Soal Koalisi 2024, Hasto Bicara Batu Tulis dan Singgung SBY Bapak Bansos

Sabtu, 29 Mei 2021 - 00:02 WIB
loading...
Soal Koalisi 2024, Hasto...
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. Foto: Dok/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto berbicara soal gambaran koalisi partainya menuju Pilpres 2024 . Dia bicara dari perjanjian Batu Tulis antara pihaknya dengan Prabowo Subianto-Gerindra, soal mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimana ada yang menyebut dan memberi gelar sebagai 'bapak bansos', hingga Partai Gelora.

Awalnya, Hasto ditanya tanggapan terkait pernyataan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani soal peluang Prabowo diusung PDIP di Pilpres 2024. Hal itu terkait dengan Perjanjian Batu Tulis diantara kedua partai di Pilpres 2009 lalu, saat Megawati-Prabowo maju sebagai pasangan.

"Kalau prasasti Batu Tulis yang dimaksud dalam konteks politik, Prabowo dan Megawati, ya pemilu sudah selesai 2009. Sehingga syarat menjalankan pemerintahan bersama ketika menang pemilu terbukti tidak bisa diwujudkan," kata Hasto dalam acara webinar oleh lembaga Para Syndicate, di Jakarta, Jumat (28/5/2021).

Setelahnya, Hasto justru bicara soal Pemilu 2009. Sebab mulai ada suara yang menggugat kemenangan Partai Demokrat (PD) yang dipimpin SBY pada 2004 dan 2009 karena dianggap penuh dengan manipulasi.

"Saya mendengar dari internal Demokrat sendiri terkait kecurangan Pemilu 2004 dan 2009, dan bagaimana pada tahun 2009 saya jadi saksi manipulasi DPT itu dilakukan, bagaimana politik bansos ala Thaksin itu dilakukan sehingga ada pihak yang menjuluki Pak SBY itu bapak bansos Indonesia," kata Hasto.

Dia membeberkan penelitian Marcus Mietzner yang menganalisa Pemilu 2009. Dia menunjukkan bagaimana dari Juni 2008-April 2009, ada dana USD 2 miliar yang dipakai untuk politik bansos. Ini dilakukan karena meniru strategi Thaksin Shinawatra di Thailand. Politik populisme yang kemudian menyandera APBN.

Kata Hasto, ini yang kemudian ditiru oleh seluruh kepala daerah se-Indonesia, yakni bagaimana berlomba mengadakan bansos sebagai bagian dari politik elektoral. Tapi hal itu justru mengandung kerawanan dalam kestabilan fiskal di masa yang akan datang.

"Bagaimana politik kekuasan juga dipakai, bagaimana politik elektoral menggunakan dana besar sehingga terjadi kasus Century dan sebagainya. Kita tidak ingin seperti itu," kata Hasto.

"Politik itu seharusnya menjadikan kekuasaan harus diperoleh dengan cara benar. Kami percaya pada nilai bangsa ini, kalau kekuasaan tidak diperoleh secara benar, akan membawa karma politik berupa kesengsaraan lahir dan batin," tegas Hasto.

Oleh karena itulah Hasto mengatakan pihaknya akan sangat sulit berkoalisi dengan partai seperti PD yang memakai basis politik elektoral seperti dimaksudnya di atas.

Begitupun dengan PKS, PDIP disebutnya memiliki perbedaan platform ideologi sehingga sulit untuk berjalan dalam sebuah wadah koalisi. Namun dialog dengan kedua Partai tsb tetap bisa dilakukan, mengingat dialog merupakan bagian dari budaya bangsa.

Kata Hasto, kerja sama PDI Perjuangan dalam kerangka 2024 akan dibangun atas basis historis dan ideologis itu. Misalnya dengan PAN yang memiliki basis utama di Muhammadiyah; dengan PKB dan PPP yang memiliki basis di NU; dan dengan Gerindra dan Golkar yang memiliki basis sebagai Partai Kekaryaan.

“Jadi semuanya memiliki basis ideologis, kesamaan platform, historis dan memerkuat fungsi elektoral,” kata Hasto.

“Saya juga beberapa juga beberapa kali berdialog dengan Partai Gelora, khususnya dengan Fahri Hanzah,” tambah Hasto
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Hasto Sulit Tidur Kepikiran...
Hasto Sulit Tidur Kepikiran Agustiani Tio Dicegah KPK ke Luar Negeri
Tim Hukum Hasto Minta...
Tim Hukum Hasto Minta Jaksa Buka CCTV Ruangan Merokok Kantor KPK untuk Buktikan Klaim Wahyu
Kesaksian dan BAP Berbeda,...
Kesaksian dan BAP Berbeda, Saksi Rahmat Setiawan Tonidaya Dicecar Pertemuan Wahyu dan Hasto di KPU
Sidang Lanjutan Hasto...
Sidang Lanjutan Hasto Kristiyanto Kembali Digelar, 3 Saksi Dihadirkan
Tim Hukum Hasto Sebut...
Tim Hukum Hasto Sebut Adanya Dugaan Pencatutan Nama Pimpinan Partai oleh Saeful Bahri
Terungkap! Wahyu Setiawan...
Terungkap! Wahyu Setiawan Sempat Minta Rp40 Juta ke Agustiani Tio untuk Ganti Uang Karaoke
7 Fakta Dokumen Rahasia...
7 Fakta Dokumen Rahasia Titipan Hasto Kristiyanto yang Dititipkan ke Petinggi PDIP
Rekaman Percakapan Agustiani...
Rekaman Percakapan Agustiani Tio dan Saeful Bahri Diputar, Singgung Perintah Ibu dan Garansi Saya
Sidang Hasto Kristiyanto...
Sidang Hasto Kristiyanto di Pengadilan Tipikor Kembali Ricuh
Rekomendasi
130.000 Orang Berikan...
130.000 Orang Berikan Penghormatan Terakhir pada Paus Fransiskus di Vatikan
JEC Luncurkan Matapedia...
JEC Luncurkan Matapedia Ensiklopedia Digital Pertama di Indonesia
Teknologi AI Dorong...
Teknologi AI Dorong Pengembangan Industri Pertambangan
Berita Terkini
PPP Siap Muktamar, Sekjen:...
PPP Siap Muktamar, Sekjen: Tak ada Pergantian Pengurus Wilayah dan Cabang
1 jam yang lalu
2 Rumah Tersangka Korupsi...
2 Rumah Tersangka Korupsi Bank BJB Digeledah KPK, 3 Mobil dan 1 Motor Disita
3 jam yang lalu
Kapolri Perwirakan Aiptu...
Kapolri Perwirakan Aiptu Jimmi Farma Polisi Pemilik Pesantren Gratis
3 jam yang lalu
Layakkah Soeharto Diberi...
Layakkah Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional?
4 jam yang lalu
Pelunasan Biaya Haji...
Pelunasan Biaya Haji Reguler Diperpanjang hingga 2 Mei Khusus untuk 4 Provinsi
4 jam yang lalu
Legislator Gerindra...
Legislator Gerindra Ungkap Perintah Presiden Bawa Angin Segar Tertibkan Truk ODOL
4 jam yang lalu
Infografis
Smartphone dan Komputer...
Smartphone dan Komputer akan Bebas dari Tarif Trump
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved