Mengoptimalkan Dana PEN

Senin, 15 Maret 2021 - 06:11 WIB
loading...
Mengoptimalkan Dana PEN
Mengoptimalkan Dana PEN
A A A
Maret adalah bulan terakhir perhitungan triwulanan yang biasanya menjadi acuan mengukur laju pertumbuhan ekonomi. Sejumlah kalangan memprediksi periode kuartal I/2021 yang dimulai pada Januari lalu angka pertumbuhan ekonomi akan membaik setelah pada kuartal IV/2020 terkontraksi 2,19% dibanding periode yang sama 2019.

Indikator perbaikan ekonomi kuartal pertama memang mulai terlihat secara kasatmata. Pergerakan masyarakat yang mulai ramai, di hampir semua sektor, menjadi pertanda adanya aktivitas ekonomi.

Pasar-pasar, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata yang mulai buka meski terbatas, menjadi sinyal baik bagi para pelaku usaha. Laju inflasi yang positif kendati masih di kisaran nol koma sekian menunjukkan mulai tumbuhnya daya beli masyarakat di tengah-tengah pandemi Covid-19.

Mulai bangkitnya berbagai indikator ekonomi ini seiring dengan tren laju penurunan jumlah kasus positif Covid-19 yang cenderung menurun dalam sebulan terakhir. Optimisme juga muncul berbarengan dengan program vaksinasi Covid-19 yang kini terus dilakukan tak hanya bagi kalangan prioritas seperti tenaga medis dan pegawai publik, tetapi juga kepada kalangan lanjut usia (lansia).

Berbagai program yang dilakukan ini tentu saja diharapkan bisa kembali menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha agar ekonomi kembali bergairah. Namun, harus diingat bahwa vaksinasi bukan satu-satunya jalan mengendalikan pandemi. Langkah ini harus tetap didukung penerapan protokol kesehatan yang ketat, di mana pun dan kapan pun.

Kembali ke peluang tumbuhnya produk domestik bruto (PDB) di kuartal I/2021. Hal itu sempat disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu. Dia memperkirakan periode Januari—Maret 2021 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 1,6-2,1%.

Menurutnya, salah satu faktor yang bisa membantu pertumbuhan adalah sektor konsumsi yang selama ini menjadi kontributor utama. Politikus Partai Golkar itu bahkan menyebut, konsumsi rumah tangga bisa tumbuh di kisaran 1,3-1,8%. Adapun belanja pemerintah diharapkan tumbuh di kisaran 4-5%.

Airlangga juga optimistis sepanjang tahun ini perekonomian Tanah Air bakal kembali tumbuh positif di kisaran 4,5-5,3% setelah tahun lalu sempat terkontraksi alias 2,07% akibat dampak pandemi yang menghantam hampir semua sektor ekonomi.

Hal senada disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Bulan lalu mantan managing director Bank Dunia itu menyatakan bahwa perekonomian tahun ini diperkirakan bisa tumbuh seperti pada asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yakni di rentang 4,3-5,5%.

Optimisme Sri Mulyani didasarkan pada sejumlah faktor di antaranya disalurkannya stimulus di berbagai sektor bisnis, mulai dari konsumsi hingga insentif bagi pelaku industri dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sektor terakhir ini kembali menjadi andalan untuk menopang perekonomian dan dimasukkan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021.

Pada program PEN tahun ini alokasi anggaran untuk sektor UMKM dan pembiayaan korporasi mencapai Rp187,17 triliun, terbesar dibanding sektor lainnya seperti kesehatan yang sebesar Rp173,3 triliun. Kemudian, sektor perlindungan sosial Rp150,21 triliun, program prioritas Rp123,8 triliun, dan insentif usaha Rp53,86 triliun.

Secara rinci, anggaran PEN untuk UMKM dan korporasi meliputi subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat(KUR) dan non-KUR, bantuan pelaku usaha mikro, penjaminan loss limit UMKM dan korporasi, serta pembebasan rekmin dan biaya abodemen listrik. Selain itu, ada juga alokasi untuk penempatan dana dan cadangan, penyertaan modal negara (PMN) kepada badan usaha milik negara (BUMN) yang menjalankan penugasan BUMN yang dimaksud adalah Hutama Karya, ITDC, Pelindo III, dan Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW).

Melihat nilainya yang relatif besar, kita berharap program-program stimulus pagi pelaku usaha ini bisa tersalurkan secara tepat dan bermanfaat. Model insentif ini juga sesuai dengan kebutuhan para pelaku usaha yang sempat mengerem aktivitas bisnisnya karena lesunya pasar.

Namun, yang mesti diperhatikan dengan cermat adalah bagaimana agar para pelaku usaha ini benar-benar merasakan manfaat dana PEN ini. Jangan sampai, mereka yang benar-benar membutuhkan dan terbukti bisa berkontribusi terhadap perekonomian justru terlupakan.

Misalnya saja kelompok usaha pertanian yang dalam program PEN ini belum terlihat secara spesifik. Memang ada anggaran ketahanan pangan, dan pengembangan food estate pada program prioritas, tetapi tidak ada penjelasan secara rinci bagaimana para pelaku usaha pertanian tradisional bisa turut merasakan gelontoran dana PEN ini. Padahal, pertanian menjadi satu dari sedikit sektor yang sepanjang tahun lalu tetap mencatatkan kontribusi positif, yakni tumbuh 1,75%, di tengah kontraksi ekonomi nasional.
(war)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2077 seconds (0.1#10.140)