Nasib WNI Perantauan di Tengah Wabah Covid-19

Senin, 20 April 2020 - 14:58 WIB
loading...
Nasib WNI  Perantauan di Tengah Wabah Covid-19
Aktivitas di Pelabuhan Tawau sebelum Covid-19. Foto/Ilustrasi: batas negeri
A A A
Pemerintah memang telah berhasil memulangkan 61.000 lebih WNI (warga negara Indonesia) dari Malaysia. Namun rupanya masih ada WNI yang tercecer di negeri jiran. Salah satunya adalah Andi Marjan. Wanita asal Bone, Sulawesi Selatan ini tertahan di Tawau, sebuah kota di Negara Bagian Sabah, Malaysia. Keinginannya untuk kembali ke kampung halamannya tak bisa terlaksana lantaran kebijakan Movement Control Order (MCO/lockdown) yang diterapkan negeri kerajaan itu dari 18 hingga 28 April.

Marjan berkunjung ke Malaysia dalam rangka menengok cucu, anak dan menantunya. Mulanya ia berencana untuk tinggal di sana selama beberapa hari. Namun sejak kebijakan lockdown guna mencegah penyebaran virus corona diberlakukan, ia terjebak. “Sudah satu bulan saya menumpang di rumah kakak,” tuturnya.

Sesungguhnya ia sudah berupaya untuk angkat kaki dari kota yang berlokasi di Kalimantan Utara itu. Ia bersama sejumlah WNI yang tertahan di kota itu telah mendatangi Kantor Konsulat Indonesia setempat. “Nama-nama kami dan nomor paspor sudah didata, mereka berusaha membantu memulangkan,” tuturnya,”tapi hingga kini belum ada kabar lagi.” Setiap ditanyakan bagaimana perkembangannya,”Mereka hanya bisa bilang tunggu saja.” Pihak konsulat berjanji akan menyampaikan perkembangan melalui WhatsApp dan Facebook.

Kebijakan lockdown di Malaysia cukup ketat. Barangsiapa berani melanggar,sanksi denda 1000 ringgit (sekitar Rp 4 juta) dan kurungan 3 bulan menanti. “Saya sudah tidak betah di sini,” ujarnya memelas.

Ia sangat berharap bisa segera kembali ke tanah air. Apalagi beberapa hari lalu ia mendapat kabar 9 warga negara Malaysia yang berada di Nunukan, wilayah NKRI berhasil kembali ke Tawau. Mereka bisa pulang ke negerinya setelah mendapat bantuan dari Pemerintah Malaysia. “Mereka disewakan kapal oleh pemerintahnya,” tutur Marjan seraya berharap Pemerintah RI bisa melakukan upaya serupa.

Perjalanan dari Tawau ke Nunukan melalui laut menghabiskan waktu 40 menit. Yang jadi masalah, pintu masuk di Nunukan masih ditutup untuk orang yang datang dari luar negeri. “Saya sudah mengadu ke Konsulat Cadangan Indonesia di Tawau, tapi tidak ditanggapi,” tuturnya.

Serupa tapi tak sama nasib Santi Indra Astuti, mahasiswa S 3 USM (Universiti Sains Malaysia). Sejak pemberlakuan MCO ia tertahan di sana. Pihak USM sendiri menggunakan istilah progressively temporary lockdown yang diberlakukan selama 3 minggu dari tanggal 17 Maret sd 5 April 2020. Progressively temporary lockdown itu artinya situasi lockdown atau seberapa ketatnya pembatasan social/physical distancing, bergantung pada dinamika penyebaran Covid-19.

Konsekwensi dari pemberlakukan kebijakan tersebut, semua kegiatan perkuliahan ditutup, juga laboratorium-laboratorium, perpustakaan dan layanan mahasiswa. Pengecualian adalah Pusat Sejahtera (Klinik) yang wajib buka terus dan memberikan pelayanan dan Jawatan Kuasa (JK) alias Security Guard.

Saat pengumuman ini dikeluarkan dan di-broadcast, pihak kampus memperkirakan ada sekitar 14.000 sivitas akademika yang akan terdampak. Termasuk setengahnya adalah mahasiswa yang tinggal dalam asrama USM. Mendapat pengumuman ini, mahasiswa dari Malaysia maupun negara terdekat seperti Brunei, Indonesia dan Thailand, langsung kalang-kabut bergegas pulang. Kampus mengizinkan mahasiswa pulang tetapi dengan pesan jangan kembali sebelum diizinkan. “Nah kapan diizinkan untuk kembali, itu yang enggak jelas,” ujar Santi.

Ia sendiri, setelah berkonsultasi dengan keluarga, memutuskan untuk tetap tinggal. Kebetulan, saat ini ia sedang mengurus perpanjangan student visa. “Kalau ditinggal, saya kuatir prosesnya terhenti padahal saya sangat membutuhkan itu untuk kelanjutan studi saya,” tuturnya. Toh, di USM ia tidak sendiri. Ada sekitar 20-an mahasiswa Indonesia yang berada di kampus, dalam asrama, baik undergraduate maupun postgraduate yang diurus dengan baik oleh PPI USM Penang.

Perhatian USM terhadap mahasiswa asing cukup baik. Pihak univeritas berkomitmen akan mengupayakan student welfare dan staff welfare. Staff welfare diwujudkan dengan asistensi work from home juga supporting siapa saja yang butuh bantuan ekonomi. “USM menyadari betul banyak mahasiswa asing yang enggak bisa pulang karena MCO,” katanya.

Untuk makanan, USM membagikan kupon kepada semua mahasiswa. Kupon tidak sebatas berlaku untuk pembelian makanan, melainkan dapat juga dibelanjakan untuk kebutuhan dasar sehari-hari, seperti sabun, sampo, pulpen, batere, hingga jemuran gantung. Selama lockdown, sudah 5 kali pembagian kupon dilaksanakan. Total kupon yang sudah dibagikan nilainya mencapai 400 RM, berlaku sampai bulan April 2020. “Menurut saya kebijakan ini generous banget,” ucapnya.

Hingga saat ini lockdown kampus telah diperpanjang dua kali, hingga 28 April 2020. Fase ketiga ini, menurutnya, adalah yang terberat, karena gerak-gerik warga kampus semakin dibatasi. “Tak apa. Saya pasrah dan siap-siap berlebaran di sini. Semoga, sesudah Lebaran kita bisa berjumpa lagi dalam situasi yang jauh lebih baik,’ sahutnya kepada SINDOnews.

Bagaimana nasib WNI di belahan dunia lain, seperti Timur-Tengah, Eropa dan Amerika Serikat?
WNI di Kuwait banyak yang ingin pulang karena perusahaan atau bisnis tempat mereka bekerja sudah tutup dan mulai kesulitan finansial. Ada perusahaan yang sudah terus terang tidak sanggup menggaji dan membiayai tanggung jawab mereka dalam kontrak kerja, seperti membayar pesangon dan tiket pulang ke Indonesia.

Sejauh ini masih banyak WNI yang masih bertugas baik di lapangan maupun work from home seperti perawat dan petugas medis ambulans,cleaning service di rumah sakit, tenaga profesional di sektor perminyakan, IT dan manajemen. Tapi banyak juga yang sudah tidak bekerja dan tidak menerima gaji untuk bulan April 2020. Mereka pada umumnya adalah karyawan di spa, fitness center, restoran, kafe, katering resepsi, bis umum dan taksi. Mereka khawatir mengalami kekurangan atau bahkan kehilangan penghasilan sama sekali.

Bagi WNI yang tidak mendapatkan fasilitas tempat tinggal dari tempat kerja, mereka juga khawatir diusir karena tidak dapat membayar sewa flat yang jatuh tempo awal April. Belum lagi dengan kewajiban mereka untuk mengirim uang ke keluarga di tanah air yang memerlukan nafkah.

Menghadapi kenyataan itu, KBRI mengupayakan komunikasi dan mediasi agar dapat dicapai kesepakatan opsi terbaik bagi Pekerja Migran Indonesia/PMI. Saat ini, KBRI belum dapat menjanjikan kepada bantuan pemulangan ke Indonesia berupa uang atau tiket.

Sebagai informasi, Pemerintah Kuwait membuka program amnesti untuk TKI yang tinggal ilegal atau overstayer di Kuwait karena kabur dari majikan, bukan karena kebijakan penanganan Covid-19. Amnesti berlangsung tgl 1-30 April 2020.

TKI ilegal yang memenuhi syarat akan mendapatkan tiket gratis pulang ke Indonesia dan jaminan dihapuskan dari daftar hitam Imigrasi Kuwait. Setelah 30 April 2020, petugas keamanan akan menegakkan aturan yang lebih keras untuk WNA overstayer. “Untuk itu, kami terus mengimbau TKI ilegal untuk memanfaatkan program amnesti ini,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuwait Tri Tharyat kepada SINDOnews.

Fokus KBRI saat ini adalah mengamankan kebutuhan pangan sehari-hari. Bantuan disalurkan setelah proses verifikasi agar tepat sasaran diterima oleh WNI yang benar-benar memerlukan. KBRI mencatat ada 1.765 WNI yang memerlukan bantuan bahan pangan.

Sedangkan salah seorang WNI di Amerika Serikat, Ato Rery, hanya bisa pasrah dengan kondisi ini. Sebagai karyawan sebuah restoran di Bradenton, Florida, ia sudah satu bulan dirumahkan tanpa gaji. “Untungnya apartemen tidak perlu bayar,” ujarnya seraya berharap paling lambat pertengahan bulan Mei, tempatnya mencari nafkah sudah kembali beroperasi.

Di Florida hingga akhir pekan lalu sudah 25.000 orang terpapar Covid-19. “Yang terkena umumnya orang berusia 60 tahun ke atas,” tuturnya.”Florida memang negara bagian favorit bagi kaum pensiunan.”

Tak ingin kembali ke Indonesia dulu? “Ongkosnya mahal,” cetus pria 52 tahun itu. “Lebih baik tabungan yang ada dipakai untuk survive dulu,” katanya. Untuk mengusir rasa jenuh akibat lockdown ia mengisinya dengan menonton You Tube.

Lantas bagaimana dengan nasib saudara-saudara kita di Eropa, salah satu episentrum wabah virus Corona. Yuk kita jalan-jalan ke Serbia. Di negeri pecahan Yugolsavia ini, pada umumnya kondisi WNI sehat dan dalam keadaan baik. Dan tak ada WNI yang “nyangkut” di sini. Sebelum wabah mematikan itu kian merajalela, sejak awal Maret KBRI setempat sudah memfasilitasi agar para wisatawan yang tertahan di Bandara Nicola Tesla, Beograd, segera terbang ke kampung halaman.

Adapun WNI yang bermukim di sana merasa nyaman tinggal si Semenanjung Balkan. Mereka, kata Duta Besar RI untuk Serbia Mochamad Chandra Widya Yudha, cukup merasa nyaman dengan langkah Pemerintah Serbia yang tanggap menangani corona. Hingga Senin siang ini tercatat 6.318 warga Serbia terpapar Covid-19, 122 diantaranya meninggal.

Seperti di negara-negara lainnya. pemberlakuan lockdown memberi dampak cukup signifikan terhadap pergerakan masyarakat, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan harian, para lansia dan masyarakat yang tinggal di desa terpencil sehingga minim akses ke pertokoan atau pasar.

Untuk meringankan beban dan kendala yang ada, beberapa langkah yang dilakukan oleh KBRI Beograd, antara lain, membagi sembako, masker dan sarung tangan, hand sanitizer, dan kebutuhan pokok lainnnya kepada WNI kelompok rentan, terdiri dari: lansia (di atas 65 tahun), mahasiswa dengan beasiswa pemerintah setempat ataupun dengan biaya pribadi, WNI yang tidak memiliki pekerjaan/penghasilan dan atau terkena dampak PHK.

WNI di Serbia berjumlah 110 orang,sudah termasuk staf KBRI dan keluarga. Di luar staf KBRI, mereka sebagian besar merupakan pekerja swasta, mahasiswa, ibu rumah tangga, WNI yang menikah dengan WN setempat, dan pensiunan atau yang telah tinggal di Serbia selama lebih dari 30 tahun. „Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi seluruh masyarakat Indonesia di Serbia,“ ujar Mochamad Chandra kepada Sindonews.

Tentu saja doa yang sama juga berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia.
(rza)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1505 seconds (0.1#10.140)