Sangat Masuk Akal kalau Megawati Calonkan Trah Bung Karno, yang Jadi Soal...
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siapa yang akan dicalonkan PDIP pada Pilpres 2024 masih menjadi tanya. Dua nama mengemuka: Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Siapa direstui Megawati Soekarnoputri ?
Menurut pengamat politik Salim Haji Said, kita sudah mendengar lama bahwa PDIP atau Megawati akan meneruskan kepemimpinan trah Soekarno di dalam pamerintahan RI. Menurutnya, orang menghubungkan ini dengan kegagalan Megawati menjadi presiden lima tahun lalu (Pilpres 2014), karena perhitungan bahwa kalau waktu itu Mega maju, kemungkinan dikalahkan Prabowo Subianto.
Kala itu, Mega tidak jadi maju dan akhirnya mendukung Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla. Jokowi-JK mengalahkan Prabowo-Hatta Rajasa. Belakangan, Jokowi diklaim Megawati sebagai petugas partai.
"Sekarang akan ada pemilihan presiden lagi, sangat masuk akal kalau Ibu Mega akan mencalonkan anaknya, trah Bung Karno. Yang jadi soal adalah, bagaimana nanti perkembangannya, apakah saat pemilihan diadakan Ibu Puan Maharani bisa meyakinkan atau Ibu Mega berhasil diyakinkan bahwa calon beliau itu bisa mengungguli calon-calon lain, karena ini kan perkembangan masih jalan. Saya tidak tahu siapa saja dan pasangan siapa aja yang maju menjadi calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berhadapan pada pemilu yang akan datang, pilpres yang akan datang," jelasnya di Channel YouTube Karni Ilyas Club, dikutip SINDOnews, Jumat (28/5/2021).
Ditanya soal kemungkinan duet Prabowo Subianto-Puan Maharani, Salim berpikir-pikir apakah Megawati mau menerima kenyataan politik bahwa Puan Maharani hanya pantas dicalonkan menjadi wakil presiden, mendampingi Prabowo Subianto. "Saya agak ragu apakah Ibu Mega mau melakukan hal itu, mengorbitkan putrinya, trah Bung Karno, untuk hanya menjadi wakil presiden," ujarnya.
Salim mengatakan, dalam politik ada yang disebut riil politik. Pada 2014, ketika Mega menerima dan mencalonkan Joko Widodo (Jokowi), beliau menerima kenyataan riil politik. "Paling tidak beliau berhasil mencegah Prabowo menjadi presiden. Untuk itu beliau dukung Jokowi dan berhasil. Kalkulasi Bu Mega berhasil, benar, bahwa Jokowi bisa menang dan memang menang," ujarnya.
Dia menambahkan, seandainya jelang Pilpres 2024 ada keraguan dari Mega bahwa Puan tidak mungkin jadi presiden, mungkin karena survei atau apa, apakah Mega mau menerima putrinya hanya menjadi wakil presiden dan membiarkan Prabowo menjadi presiden? "Itu satu pertanyaan. Jangan lupa, pada saat itu nanti kemungkinan ada pasangan-pasangan lain yang akan bertarung. Nah, kita lihat perkembangannya. Sehingga sekarang orang boleh menduga-duga, tetapi saya kira kalau kita mau realistis, kita lihat
perkembangan itu nanti menjelang pemilihan presiden," jelasnya.
Ditanya apakah Megawati akan merestui Ganjar, Salim mengatakan, pengalaman memilih Jokowi melawan Prabowo pada Pilpres 2014 membuktikan bahwa Mega cukup realistis. "Sehingga, kalau kenyataan di lapangan menunjukkan suara Ibu Puan itu tidak memberikan janji kepada Ibu Mega bahwa beliau akan bisa menjadi presiden, sementara Ganjar potensinya lebih besar, saya kira Ibu Mega tidak harga mati. Beliau politisi, politikus punya kalkulasi-kalkulasi dan tidak memberikan kesempatan kepada orang
lain, kekuatan lain dengan mengorbankan kader PDIP. Mungkin saja."
Menurut pengamat politik Salim Haji Said, kita sudah mendengar lama bahwa PDIP atau Megawati akan meneruskan kepemimpinan trah Soekarno di dalam pamerintahan RI. Menurutnya, orang menghubungkan ini dengan kegagalan Megawati menjadi presiden lima tahun lalu (Pilpres 2014), karena perhitungan bahwa kalau waktu itu Mega maju, kemungkinan dikalahkan Prabowo Subianto.
Kala itu, Mega tidak jadi maju dan akhirnya mendukung Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla. Jokowi-JK mengalahkan Prabowo-Hatta Rajasa. Belakangan, Jokowi diklaim Megawati sebagai petugas partai.
"Sekarang akan ada pemilihan presiden lagi, sangat masuk akal kalau Ibu Mega akan mencalonkan anaknya, trah Bung Karno. Yang jadi soal adalah, bagaimana nanti perkembangannya, apakah saat pemilihan diadakan Ibu Puan Maharani bisa meyakinkan atau Ibu Mega berhasil diyakinkan bahwa calon beliau itu bisa mengungguli calon-calon lain, karena ini kan perkembangan masih jalan. Saya tidak tahu siapa saja dan pasangan siapa aja yang maju menjadi calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berhadapan pada pemilu yang akan datang, pilpres yang akan datang," jelasnya di Channel YouTube Karni Ilyas Club, dikutip SINDOnews, Jumat (28/5/2021).
Ditanya soal kemungkinan duet Prabowo Subianto-Puan Maharani, Salim berpikir-pikir apakah Megawati mau menerima kenyataan politik bahwa Puan Maharani hanya pantas dicalonkan menjadi wakil presiden, mendampingi Prabowo Subianto. "Saya agak ragu apakah Ibu Mega mau melakukan hal itu, mengorbitkan putrinya, trah Bung Karno, untuk hanya menjadi wakil presiden," ujarnya.
Salim mengatakan, dalam politik ada yang disebut riil politik. Pada 2014, ketika Mega menerima dan mencalonkan Joko Widodo (Jokowi), beliau menerima kenyataan riil politik. "Paling tidak beliau berhasil mencegah Prabowo menjadi presiden. Untuk itu beliau dukung Jokowi dan berhasil. Kalkulasi Bu Mega berhasil, benar, bahwa Jokowi bisa menang dan memang menang," ujarnya.
Dia menambahkan, seandainya jelang Pilpres 2024 ada keraguan dari Mega bahwa Puan tidak mungkin jadi presiden, mungkin karena survei atau apa, apakah Mega mau menerima putrinya hanya menjadi wakil presiden dan membiarkan Prabowo menjadi presiden? "Itu satu pertanyaan. Jangan lupa, pada saat itu nanti kemungkinan ada pasangan-pasangan lain yang akan bertarung. Nah, kita lihat perkembangannya. Sehingga sekarang orang boleh menduga-duga, tetapi saya kira kalau kita mau realistis, kita lihat
perkembangan itu nanti menjelang pemilihan presiden," jelasnya.
Ditanya apakah Megawati akan merestui Ganjar, Salim mengatakan, pengalaman memilih Jokowi melawan Prabowo pada Pilpres 2014 membuktikan bahwa Mega cukup realistis. "Sehingga, kalau kenyataan di lapangan menunjukkan suara Ibu Puan itu tidak memberikan janji kepada Ibu Mega bahwa beliau akan bisa menjadi presiden, sementara Ganjar potensinya lebih besar, saya kira Ibu Mega tidak harga mati. Beliau politisi, politikus punya kalkulasi-kalkulasi dan tidak memberikan kesempatan kepada orang
lain, kekuatan lain dengan mengorbankan kader PDIP. Mungkin saja."
(zik)