Berpotensi Nyapres di 2024, Empat Perempuan Ini Akan Ikuti Jejak Megawati?

Minggu, 10 Januari 2021 - 14:30 WIB
loading...
Berpotensi Nyapres di 2024, Empat Perempuan Ini Akan Ikuti Jejak Megawati?
Dari kiri ke kanan: Puan Maharani, Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, Susi Pudjiastuti. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sejumlah tokoh perempuan berpeluang menjadi calon presiden (capres) sekaligus menjadi magnet bagi pemilih di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024.

Terdapat empat figur perempuan yang disebut-sebut paling berpeluang nyapres, yaitu Susi Pujiastuti, Puan Maharani, Tri Rismaharini, dan Khofifah Indar Parawansa.

(Baca juga : Susi Pudjiastuti Dukung Opini Megawati Soal Ekspor Benur )

Empat nama ini sering terjaring survei sebagai figur capres atau calon wakil presiden (cawapres) potensial.

Kemunculan nama tokoh perempuan di bursa pencapresan selalu menarik perhatian karena membawa warna berbeda. Apalagi, sejak pilpres langsung digelar pertama kalinya di Indonesia pada 2024, keterlibatan capres atau cawapres perempuan sangat minim. Pencalonan selalu didominasi kaum laki-laki.( )

Hanya Megawati Soekarnoputri satu-satunya tokoh perempuan yang pernah mencalonkan diri, yaitu pada Pilpres 2004 dan 2009.

Pilpres 2024 sangat mungkin menjadi momentum terbaik bagi warga Indonesia untuk memiliki pemimpin perempuan. Pasalnya, ini untuk pertama kalinya bursa pilpres Indonesia surplus tokoh perempuan potensial. Apalagi, dari sisi karier, rekam jejak, kapasitas dan kapabilitas, tokoh perempuan ini sudah cukup teruji.

(Baca juga : PM Kanada Sebut Trump 'Provokator' Penyerbuan Parlemen AS )

Lalu, siapakah di antara mereka yang paling layak nyapres pada 2024? Siapa di antara tokoh perempuan tersebut yang paling mampu menjaga dan menaikkan elektabilitasnya hingga tiga tahun mendatang?

Berikut ini analisa singkat para tokoh perempuan yang berpotensi nyapres.

Susi Pujiastuti
Berpotensi Nyapres di 2024, Empat Perempuan Ini Akan Ikuti Jejak Megawati?

Nama Susi Pujiastuti mencuat di pentas politik nasional sepanjang 2014-2019. Kiprahnya sebagai menteri kelautan dan perikanan saat itu menarik perhatian karena terkesan tanpa kompromi. Ketegasannya melarang ekspor benur lobster dan aksi penenggelaman kapal nelayan asing pencuri ikan sukses melambungkan namanya. Bahkan, saat tak lagi memiliki panggung sebagai menteri sejak 2019, popularitas Susi tidak surut. Dia tetap jadi magnet, termasuk di kalangan generasi muda.

Untuk maju sebagai capres di 2024, Susi punya start yang tidak buruk. Hasil survei Voxpopuli Research Center yang dirilis pada Oktober 2020, pengusaha transportasi udara ini memiliki elektabilitas 1,5%. Ada kenaikan 0,3% dibanding survei sebelumnya. Elektabilitas Susi beda tipis dengan Puan Maharani yang saat ini menjabat Ketua DPR, yaitu 1,7%.

Meski kini tak lagi punya panggung politik selepas tak menjabat memteri, namun kiprah Susi saat ini yang masih tetap kritis pada kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan bidang keluatan dan perikanan, akan membuat namanya tetap muncul di permukaan dan menjadi perbincangan publik.

(Baca juga : PDIP: Jaga Kebersihan, Sungai Adalah Jalan Peradaban )

Tantangan Susi adalah bagaimana dia tetap mencitrakan dirinya sebagai sosok perempuan yang tegas, tanpa kompromi, namun tetap unik dan berbeda dibanding figur lain. Hal itu bisa menarik minat partai politik untuk meminangnya dan dimajukan ke gelanggang pilpres.

Susi berpotensi diusung sebagai capres atau cawapres parpol menengah. Kansnya maju capres akan membesar jika nanti presidential threshold atau syarat bagi partai politik mengajukan capres dihapus, atau dari 20% kursi DPR menjadi 0%. Artinya, dengan begitu, semua partai peserta Pemilu Legislatif 2024 berhak mengajukan capres. Di sini Susi berpotensi dipinang sebagai capres atau cawapres alternatif.

Tri Rismaharini
Berpotensi Nyapres di 2024, Empat Perempuan Ini Akan Ikuti Jejak Megawati?

Perhatian publik banyak mengarah ke Tri Rismahirini yang akrab disapa Risma setelah ia diangkat oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Sosial pada akhir 2020 lalu. Ditambah aksi blusukannya menemui pengemis di Jakarta yang mengundang pro dan kontra, nama mantan wali kota Surabaya ini kembali mencuat ke permukaan setelah sempat agak meredup.

(Baca juga : Sahabat Kenang Sosok Mulyadi, Eks Ketum HMI Korban Tragedi Sriwijaya Air )

Risma punya elektabikitas yang cukup baik sebagai bakal capres berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis Desember 2020, yaitu di angka 3,1%. Kader PDI Perjuangan (PDIP) ini berada di posisi ketujuh. Terlepas dari aksi blusukannya di awal menjabat sebagai menteri sosial yang dinilai sebagian pihak sebagai pencitraan dan drama, Risma kini punya panggung untuk terus menaikkan elektabilitasnya.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga Suko Waluyo menyebut PDIP membawa Risma ke Jakarta bisa jadi tujuannya untuk menyiapkannya maju di pilpres.

“PDIP memang sedang membutuhkan “bintang baru” agar tetap eksis dan punya daya pengaruh di masyarakat,” ujarnya kepada SINDONews, Minggu (10/01/2021).

“Memang, bisa jadi menjadi mensos dan apa yang dilakukan di akhir akhir ini (blusukan-red) merupakan bagian dari pengenalan beliau di panggung politik nasional,” lanjutnya.

Namun, jalan menuju kursi capres tidak mudah bagi Risma. Pasalnya, di PDIP saat ini sudah ada sejumlah nama yang berpotensi menggenggam tiket capres. Risma harus bersaing dengan Puan Maharani yang tak lain putra mahkota di PDIP.
Puan yang juga putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri disebut-sebut jauh-jauh hari disiapkan partai untuk maju menjadi cawapres Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ada juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal capres dengan elektabilitas tertinggi sejauh ini.

Kans Risma maju capres atau cawapres sangat tergantung bagaimana kiprahnya ke depan sebagai menteri sosial. Dia perlu menunjukkan tangan dinginnya sebagai perempuan yang sukses memimpin sebagaimana saat menjabat wali kota Surabaya.

Puan Maharani
Berpotensi Nyapres di 2024, Empat Perempuan Ini Akan Ikuti Jejak Megawati?

Sudah menjadi perbincangan umum bahwa Puan Maharani disiapkan PDIP sebagai cawapres berpasangan dengan Prabowo. Meski Puan sejauh ini tidak memiliki elektabilitas semoncer Ganjar, namun statusnya sebagai anak Megawati Soekarnoputri bisa membuat segalanya menjadi mudah.

Karpet merah menuju kursi capres atau cawapres sewaktu-waktu bisa dibentangkan jika Megawati menghendakinya. Namun, Puan tetaplah tidak 100% aman, apalagi PDIP punya banyak opsi di pilpres nanti. Selain Ganjar, juga ada Risma yang bisa saja dimajukan sebagai capres ketika itu lebih memberikan peluang menang. Untuk mengamankan tiket dari PDIP, Puan tidak cukup hanya dengan status putra mahkota, dia harus punya modal elektabilitas.

Survei Voxpopuli Research Center pada Oktober 2020 menyebut elektabilitas Puan di angka 1,7%. Bukan start yang buruk mengingat angka tersebut bisa terus didongkrak. Semua bergantung bagaimana Puan menjalankan peran mengawal kepentingan publik dengan jabatannya sebagai ketua DPR.

(Baca juga : DPR Minta Publik Tak Berspekulasi Atas Jatuhnya Pesawat Sriwijaya SJ-182 )

Namun, Suko Widodo melihat bisa saja nanti skenario lain PDIP yang berjalan sehingga Puan tidak harus nyapres jika elektabilitasnya rendah.

“Bisa saja nanti Puan akan memimpin sebagai ketua umum PDIP. Dan Risma dihandalkan untuk mewakili PDIP di pemerintahan,” katanya.

Khofifah Indar Parawansa
Berpotensi Nyapres di 2024, Empat Perempuan Ini Akan Ikuti Jejak Megawati?

Dari sisi pengalaman, Khofifah unggul jauh dibandingkan figur perempuan yang berpotensi sebagai capres. Perempuan yang saat ini menjabat Gubernur Jawa Timur ini sudah kenyang pengalaman di pemerintahan, baik sebagai menteri maupun sebagai anggota DPR.

Memang dari sisi elektabilitas nama Khofifah masih di luar lima besar capres dengan elektabilitas tertinggi, namun sosok ini bisa jadi penentu kemenangan di pilpres. Ini tak lepas dari posisi Khofifah sebagai gubernur Jawa Timur, salah satu provinsi dengan penduduk terbesar, ditambah statusnya sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

Khofifah termasuk tokoh yang mudah diterima oleh kelompok yang diperkirakan akan bersaing di pilpres mendatang. Khofigah bisa masuk di kelompok partai berbasis nasionalis, terlebih lagi parpol berideologi Islam. Karena itu, terbuka banyak pintu bagi Ketua Muslimat NU ini untuk bisa maju sebagai capres atau cawapres.

(Baca juga : Ucapkan Belasungkawa, Pakistan: Doa Kami untuk Saudara Kami di Indonesia )

Kedekatan Khofifah dengan para kiai pondok pesantren juga modal baginya untuk mendapatkan suara dari kelompok Islam tradisional. Jabatan sebagai gubernur Jawa Timur juga akan diemban hingga 2024 sehingga ada panggung bagi Khofifah untuk terus menunjukkan kinerja yang baik demi mendongkrak elektabilitasnya.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, siapa pun berpeluang menjadi capres, termasuk tokoh perempuan, sepanjang ia mendapatkan momentum.

Momentum itu juga tidak hanya bisa dimiliki tokoh dari kalangan menteri seperti Risma, Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Erick Thohir (Menteri BUMN), atau Airlangga Hartarto (Menko Perekonomian), melainkan juga kepala daerah seperti Khofifah dan juga tokoh dari kubu opisisi, termasuk Anies Baswedan.

“Seperti yang saya amati dan tesis saya juga begitu, bahwa yang berpeluang menang pilpres adalah dia yang bisa menemukan momentum di awal dan bagaimana dia memanfaatkannya hingga pemungutan suara,” ujarnya.
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2207 seconds (0.1#10.140)