Covid-19 Bisa Dikendalikan Pemerintah Setempat
loading...
A
A
A
Bersama Amerika Serikat, Eropa merupakan episentrum pandemi Covid-19. Hingga Senin (20/4) virus mematikan itu telah menjangkiti 738.923 warga Negeri Paman Sam. Dari jumlah itu, 39.015 diantaranya meninggal dunia. Data dari Benua Biru tak kalah seram. Di Spanyol, wabah itu menulari 194.416 orang, 20.639 meregang nyawa. Lalu di Italia, 175.923 orang yang terpapar, 23.327 jiwa tak mampu bertahan hidup. ( baca juga : Nasib WNI Perantauan di Tengah Covid-19 )
Tentu menarik untuk mencari tahu bagaimana nasib warga negara Indonesia (WNI) di Eropa. Kamis pekan lalu (16/4) Sindonews mendapat kesempatan berbincang dengan Duta Besar (Dubes) RI untuk Serbia, Mochamad Chandra Widya Yudha melalui WhatsApp. Di salah satu negeri pecahan Yugoslavia itu hingga Senin ini tercatat 6.318 orang terpapar virus corona. Dari jumlah itu, 122 meninggal dunia.
Berikut petikan wawancara dengan Dubes Chandra:
Bagaimana kondisi WNI di Serbia di tengah pandemi?
Kondisi para WNI di Serbia hingga saat ini pada umumnya sehat dan dalam keadaan baik. KBRI Beograd secara berkala memantau keadaan para WNI, baik melalui kunjungan ke rumah maupun via grup WA dan telepon. KBRI terus menyampaikan setiap informasi mengenai kebijakan otoritas Kesehatan setempat/Pemerintah Serbia terkait penangangan COVID-19. KBRI juga meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia di wilayah Serbia untuk senantiasa mengikuti peraturan dan ketentuan pemerintah setempat, utamanya: tidak pergi keluar rumah, kecuali untuk hal mendesak; himbauan work from home bagi yang bekerja, physical distancing, tetap waspada dan tidak panik, serta selalu menjaga kesehatan dan kebersihan diri sesuai dengan protokol kesehatan pemerintah setempat dan WHO.
Selama lockdown apa aktivitas mereka?
Masyarakat Indonesia di Serbia sejauh ini diketahui patuh dan disiplin terhadap ketentuan pemerintah setempat untuk melakukan physical distancing dan tdak pergi keluar rumah, kecuali untuk hal mendesak. Sejumlah aktivitas selama lockdown antara lain, WFH (work from home) bagi yang bekerja, online study/belajar di rumah dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Serbia, aktivitas rumah seperti memasak, berbagi resep makanan, dan informasi positif via grup WA. Untuk yang beragama Islam juga dilakukan pengajian online oleh para Ibu-ibu dan mahasiswi yang diorganisir oleh Dharma Wanita Perwakila KBRI Beograd. Selain itu KBRI juga melakukan program menyapa masyarakat via online untuk dapat berbagi cerita dan saling memberikan semangat selama masa darurat saat ini.
Apa fasilitas yg disediakan KBRI untuk meringankan beban mereka?
Pemberlakuan lockdown memberi dampak cukup signifikan terhadap pergerakan masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan harian, para lansia dan masyarakat yang tinggal di desa terpencil sehingga minim akses ke pertokoan atau pasar. Untuk meringankan beban dan kendala yang ada, beberapa Langkah yang dilakukan oleh KBRI Beograd, antara lain, sebagai berikut:
- Bantuan kekonsuleran jika diperlukan,
- Pemberian sembako, masker dan sarung tangan, hand sanitizer, dan kebutuhan pokok lainnnya kepada WNI kelompok rentan, terdiri dari: lansia (di atas 65 tahun), mahasiswa dengan beasiswa pemerintah setempat ataupun dengan biaya pribadi, WNI yang tidak memiliki pekerjaan/penghasilan dan atau terkena dampak PHK serta wisatawan WNI yang stranded akibat penutupan bandara Nicola Tesla, Beograd;
- Shelter di premis KBRI khusus WNI dengan kondisi darurat yang membutuhkan tempat tinggal akibat pandemik COVID-19;
- Bekerja sama dengan PT Indoadriatic Industry, memberikan bantuan berupa mie instan/INDOMIE, melengkapi dukungan logistik dasar kepada WNI yang membutuhkan.
Apakah ada yang minta dipulangkan ke tanah air?
Hingga saat ini tidak ada permintaan dari masyarakat Indonesia di Serbia untuk dipulangkan,mengingat kondis COVID-19 di Serbia masih dapat dikendalikan oleh pemerintah setempat. Dalam hal ini, Pemerintah Serbia dinilai cukup sigap dalam menanggapi pandemi sehingga masyarakat setempat dan masyarakat Indonesia merasa aman tinggal di Serbia.
Sementara itu, dalam kategori yang berbeda, KBRI Beograd, bekerjasama dengan otoritas setempat dan Kedutaan Besar asing di Serbia, juga telah membantu mempercepat kepulangan ke tanah air untuk kelompok-kelompok wisatawan WNI yang stranded akibat penutupan bandara Nicola Tesla, Beograd.
Tentu menarik untuk mencari tahu bagaimana nasib warga negara Indonesia (WNI) di Eropa. Kamis pekan lalu (16/4) Sindonews mendapat kesempatan berbincang dengan Duta Besar (Dubes) RI untuk Serbia, Mochamad Chandra Widya Yudha melalui WhatsApp. Di salah satu negeri pecahan Yugoslavia itu hingga Senin ini tercatat 6.318 orang terpapar virus corona. Dari jumlah itu, 122 meninggal dunia.
Berikut petikan wawancara dengan Dubes Chandra:
Bagaimana kondisi WNI di Serbia di tengah pandemi?
Kondisi para WNI di Serbia hingga saat ini pada umumnya sehat dan dalam keadaan baik. KBRI Beograd secara berkala memantau keadaan para WNI, baik melalui kunjungan ke rumah maupun via grup WA dan telepon. KBRI terus menyampaikan setiap informasi mengenai kebijakan otoritas Kesehatan setempat/Pemerintah Serbia terkait penangangan COVID-19. KBRI juga meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia di wilayah Serbia untuk senantiasa mengikuti peraturan dan ketentuan pemerintah setempat, utamanya: tidak pergi keluar rumah, kecuali untuk hal mendesak; himbauan work from home bagi yang bekerja, physical distancing, tetap waspada dan tidak panik, serta selalu menjaga kesehatan dan kebersihan diri sesuai dengan protokol kesehatan pemerintah setempat dan WHO.
Selama lockdown apa aktivitas mereka?
Masyarakat Indonesia di Serbia sejauh ini diketahui patuh dan disiplin terhadap ketentuan pemerintah setempat untuk melakukan physical distancing dan tdak pergi keluar rumah, kecuali untuk hal mendesak. Sejumlah aktivitas selama lockdown antara lain, WFH (work from home) bagi yang bekerja, online study/belajar di rumah dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Serbia, aktivitas rumah seperti memasak, berbagi resep makanan, dan informasi positif via grup WA. Untuk yang beragama Islam juga dilakukan pengajian online oleh para Ibu-ibu dan mahasiswi yang diorganisir oleh Dharma Wanita Perwakila KBRI Beograd. Selain itu KBRI juga melakukan program menyapa masyarakat via online untuk dapat berbagi cerita dan saling memberikan semangat selama masa darurat saat ini.
Apa fasilitas yg disediakan KBRI untuk meringankan beban mereka?
Pemberlakuan lockdown memberi dampak cukup signifikan terhadap pergerakan masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan harian, para lansia dan masyarakat yang tinggal di desa terpencil sehingga minim akses ke pertokoan atau pasar. Untuk meringankan beban dan kendala yang ada, beberapa Langkah yang dilakukan oleh KBRI Beograd, antara lain, sebagai berikut:
- Bantuan kekonsuleran jika diperlukan,
- Pemberian sembako, masker dan sarung tangan, hand sanitizer, dan kebutuhan pokok lainnnya kepada WNI kelompok rentan, terdiri dari: lansia (di atas 65 tahun), mahasiswa dengan beasiswa pemerintah setempat ataupun dengan biaya pribadi, WNI yang tidak memiliki pekerjaan/penghasilan dan atau terkena dampak PHK serta wisatawan WNI yang stranded akibat penutupan bandara Nicola Tesla, Beograd;
- Shelter di premis KBRI khusus WNI dengan kondisi darurat yang membutuhkan tempat tinggal akibat pandemik COVID-19;
- Bekerja sama dengan PT Indoadriatic Industry, memberikan bantuan berupa mie instan/INDOMIE, melengkapi dukungan logistik dasar kepada WNI yang membutuhkan.
Apakah ada yang minta dipulangkan ke tanah air?
Hingga saat ini tidak ada permintaan dari masyarakat Indonesia di Serbia untuk dipulangkan,mengingat kondis COVID-19 di Serbia masih dapat dikendalikan oleh pemerintah setempat. Dalam hal ini, Pemerintah Serbia dinilai cukup sigap dalam menanggapi pandemi sehingga masyarakat setempat dan masyarakat Indonesia merasa aman tinggal di Serbia.
Sementara itu, dalam kategori yang berbeda, KBRI Beograd, bekerjasama dengan otoritas setempat dan Kedutaan Besar asing di Serbia, juga telah membantu mempercepat kepulangan ke tanah air untuk kelompok-kelompok wisatawan WNI yang stranded akibat penutupan bandara Nicola Tesla, Beograd.