Bangun Diplomasi lewat Tiga Jembatan

Jum'at, 19 Maret 2021 - 06:13 WIB
loading...
A A A
Menurut Aisha, terdapat beberapa hal yang bisa menjadi tantangan dalam pelaksanaan program “tiga jembatan” di antara Indonesia dan Singapura. Pertama, mencuatnya isu-isu sensitif dalam hubungan bilateral kedua negara misalnya terkait air control. Kedua, faktor lingkungan eksternal seperti misalnya pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Ketiga, terkait faktor pendanaan di kedua belah negara, khususnya mengingat program jembatan infrastruktur akan membutuhkan sumber daya yang cukup besar.

Pertukaran informasi serta interdependence di antara kedua negara dapat menciptakan sebuah kultur kerja sama yang lebih transparan, terbuka, dan komprehensif sehingga meminimalisir kesalahpahaman atau konflik di antara kedua negara. Selain itu, Indonesia dan Singapura memiliki kemiripan dari tantangan regional dan global yang akan dihadapi, sehingga kedua negara juga bisa bekerja sama menghadapi tantangan-tantangan tersebut. “Oleh karena itu, Singapura bisa memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan pembangunan Indonesia,” tambahnya.

Harus Bisa Optimal
Ekonom INDEF Agus Herta Sumarto menambahkan, hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Singapura bisa dikatakan baik selama ini. Bahkan, dalam kerja sama ekonomi, Singapura menjadi salah satu mitra strategis Indonesia. “Dalam lima tahun terakhir, Singapura menjadi salah satu negara terbesar dalam hal realisasi investasi di Indonesia,” kata dosen Universitas Mercu Buana itu.

Kerja sama yang baik itu pun juga terjalin dalam hal perdagangan. Di kawasan ASEAN, Singapura menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia. Ekspor ke Singapura mencapai seperempat dari total ekspor Indonesia ke seluruh negara ASEAN. Hal ini menandakan bahwa hubungan dagang Indonesia dengan Singapura baik. Hanya, kata Agus, nilai impor Indonesia dari Negeri Singa itu juga tinggi.

“Singapura juga menjadi salah satu negara importir terbesar di ASEAN untuk Indonesia. Bahkan, pada 2018 dan 2019 neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura mengalami defisit atau jumlah impor kita dari Singapura lebih besar dari ekspornya,” paparnya.

Agus menilai untuk membangun infrastruktur jangka panjang diperlukan komitmen kuat dari pemerintah karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta memerlukan integrasi dari semua kementerian /lembaga, dan semua sektor ekonomi.

Dia mengingatkan jangan sampai contoh tidak optimalnya pembangunan 17 KEK yang dulu dicanangkan pemerintahan Jokowi-JK terulang kembali. Beberapa KEK tidak berjalan optimal karena berbagai masalah seperti pasokan energi yang tidak ada, akses transportasi yang kurang baik, serta lokasi yang kurang strategis.

“Pembangunan jembatan digital dan jembatan infrastruktur di kawasan Batam untuk membangun konektivitas Indonesia-Singapura merupakan hal yang sangat baik mengingat kerja sama dengan Singapura akan sangat menguntungkan jika kita dapat memanfaatkannya dengan baik,” katanya.

Membangun tiga jembatan Indonesia-Singapura bukan tanpa kendala. Jika berkaca pada pemerintahan sebelumnya, kita punya pengalaman yang kurang menyenangkan dengan pembangunan KEK. Pembangunan jembatan tersebut sebenarnya bukan tujuan utamanya. Tujuan utama pembangunan tersebut adalah bagaimana menciptakan konektivitas antara Singapura dan Indonesia yang pada akhirnya bisa mengurangi biaya logistik yang selama ini sangat mahal dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan daya saing yang rendah.

Untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dengan Singapura di sektor lain tentunya harus ada dukungan dari semua pihak. Pemerintah pusat melalui BKPM harus bisa membangun sinergi terutama dengan pemerintah daerah yang menjadi pusat industri untuk sektor-sektor unggulan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1708 seconds (0.1#10.140)