Asupan Gizi Anak Tentukan Masa Depan Bangsa

Kamis, 18 Maret 2021 - 13:55 WIB
loading...
A A A
“Indonesia menunjukkan kemajuan untuk perbaikan gizi. Pada tahun 2018, prevalensi stunting 30,8 persen. Pada tahun 2019, dari data yang ada prevalensi turun menjadi 27,7 persen atau sekitar 6,6 juta anak. Angka stunting, wasting, overweight pada balita turun. Namun, secara absolut masih banyak anak kekurangan gizi,” ujarnya.

Dampak dari kekurangan gizi, antara lain, imunitas rendah. Efeknya, mudah terkena infeksi dan penyakit kronis meningkat. Efek dominonya, akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak secara kognitif. Dalam jangka panjang, karena kualitas SDM yang tidak berkualitas akan berpengaruh pada kemampuan daya saing generasi bangsa. Juga minimnya penghasilan dan perputaran ekonomi.

Ada beberapa penyebab stunting, yakni masalah asupan gizi sejak usia kandungan 1-4 bulan, pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali, tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan tidak mendapatkan imunitas yang lengkap. Dhian menyebut hampir 50 persen bayi tidak mendapatkan imunitas secara lengkap.

Lalu, setengah dari jumlah balita Indonesia pertumbuhannya tidak terpantau secara rutin. Dhian menjelaskan ada 54 persen anak usia 6-23 bulan asupan makanannya yang dibutuhkan tidak terpenuhi, terutama protein. Dia menegaskan anak merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) yang memerlukan perhatian kecukupan gizi sejak dalam kandungan.

“Balita akan menjadi sehat jika sejak awal kehidupan sudah diberikan makanan sehat dan seimbang sehingga kualitas SDM menjadi optimal. Zat gizi dari makanan sumber utama itu untuk memenuhi anak bertumbuh dan berkembang mencapai kesehatan paripurna, kesehatan fisik, mental dan sosial,” paparnya.

(Baca:Demokrat Sedang Panas, SBY Bertemu Dubes Uni Eropa)

Ada empat pilar untuk penerapan gizi seimbang. Pilar pertama, mengkonsumsi pangan yang beraneka ragam. Masyarakat diimbau untuk memperbanyak konsumsi makanan kaya protein, seperti ikan, telur, susu, tempe, dan tahu, serta sayuran dan buah-buah. Kedua, membiasakan perilaku hidup sehat. Pilar ketiga, melakukan aktivitas fisik. Terakhir, mempertahankan dan memantau berat badan normal.

Lintas Sektor

pemerintah tak bisa sendiri untuk memerangi stunting. Dhian menyatakan upaya ini membutuhkan kerja sama lintas sektor, seperti pemerintah daerah (pemda), pendidikan, masyarakat, swasta atau industri. Toh, ini untuk meningkatkan daya saing SDM Indonesia di tingkat nasional dan global. “Itu menjadi lingkaran dalam sinergi dan harmonisasi perbaikan gizi,” ucap Dhian.

Salah satu ujung tombak pemerintah adalah guru PAUD dalam mengedukasi ibu dan anak tentang pola asuh, hidup dan makanan sehat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah mempunyai program PAUD Holistik-Integrasi (HI). Program ini memberdayakan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemda, hingga swasta untuk pemenuhan gizi, nutrisi, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan kepada anak-anak sejak usia dini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4024 seconds (0.1#10.140)