Kendalikan Harga Bahan Pokok
loading...
A
A
A
HARGA sejumlah barang kebutuhan pokok merangkak naik beberapa hari menjelang Ramadan 2021. Salah satu kenaikan terjadi pada cabai rawit, bawang, daging, hingga telur ayam. Sepekan belakangan harga cabai rawit semakin pedas. Harga bahan kebutuhan pokok lain pun cenderung naik meskipun dengan nilai tak terlalu besar.
Stabilitas harga barang kebutuhan pokok sulit dikendalikan oleh pemerintah pada hari-hari besar seperti Ramadan, Idulfitri, dan hari keagamaan lainnya. Jika inflasi hanya terjadi periodik atau pada masa tertentu, masyarakat yang menjadi konsumen mungkin tidak akan terbebani. Tetapi, jika inflasi terjadi secara terus menerus, tentu sangat meresahkan.
Pemerintah bersama instansi terkait harus melakukan identifikasi ketersediaan stok barang menjelang hari-hari besar sehingga penyumbatan di beberapa sektor penyaluran barang kepada konsumen dapat dicegah. Pemerintah juga perlu memantau harga secara nasional di setiap daerah secara berkala. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan terhadap barang-barang yang beredar di kalangan masyarakat.
Pengamanan situasi juga penting untuk dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga kestabilan harga barang dalam ekosistem distribusi secara nasional. Banyaknya barang- ilegal juga dapat mengganggu kestabilan harga barang terutama barang-barang impor di pasar nasional. Pemerintah harus membentuk tim untuk melakukan survei secara berkala ke pasar-pasar.
Kebijakan, regulasi, dan lainnya harus dijalankan secara konsisten agar hasilnya bisa dicapai. Masyarakat juga harus berperan dalam menjaga kestabilan harga barang agar tidak muncul oknum-oknum yang memengaruhi kestabilan sistem ekonomi nasional yang dikenal dengan sebutan kartel. Kartel merupakan gabungan beberapa produsen yang menimbun barang dalam rangka menguasai pasar. Pelaku kartel akan memainkan harga dengan cara menimbun banyak hasil panen hingga stok di pasar menipis, kemudian mematok harga tinggi untuk meraup untung. Ini memang cara kotor untuk mendapat keuntungan. Namun, praktik seperti ini masih sering dijumpai bahkan di negara-negara maju sekalipun.
Karena itu, pemerintah tidak boleh tinggal diam dengan masalah ini. Perlu dilakukan operasi pasar secara berkala dalam rangka menstabilkan harga sembako. Selain itu perlu juga dicari tahu apa penyebab kenaikan harga sembako.
Pada fase pertama, kenaikan terjadi selama lima hari atau dalam seminggu menjelang puasa. Tren kenaikan akan bertahan hingga seminggu dan masuk fase kedua menjelang Idulfitri di mana harga bahan pokok biasanya akan melonjak sepekan sebelum Idulfitri. Banyak harga komoditas yang naik hingga menembus 50% sehingga inflasi musiman saat Ramadan berpotensi terus terjadi.
Bank Indonesia pernah melakukan studi tentang pola inflasi pada bulan Ramadan hingga Idulfitri tahun 2011-2014 yang menunjukkan laju inflasi menjadi semakin kencang. Pemicunya terutama karena inflasi pada harga pangan yang disumbang oleh beras, daging-dagingan, dan aneka bumbu masak. Meski secara tren nilainya selalu kecil, hal ini bisa mendatangkan dampak yang cukup signifikan bagi orang-orang yang daya belinya cenderung stagnan atau bahkan mengalami penurunan. Apalagi, kalau ada oknum-oknum tertentu yang memperparah keadaan seperti melakukan penimbunan barang, merekayasa pasar, dan sebagainya. Di sinilah tim pengendali inflasi daerah memiliki peran penting untuk mengontrol harga pasar.
Inflasi bukan hanya disebabkan adanya kelebihan permintaan (demand-pull inflation), atau berubahnya tingkat penawaran (cost-push/supply shock inflation), bahkan pemikiran dan ekspektasi yang terjadi secara umum di tengah masyarakat juga menjadi faktor penyebab inflasi.
Yang perlu diingat bahwa tren meningkatnya inflasi pada bulan Ramadan bukan sebuah hal baru dalam perekonomian nasional. Fenomena ini telah terjadi dari tahun ke tahun dan juga memiliki dampak positif guna menumbuhkan perekonomian Indonesia. Masyarakat pun sudah paham bahwa ekspektasi secara subjektif bernilai bahwa pada Ramadan pasti terjadi peningkatan inflasi. Namun, bukan berarti pemerintah tidak perlu berbuat apa-apa. Pemerintah tetap perlu menjaga ketersediaan barang di pasar dan mengawasi pasar sebagaimana mestinya.
Stabilitas harga barang kebutuhan pokok sulit dikendalikan oleh pemerintah pada hari-hari besar seperti Ramadan, Idulfitri, dan hari keagamaan lainnya. Jika inflasi hanya terjadi periodik atau pada masa tertentu, masyarakat yang menjadi konsumen mungkin tidak akan terbebani. Tetapi, jika inflasi terjadi secara terus menerus, tentu sangat meresahkan.
Pemerintah bersama instansi terkait harus melakukan identifikasi ketersediaan stok barang menjelang hari-hari besar sehingga penyumbatan di beberapa sektor penyaluran barang kepada konsumen dapat dicegah. Pemerintah juga perlu memantau harga secara nasional di setiap daerah secara berkala. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan terhadap barang-barang yang beredar di kalangan masyarakat.
Pengamanan situasi juga penting untuk dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga kestabilan harga barang dalam ekosistem distribusi secara nasional. Banyaknya barang- ilegal juga dapat mengganggu kestabilan harga barang terutama barang-barang impor di pasar nasional. Pemerintah harus membentuk tim untuk melakukan survei secara berkala ke pasar-pasar.
Kebijakan, regulasi, dan lainnya harus dijalankan secara konsisten agar hasilnya bisa dicapai. Masyarakat juga harus berperan dalam menjaga kestabilan harga barang agar tidak muncul oknum-oknum yang memengaruhi kestabilan sistem ekonomi nasional yang dikenal dengan sebutan kartel. Kartel merupakan gabungan beberapa produsen yang menimbun barang dalam rangka menguasai pasar. Pelaku kartel akan memainkan harga dengan cara menimbun banyak hasil panen hingga stok di pasar menipis, kemudian mematok harga tinggi untuk meraup untung. Ini memang cara kotor untuk mendapat keuntungan. Namun, praktik seperti ini masih sering dijumpai bahkan di negara-negara maju sekalipun.
Karena itu, pemerintah tidak boleh tinggal diam dengan masalah ini. Perlu dilakukan operasi pasar secara berkala dalam rangka menstabilkan harga sembako. Selain itu perlu juga dicari tahu apa penyebab kenaikan harga sembako.
Pada fase pertama, kenaikan terjadi selama lima hari atau dalam seminggu menjelang puasa. Tren kenaikan akan bertahan hingga seminggu dan masuk fase kedua menjelang Idulfitri di mana harga bahan pokok biasanya akan melonjak sepekan sebelum Idulfitri. Banyak harga komoditas yang naik hingga menembus 50% sehingga inflasi musiman saat Ramadan berpotensi terus terjadi.
Bank Indonesia pernah melakukan studi tentang pola inflasi pada bulan Ramadan hingga Idulfitri tahun 2011-2014 yang menunjukkan laju inflasi menjadi semakin kencang. Pemicunya terutama karena inflasi pada harga pangan yang disumbang oleh beras, daging-dagingan, dan aneka bumbu masak. Meski secara tren nilainya selalu kecil, hal ini bisa mendatangkan dampak yang cukup signifikan bagi orang-orang yang daya belinya cenderung stagnan atau bahkan mengalami penurunan. Apalagi, kalau ada oknum-oknum tertentu yang memperparah keadaan seperti melakukan penimbunan barang, merekayasa pasar, dan sebagainya. Di sinilah tim pengendali inflasi daerah memiliki peran penting untuk mengontrol harga pasar.
Inflasi bukan hanya disebabkan adanya kelebihan permintaan (demand-pull inflation), atau berubahnya tingkat penawaran (cost-push/supply shock inflation), bahkan pemikiran dan ekspektasi yang terjadi secara umum di tengah masyarakat juga menjadi faktor penyebab inflasi.
Yang perlu diingat bahwa tren meningkatnya inflasi pada bulan Ramadan bukan sebuah hal baru dalam perekonomian nasional. Fenomena ini telah terjadi dari tahun ke tahun dan juga memiliki dampak positif guna menumbuhkan perekonomian Indonesia. Masyarakat pun sudah paham bahwa ekspektasi secara subjektif bernilai bahwa pada Ramadan pasti terjadi peningkatan inflasi. Namun, bukan berarti pemerintah tidak perlu berbuat apa-apa. Pemerintah tetap perlu menjaga ketersediaan barang di pasar dan mengawasi pasar sebagaimana mestinya.
(bmm)