italia. Pada tanggal 19 Mei hanya ada penambahan 451 kasus baru. Angka ini jauh menurun dari penambahan kasus sebulan sebelumnya, pada tanggal 19 April yang tercatat sebanyak 3.491 kasus baru.
"Tren serupa juga dapat dilihat pada kurva kasus terkonfirmasi positif di Spanyol dan Prancis. Penambahan kasus harian di kedua negara tersebut berangsur menurun, sejalan dengan penurunan pergerakan masyarakat yang masing-masing mencapai 77 persen dan 72 persen," ungkap riset tersebut seperti dikutip SINDOnews, Selasa (26/5/2020).
Di bagian lain, Indonesia lebih mirip dengan Amerika Serikat (AS), Inggris, Swedia, dan Kanada. Indonesia bukan satu-satunya negara yang penurunan mobilitasnya belum mampu menurunkan tren penambahan jumlah kasus harian.
AS, misalnya hanya mencatat penurunan mobilitas sebanyak 36%. Kurva penambahan kasus harian di Negara Paman Sam itu pun cenderung naik turun, belum menunjukkan tren penurunan yang signifikan.
Hal yang serupa juga ditunjukkan pada kurva kasus harian di Inggris, Swedia, dan Kanada. Penurunan mobilitas masyarakat yang hanya di level 20% hingga 50% tidak mampu menurunkan penambahan jumlah kasus yang berarti.