Berdamai dengan Ancaman Covid-19

Jum'at, 15 Mei 2020 - 21:59 WIB
loading...
A A A
Dalam kenyataannya, lewat skema ketat terawasi pun, penularan tetap terjadi. Sampai hari ini di Indonesia terkonfirmasi 15.438 orang positif terjangkit virus, 1.028 orang meninggal dan 3.287 orang yang berhasil sembuh (Google News, 13 Mei 2020). Indikasi melandainya kurva yang sesuai standar grafik epidemiologi belum pernah tersaji di hadapan publik.

Yang dilaporkan juru bicara pemerintah setiap hari adalah angka pertambahan jumlah yang positif berdasar tanggal laporan, dan bukan tanggal dilalukannya tes Sehingga ketika dilakukan analisis menurut standar epidemiologis yang mengindikasikan berhasil atau stagnannya upaya PSBB, masih samar-samar.

Setidaknya hal itu senada disampaikan Iqbal Elyazar, Manager Group Epidemiologi Spasial, Eijkman-Oxford Clinical Research Unit, saat jadi pembicara pada Webinar Konferensi, 10 Mei lalu. Iqbal mengatakan bahwa data itu benar, tetapi tak cukup untuk digunakan menilai, apakah kecenderungan penularan sudah konsisten menurun.

Sehingga manakala pengetatan dibuka, kendali pencegahan penularan beralih ke tangan individu anggota keluarga. Mereka adalah pegawai yang kembali ke kantor, mahasiswa dan pelajar yang berkegiatan di ruang-ruang pengajaran, para penumpang moda transportasi umum, maupun para pedagang di arena peraduan mata pencahariannya. Tentu dengan keadaan ini, penularan berpotensi lebih besar, cepat dan luas.

Mutlak adanya penjelasan terkait rencana yang matang, bagaimana pengaturan saat terjadi penularan di kala damai dengan Covid-19 ini. Tentu rumah sakit lebih gampang penuh, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah pasien yang harus dirawat, lebih cepat terlampaui. Lalu, apakah hanya rumah sakit tertentu yang dimanfaatkan untuk merawat pasien. Atau semua rumah sakit yang saat ini jadi rujukan, tetap difungsikan untuk melanjutkan merawat pasien Covid-19 yang tertular di kala damai?

Lewat pernyataan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 beberapa hari lalu disebut, perkembangan penularan saat ini tidak saja oleh orang yang bergejala sakit. Banyak kasus, pasien positif yang sama sekali tanpa gejala.

Ini tentu mempersulit pengendalian. Dalam konteks damai itu, terjadi pembauran warga yang sehat dengan yang sakit tanpa gejala. Selama vaksin belum ditemukan, damai tentu saja bukan berarti virus juga bersedia mengurangi agresivitasnya untuk menular. Fokus pembuat keputusan dalam berkomunikasi, pada upaya membangun pemahaman terkait karakter virus. Akan melawan atau damai perlu penjelasan, apa langkah bersama yang mutlak ditempuh dalam mencegah merebaknya penularan. Dan apa tindakannya jika terjadi penularan ?

Sederhanaya, damai artinya virus tetap menular, namun ekonomi diharapkan kembali bergerak. Sehingga warga diminta berpikir seperti menghadapi penularan penyakit lain, hepatitis, DBD, TBC atau bahkan HIV Aids. Sayangnya, Virus Corona belum bisa terkendali lebih jinak dari itu semua.
(eko)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)