Tanpa SBY, Tak Ada Partai Demokrat di Indonesia

Selasa, 23 Februari 2021 - 17:57 WIB
loading...
Tanpa SBY, Tak Ada Partai...
Partai Demokrat didirikan untuk mendorong Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden RI. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat , Herzaky Mahendra Putra menyatakan, Demokrat adalah partai tokoh. Dalam dinamika politik, partai ini dibuat untuk mendorong Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) menjadi Presiden.

"Dengan kata lain, SBY adalah alasan pembentukan Partai Demokrat. Tak ada SBY, tak bakal ada Partai Demokrat di Indonesia," kata Herzaky kepada wartawan, Selasa (23/2/2021).

Herzaky mengatakan, sekarang ada orang-orang yang dulu diajak untuk melengkapi syarat administrasi pembentukan partai, tiba-tiba merasa Partai Demokrat ada karena dirinya. Besar karena dirinya.

Baca juga: Max Sopacua Beberkan Cara SBY Ubah Demokrat Jadi Partai Dinasti

"Mereka itu bukan saja menderita cacat pikiran, memandang sejarah secara anakronistik, tapi juga punya ego jauh lebih besar dari tubuhnya sendiri," katanya.

Lebih lanjut Herzaky mengatakan, dulu yang ikut berjuang bersama SBY, juga sudah mendapat ganjaran. Ada yang dipercayai menjadi menteri dan banyak pula yang menjadi anggota legislatif.

Menurutnya, dalam sejumlah krisis yang dialami partai, yang paling genting adalah pada 2014. Saat itu, figur SBY yang mampu menyelamatkan partai. "Kala itu, sejumlah kader melakukan kesalahan dan mengakibatkan ambruknya elektabilitas partai," kata Herzaky.

Lebih jauh ia mengatakan, tanpa SBY, elektabilitas Partai Demokrat pada pemilu 2014 tinggal 3% karena dirusak oleh sejumlah kader. Dalam situasi itu, SBY turun tangan, dan Demokrat mampu mendapat 10%. Meski turun, tapi tidak terlalu curam. Turun, tapi sebagian karena faktor SBY yang tidak dapat kembali dicalonkan menjadi presiden untuk ketiga kali.

Baca juga: Darmizal: SBY Lah yang Mengambil Alih Demokrat dari Pendirinya

"Jadi, bukan SBY yang mengakibatkan partai mengalami krisis elektabilitas. Justru SBY yang turut menyelamatkan partai dari krisis elektabilitas," katanya.

Maka itu, lanjut Herzaky, mereka yang sekarang seolah mau "menyelamatkan partai", perlu bertanya pada dirinya sendiri: apakah Demokrat mampu jadi partai besar bila hanya ada mereka yang berjuang? Mampukah mereka menyelamatkan partai dari krisis elektabilitas? Kader yang lugu mungkin bisa dikelabui, tapi sejarah tidak.

"Pada 2014, krisis yang dialami partai diatasi oleh adanya SBY, bukan oleh mereka," katanya.

Di sisi lain, pada Pemilu 2019, Demokrat dalam berbagai survei, diprediksi hanya akan memperoleh 3-4% suara, dan diprediksi bisa gagal lolos Parlemen. Saat itu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Komandan Kogasma, mengemban amanah memimpin kampanye Partai Demokrat.



"Apalagi ketika Ketua Umum waktu itu, Bapak SBY, mesti mendampingi almarhumah Ibu Ani yang dirawat di rumah sakit karena sakit keras, AHY berkeliling Indonesia, berjuang bersama para kader yang militan di garis terdepan kampanye Partai Demokrat selama Pileg 2019," kata Herzaky.

Berkat kepemimpinan AHY, katanya, dan kerja keras serta soliditas kader di berbagai pelosok Indonesia, Demokrat berhasil meraih 7,77% suara pada Pileg 2019. Krisis pun kembali berhasil Demokrat lewati. Kerja keras yang berbuah manis, karena tidak ada jalan mudah bagi partai yang berada di luar Istana.

Kini, Partai Demokrat dipimpin AHY. Meski masih berusia muda sudah disejajarkan dengan tokoh-tokoh nasional yang lebih senior. Elektabilitas AHY juga cenderung terus naik, yang dibuktikan oleh pelbagai survei. Ia kini ada di 5 besar tokoh yang diperhitungkan bakal jadi pemimpin nasional.

"Bersama AHY pula, di Pilkada 2020, Partai Demokrat menang besar, 48%. Jumlah kader yang menjadi kepala daerah pun meningkat signifikan," ucapnya.

Semangat dan militansi kader pun sedang tinggi-tingginya. Kader berlomba-lomba membantu rakyat yang sedang kesulitan, dengan swadaya, sejak wabah COVID-19 melanda Indonesia. Kader terinspirasi AHY, yang turun langsung membantu masyarakat, dan bergerak bersama.

Namun di kala Partai Demokrat sedang naik daun dan diapresiasi luas masyarakat, mendadak ada segelintir orang, termasuk pejabat penting pemerintahan, berusaha melakukan Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD). Wajar saja kemudian para pemilik suara, kader militan, kader benaran Partai Demokrat, marah besar kepada mereka, dan mengadukannya ke DPP. Saat ini, jika ada oknum GPK PD yang mencoba mendekat, maka bakal diusir.

"Apalagi, GPK PD ini berencana mengadakan KLB. Lah, KLB itu hak pemilik suara. Ini segelintir petualang politik sisa masa lalu dan mantan-mantan kader, mentang-mentang didukung oknum orang dekat Istana, mau mengadakan KLB, memangnya punya hak suara dari mana? Mungkin mau reunian aja kali, nyanyi-nyanyi sambil mengenang masa lalu," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1440 seconds (0.1#10.140)