Kepemimpinan Apimorvi: Manifesto HMI Reborn
loading...
A
A
A
Riyanda Barmawi
Calon Ketua Umum PB HMI Periode 2021 - 2023
BERTAHAN selama lebih dari tujuh dasawarsa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri kokoh mengawal agenda-agenda kebangsaan – kendatipun harus melintasi jalanan yang teramat terjal. Tanggungjawab moral yang diemban HMI dalam mewujudkan masyarakat adil makmur saat ini dihadapkan dengan tantangan disrupsi tekhnologi yang terlampau sukar. Sebagaimana roh perjuangan HMI itu sendiri, securam dan sesukar apapun tantangan zaman menjadi keharusan untuk ditaklukkan.
Era disrupsi turut mendorong transfigurasi sosial yang signifikan. Secara perlahan-lahan orang mulai meninggalkan pemanfaatan tekhnologi analog ke tekhnologi digital. Konsekuensi logis dari kondisi ini adalah cara hidup masyarakat dan industri, termasuk organisasi, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar tetap menemukan relevansinya. Bukan perkara mudah untuk dapat beradaptasi dengan zaman yang dikenal dengan karakter kecepatan dan kekuatan inovasi.
Bagi HMI yang berstatus organisasi kemahasiswaan dengan fungsinya dalam perkaderan, tentu tidak dapat mengelak dari perkembangan zaman. Untuk itu revitalisasi sistem kaderisasi mesti dilakukan dalam rangka menjawab tantangan dan problem. Ini ditujukan untuk memantapkan peranan HMI di garis perjuangan.
Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri. Tugas HMI sekarang adalah melewati tantangan dengan cara-cara baru tanpa mesti menegasi yang prinsip. Nilai keislaman dan keindonesiaan merupakan hal prinsipil yang menjadi fondasi perjuangan HMI untuk menuju tujuan kolektif. Menempatkan Islam dan keindonesiaan sebagai fondasi perjuangan membawa konsekuensi, mendorong HMI menyandarkan setiap langkah perjuangan pada: politik gagasan, emansipasi dan pembebasan yang disatupadukan dalam bingkai multikulturalisme.
Di titik ini, sebagai organisasi yang punya jejak panjang dalam sejarah bangsa Indonesia, HMI harus bisa menerjemahkan delapan nilai esensial yang menandai era baru ini, yakni aktivisme, penguasaan data dan informasi, inovasi, melek digital, open-mindedness, responsif, visioner dan ideologis. Nilai tersebut harus mengakar dalam diri organisasi dan setiap insan HMI. Saya menyebut kedelapan nilai itu sebagai Apimorvi yang menjadi spirit kepemimpinan HMI pada masa mendatang.
Bagaimanapun juga, kepemimpinan bukan sekadar urusan membangun pengaruh agar dapat menggerakkan orang yang dipimpinnya. Lebih sekadar itu, pemimpin dituntut untuk terus memastikan eksistensi organisasi yang berkelanjutan. Karenanya itu, kepemimpinan Apimorvi sebagai manifestasi dari delapan nilai itu dapat dijadikan sebagai alternatif bagi HMI Reborn.
(Baca: Abdul Rabbi Syahrir Maju Calon Ketum PB HMI 2021-2023)
Kepemimpinan HMI Reborn
Dalam evolusi sejarah peradaban manusia, perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Inilah karakter utama evolusi. Selalu ada implikasinya. Dewasa ini masyarakat global masuk dalam sebuah era yang dikenal dengan era disrupsi teknologi atau akrab disebut sebagai Industri 4.0. Keniscayaan akan perubahan menuntut setiap insan untuk dapat menyesuaikan diri jika tidak ingin terpental dari lingkungan yang semakin terdigitalisasi. Penyesuaian diri ini yang teramat sulit dielakkan HMI. Namun sekali lagi: menyesuaikan diri tanpa haru menegasi prinsip.
Karena perubahan merupakan keniscayaan, maka era disrupsi sejatinya perlu dibesar-besarkan. Bagaimana pun juga perubahan telah menjadi ciri khas di setiap evolusi sejarah. Rojko (2017) dan Xu (2018), semisal, mencatat lahirnya perubahan di setiap era. Menurutnya revolusi industri 1.0 melahirkan transisi dari kerja manual ke proses manufaktur dengan memanfaatkan mesin uap. Industri 2.0 dikenal sebagai zaman listrik dan industrial. Industri 3.0 merupakan sebuah era informasi, digitalisasi, dan otomatisasi elektronik. Industri 4.0 adalah zaman cyber physical systems atau otomatisasi cerdas.
Calon Ketua Umum PB HMI Periode 2021 - 2023
BERTAHAN selama lebih dari tujuh dasawarsa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri kokoh mengawal agenda-agenda kebangsaan – kendatipun harus melintasi jalanan yang teramat terjal. Tanggungjawab moral yang diemban HMI dalam mewujudkan masyarakat adil makmur saat ini dihadapkan dengan tantangan disrupsi tekhnologi yang terlampau sukar. Sebagaimana roh perjuangan HMI itu sendiri, securam dan sesukar apapun tantangan zaman menjadi keharusan untuk ditaklukkan.
Era disrupsi turut mendorong transfigurasi sosial yang signifikan. Secara perlahan-lahan orang mulai meninggalkan pemanfaatan tekhnologi analog ke tekhnologi digital. Konsekuensi logis dari kondisi ini adalah cara hidup masyarakat dan industri, termasuk organisasi, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman agar tetap menemukan relevansinya. Bukan perkara mudah untuk dapat beradaptasi dengan zaman yang dikenal dengan karakter kecepatan dan kekuatan inovasi.
Bagi HMI yang berstatus organisasi kemahasiswaan dengan fungsinya dalam perkaderan, tentu tidak dapat mengelak dari perkembangan zaman. Untuk itu revitalisasi sistem kaderisasi mesti dilakukan dalam rangka menjawab tantangan dan problem. Ini ditujukan untuk memantapkan peranan HMI di garis perjuangan.
Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri. Tugas HMI sekarang adalah melewati tantangan dengan cara-cara baru tanpa mesti menegasi yang prinsip. Nilai keislaman dan keindonesiaan merupakan hal prinsipil yang menjadi fondasi perjuangan HMI untuk menuju tujuan kolektif. Menempatkan Islam dan keindonesiaan sebagai fondasi perjuangan membawa konsekuensi, mendorong HMI menyandarkan setiap langkah perjuangan pada: politik gagasan, emansipasi dan pembebasan yang disatupadukan dalam bingkai multikulturalisme.
Di titik ini, sebagai organisasi yang punya jejak panjang dalam sejarah bangsa Indonesia, HMI harus bisa menerjemahkan delapan nilai esensial yang menandai era baru ini, yakni aktivisme, penguasaan data dan informasi, inovasi, melek digital, open-mindedness, responsif, visioner dan ideologis. Nilai tersebut harus mengakar dalam diri organisasi dan setiap insan HMI. Saya menyebut kedelapan nilai itu sebagai Apimorvi yang menjadi spirit kepemimpinan HMI pada masa mendatang.
Bagaimanapun juga, kepemimpinan bukan sekadar urusan membangun pengaruh agar dapat menggerakkan orang yang dipimpinnya. Lebih sekadar itu, pemimpin dituntut untuk terus memastikan eksistensi organisasi yang berkelanjutan. Karenanya itu, kepemimpinan Apimorvi sebagai manifestasi dari delapan nilai itu dapat dijadikan sebagai alternatif bagi HMI Reborn.
(Baca: Abdul Rabbi Syahrir Maju Calon Ketum PB HMI 2021-2023)
Kepemimpinan HMI Reborn
Dalam evolusi sejarah peradaban manusia, perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Inilah karakter utama evolusi. Selalu ada implikasinya. Dewasa ini masyarakat global masuk dalam sebuah era yang dikenal dengan era disrupsi teknologi atau akrab disebut sebagai Industri 4.0. Keniscayaan akan perubahan menuntut setiap insan untuk dapat menyesuaikan diri jika tidak ingin terpental dari lingkungan yang semakin terdigitalisasi. Penyesuaian diri ini yang teramat sulit dielakkan HMI. Namun sekali lagi: menyesuaikan diri tanpa haru menegasi prinsip.
Karena perubahan merupakan keniscayaan, maka era disrupsi sejatinya perlu dibesar-besarkan. Bagaimana pun juga perubahan telah menjadi ciri khas di setiap evolusi sejarah. Rojko (2017) dan Xu (2018), semisal, mencatat lahirnya perubahan di setiap era. Menurutnya revolusi industri 1.0 melahirkan transisi dari kerja manual ke proses manufaktur dengan memanfaatkan mesin uap. Industri 2.0 dikenal sebagai zaman listrik dan industrial. Industri 3.0 merupakan sebuah era informasi, digitalisasi, dan otomatisasi elektronik. Industri 4.0 adalah zaman cyber physical systems atau otomatisasi cerdas.