Diisukan Diusung PDIP di Pilgub Jakarta, Risma: Aku Nggak Punya Uang, Risikonya Berat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menanggapi isu namanya bakal diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Pilkada DKI Jakarta pada November 2024 mendatang. Risma mengaku tidak ingin dicalonkan karena memiliki risiko yang berat.
"Berat loh tanggung jawab ini, pertama aku nggak punya uang. Kedua, aku nggak berani ngomong pingin, karena risikonya berat sekali," kata Risma kepada wartawan di Kantor Kemensos, Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Mantan Wali Kota Surabaya itu menceritakan pengalamannya saat dicalonkan sebagai kepala daerah. Menurutnya, begitu disumpah, tanggung jawab yang dipikulnya cukup berat di dunia, dan juga akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
"Saya tetap manusia punya kekurangan, saya tidak bisa menyelesaikan permasalahan mereka itu yang saya takut. Karena itu saya tidak berani ngomong iya atau tidak," katanya.
Risma menceritakan tawaran menjadi calon kepala daerah. Misalnya waktu kembali ditawari menjadi Wali Kota Surabaya, Risma yang saat itu tengah berada di Prancis, tidak ingin pulang demi menghindari pencalonan tersebut.
"Sebetulnya sudah banyak dulu yang nawarin tapi saya jawab begini terus, karena saya takut, terus terang. Boleh percaya boleh tidak, berkali-kali saya ditawarin, bahkan pernah suatu kali saya sampai saat itu bicara di Prancis, Paris, saya ndak berani pulang hanya karena ditunggu orang untuk dicaloni, mestinya 3 hari jadi 10 hari," katanya.
Politikus PDIP itu mengatakan suara rakyat adalah suara Tuhan. Jika rakyatnya merasa terzalimi dengan pemerintahnya, maka akan menjadi karma bagi mereka yang menjabat.
"Kedua rakyat, suara rakyat itu suara Tuhan, ngerih loh itu. Doa yang dikabulkan adalah yang pertama doa yang teraniaya, dan tembus saya nggak mau menanggung ketidakmampuan saya itu, saya nggak mau karena itu saya tidak berani," katanya.
"Berat loh tanggung jawab ini, pertama aku nggak punya uang. Kedua, aku nggak berani ngomong pingin, karena risikonya berat sekali," kata Risma kepada wartawan di Kantor Kemensos, Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Mantan Wali Kota Surabaya itu menceritakan pengalamannya saat dicalonkan sebagai kepala daerah. Menurutnya, begitu disumpah, tanggung jawab yang dipikulnya cukup berat di dunia, dan juga akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
"Saya tetap manusia punya kekurangan, saya tidak bisa menyelesaikan permasalahan mereka itu yang saya takut. Karena itu saya tidak berani ngomong iya atau tidak," katanya.
Risma menceritakan tawaran menjadi calon kepala daerah. Misalnya waktu kembali ditawari menjadi Wali Kota Surabaya, Risma yang saat itu tengah berada di Prancis, tidak ingin pulang demi menghindari pencalonan tersebut.
"Sebetulnya sudah banyak dulu yang nawarin tapi saya jawab begini terus, karena saya takut, terus terang. Boleh percaya boleh tidak, berkali-kali saya ditawarin, bahkan pernah suatu kali saya sampai saat itu bicara di Prancis, Paris, saya ndak berani pulang hanya karena ditunggu orang untuk dicaloni, mestinya 3 hari jadi 10 hari," katanya.
Politikus PDIP itu mengatakan suara rakyat adalah suara Tuhan. Jika rakyatnya merasa terzalimi dengan pemerintahnya, maka akan menjadi karma bagi mereka yang menjabat.
"Kedua rakyat, suara rakyat itu suara Tuhan, ngerih loh itu. Doa yang dikabulkan adalah yang pertama doa yang teraniaya, dan tembus saya nggak mau menanggung ketidakmampuan saya itu, saya nggak mau karena itu saya tidak berani," katanya.
(abd)