Jenderal TNI Ini Pertaruhkan Nyawa Demi Lindungi Musuh yang Sudah Tak Berdaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi prajurit TNI, mendapat penugasan ke daerah operasi merupakan sebuah kehormatan yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya meski nyawa sebagai taruhannya.
Hal itu pernah dialami Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto yang saat itu berpangkat Lettu Infanteri saat bertugas di daerah konflik Timor-Timur (Timtim). Ya, mantan orang nomor satu di TNI ini nyaris kehilangan nyawanya saat melindungi musuhnya yang sudah tidak berdaya akibat luka tembak saat akan dihabisi oleh anak buahnya sendiri.
Dikutip dari buku “Endriartono Sutarto, Prajurit Profesional yang Humanis”, Purnawirawan Jenderal TNI yang pernah menduduki jabatan sebagai Panglima TNI ini mengawali tugasnya di Liquisa Sektor Barat daerah operasi Timtim, daerah yang perlawanan musuh masih sangat keras.
Setelah menerima perintah dari Komandan Kompi, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini bersama pasukannya kemudian bergerak menuju posisi yang ditetapkan di titik luar kota untuk mengamankan Liquisa, menggantikan satuan yang akan segera kembali ke home base. Saat itu, Endriartono bersama peletonnya mendapat tugas menempati sebuah bukti (KT744) di daerah Pisocret Bazartete.
Setelah menduduki posisi yang ditentukan dan serah terima telah dilaksanakan dengan satuan yang digantikan Endriartono lalu mempelajari medan sekitarnya dengan ikut berpatroli secara rutin setiap harinya. Terkadang patroli dilakukan lebih dari satu kali dengan jam dan rute yang berbeda. Hal ini agar agar kebiasaan patrol pasukannya tidak mudah dipelajari musuh dan seluruh prajurit dengan cepat dapat mengenali betul medan dan situasi musuh di daerah tanggung jawab peleton.
Baru empat hari setelah pergantian, patrol berhasil memergoki empat penyusup yang mendekati pos peleton. Mereka rupanya tengah mencari informasi tentang peleton Endriartono yang baru menduduki pos tersebut. Kontak tembak terjadi, dua orang musuh berhasil di lumpuhkan. Sebanyak dua pucuk senjata mauser berhasil dirampas, sementara dua orang lainnya melarikan diri dan menghilang di semak belukar yang cukup lebat, meninggalkan ceceran darah.
Pengejaran dilakukan namun musuh tidak berhasil ditemukan. Endriartono menyadari bahwa para prajuritnya belum mengenali betul daerah sekitar mereka. Endriartono kemudian memerintahkan agar pengejaran tidak dilanjutkan karena cukup berisiko.
Setelah beberapa minggu patroli rutin di daerah tersebut dilakukan, medan mulai dikenali dan kebiasaan musuh dipelajari. Untuk kali pertama Lettu Inf. Endriartono mengenali bentuk dari ranjau darat anti personel yang berhasil di jinakkannya dengan susah payah ketika hamper terinjak anak buahnya saat berpatroli. TNI dalam arsenalnya tidak pernah memiliki ranjau darat sehingga ranjau merupakan barang baru bagi Endriartono dan prajuritnya.
Tempat persembunyian musuh mulai diketahui secara pasti. Lalu, Endriartono menyiapkan rencana penyergapan yang dilaksanakan dua hari kemudian saat pagi buta. Endriartono bersama 12 anak buahnya bergerak senyap menuju tempat persembunyian musuh. Setiba di tempat yang ditentukan sebeum anggota menyebar ke posisi sesuai rencana. Tiba-tiba muncul satu orang musuh bersenjata mendekati posisi pasukannya. Rupanya orang tersebut merupakan penjaga yang sedang bertugas melakukan pengamanan keliling.
Hal itu pernah dialami Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto yang saat itu berpangkat Lettu Infanteri saat bertugas di daerah konflik Timor-Timur (Timtim). Ya, mantan orang nomor satu di TNI ini nyaris kehilangan nyawanya saat melindungi musuhnya yang sudah tidak berdaya akibat luka tembak saat akan dihabisi oleh anak buahnya sendiri.
Dikutip dari buku “Endriartono Sutarto, Prajurit Profesional yang Humanis”, Purnawirawan Jenderal TNI yang pernah menduduki jabatan sebagai Panglima TNI ini mengawali tugasnya di Liquisa Sektor Barat daerah operasi Timtim, daerah yang perlawanan musuh masih sangat keras.
Setelah menerima perintah dari Komandan Kompi, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini bersama pasukannya kemudian bergerak menuju posisi yang ditetapkan di titik luar kota untuk mengamankan Liquisa, menggantikan satuan yang akan segera kembali ke home base. Saat itu, Endriartono bersama peletonnya mendapat tugas menempati sebuah bukti (KT744) di daerah Pisocret Bazartete.
Setelah menduduki posisi yang ditentukan dan serah terima telah dilaksanakan dengan satuan yang digantikan Endriartono lalu mempelajari medan sekitarnya dengan ikut berpatroli secara rutin setiap harinya. Terkadang patroli dilakukan lebih dari satu kali dengan jam dan rute yang berbeda. Hal ini agar agar kebiasaan patrol pasukannya tidak mudah dipelajari musuh dan seluruh prajurit dengan cepat dapat mengenali betul medan dan situasi musuh di daerah tanggung jawab peleton.
Baru empat hari setelah pergantian, patrol berhasil memergoki empat penyusup yang mendekati pos peleton. Mereka rupanya tengah mencari informasi tentang peleton Endriartono yang baru menduduki pos tersebut. Kontak tembak terjadi, dua orang musuh berhasil di lumpuhkan. Sebanyak dua pucuk senjata mauser berhasil dirampas, sementara dua orang lainnya melarikan diri dan menghilang di semak belukar yang cukup lebat, meninggalkan ceceran darah.
Pengejaran dilakukan namun musuh tidak berhasil ditemukan. Endriartono menyadari bahwa para prajuritnya belum mengenali betul daerah sekitar mereka. Endriartono kemudian memerintahkan agar pengejaran tidak dilanjutkan karena cukup berisiko.
Setelah beberapa minggu patroli rutin di daerah tersebut dilakukan, medan mulai dikenali dan kebiasaan musuh dipelajari. Untuk kali pertama Lettu Inf. Endriartono mengenali bentuk dari ranjau darat anti personel yang berhasil di jinakkannya dengan susah payah ketika hamper terinjak anak buahnya saat berpatroli. TNI dalam arsenalnya tidak pernah memiliki ranjau darat sehingga ranjau merupakan barang baru bagi Endriartono dan prajuritnya.
Tempat persembunyian musuh mulai diketahui secara pasti. Lalu, Endriartono menyiapkan rencana penyergapan yang dilaksanakan dua hari kemudian saat pagi buta. Endriartono bersama 12 anak buahnya bergerak senyap menuju tempat persembunyian musuh. Setiba di tempat yang ditentukan sebeum anggota menyebar ke posisi sesuai rencana. Tiba-tiba muncul satu orang musuh bersenjata mendekati posisi pasukannya. Rupanya orang tersebut merupakan penjaga yang sedang bertugas melakukan pengamanan keliling.