Jenderal TNI Ini Pertaruhkan Nyawa Demi Lindungi Musuh yang Sudah Tak Berdaya

Minggu, 04 April 2021 - 05:27 WIB
loading...
A A A
Karena pasukannya belum sampai di kedudukan akhir yang direncanakan dan kondisi pandangan masih remang-remang perintah tembak tidak diberikan. Endriartono berharap penjaga berbalik sebelum mengetahui ada pasukan Endriartono di tempat itu. Namun, penjaga tersebut tetap berjalan mendekati posisi pasukan. Saat berada pada jarak sekitar lima meter dari posisi anggota terdepan, perintah tembak terpaksa dikeluarkan. Musuh berputar lalu jatuh dan senjata yang disandangnya jenis G-3 segera diambil prajurit terdekat.

Tak lama kemudian, tembakan balasan dari posisi persembunyian musuh kearah pasukan Endriartono sangat gencar. Pagi itu, tempat tersebut menjadi riuh rendah oleh suara tembakan. Pasukan Endriartono yang berad pada posisi yang tidak cukp baik segera diperintahkan melakukan pemutusan pertempuran dengan bergerak kembali ke Pos Peleton di KT 744.

Di tengah gerakan pemunduran ini, tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan suara ledakan keras tepat di depannya. Sekejap Endriartono tidak tahu apa yang tengah terjadi. Dia baru tersadar setelah mendengar teriakan anak buahnya yang meminta tolong. Setelah diselidiki, ternyata Serda Purwono anggota Peleton Bantuan yang berjalan tepat di depannya menginjak ranjau anti personel yang dipasang musuh. Akibat kejadian itu, Serda Purwono harus kehilangan satu kakinya.

Jenderal TNI Ini Pertaruhkan Nyawa Demi Lindungi Musuh yang Sudah Tak Berdaya


Beberapa hari kemudian, Endriartono kembali melaksanakan patroli terkoordinasi bersama peleton 3 yang dipimpin mantan Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu masih berpangkat Lettu Inf dengan rute yang saling menutup. Beberapa kali kontak tembak terjadi baik peleton Endriartono maupun peleton SBY namun perlawanan musuh tidak pernah lama. Musuh langsung melarikan diri dan menghilang.

Hingga suatu ketika, pasukan yang dipimpin Endriartono terlibat kontak tembak. Namun karena kalah musuh akhirnya melarikan diri. Selanjutnya dilakukan pengejaran hingga tiba disuatu tempat patroli Endriartono mendapati seorang musuh dengan posisi duduk terkulai di pohon dengan luka tembak dan senjatanya tergeletak di sisinya.

Endriartono dengan cepat mengamankan senjata musuh dan berteriak mencegah anak buahnya yang akan menembak. “Jangan tembak! Orang ini bukan lagi musuh yang harus dibunuh. Dia manusia terluka yang harus diselamatkan,” ujarnya.

Namun anak buah Endriartono tidak sependapat. “Pak, dia inikan musuh yan gmenembaki kita, yang mencoba membunuh kita, kenapa tidak boleh dibunuh? tanyanya dengan senjata siap ditembakkan.

Endriartono dengan tegas menjawab “Musuh itu selama masih melakukan perlawanan itu benar. Sekarang dia hanyalah manusia yang sudah terkulai, tidak lagi melawan. Dia bukan lagi musuh,” katanya. Namun anak buahnya tetap bersikeras ingin menghabisi nyawa musuhnya.

Endriartono kemudian mengatakan “Silakan tembak kalau kamu merasa tindakanmu itu benar dan tetap ingin membunuhnya, lakukan! Tapi tembak saya terlebih dahulu baru kamu tembak dia. Kalau kau langsung menembaknya maka kamu akan saya tembak, silakan pilih!”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1082 seconds (0.1#10.140)