Kena PHK, Karyawan Ini Akui Terpukul dan Berusaha Tegar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terkena Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) menjadi momok tersendiri bagi seorang karyawan. Apalagi di tengah pandemi virus Corona (Covid-19), cukup menambah beban dengan sulitnya kondisi saat ini.
(Baca juga: Susun Aturan Baru Soal PHK, Ini yang Dilakukan Pemerintah)
Hal ini dialami Heru Teguh Prayitno (38), yang terkena PHK terhitung mulai 21 Oktober 2020. Diakui Heru, adanya keputusan PHK ini memberi dampak psikologis baginya.
(Baca juga: UU Cipta Kerja Jamin Kepastian Pesangon 25 Kali Gaji bagi Pekerja Terdampak PHK)
"Keputusan yang sangat mendadak, saya tidak bisa terima. Kagetlah dengan keputusan ini (PHK). Itu bikin down, psikis banget, benar-benar berat. Butuh waktu lama untuk saya proses recovery. Ada sebulan lebih saya down. Seakan-akan percaya enggak percaya bisa kena PHK. Untuk Aktivitas juga sudah enggak ada semangat. Ibaratnya hilang begitu saja," kata Heru Heru saat ditemui di Sudin Tenaga Kerja Jakarta Selatan, Sabtu (2/1/2021).
(Baca juga: Pandemi Bikin PHK Meledak, 2,72 Juta Kasus Klaim Ditangani BPJAMSOSTEK)
Menurut karyawan yang pernah bekerja di PT Evans Indonesia selama 1 Tahun 2 bulan ini, meski PHK yang dialaminya bukan karena faktor perusahaannya terdampak pandemi, namun diakuinya mencari pekerjaan di tengah pandemi cukup sulit. Karena sampai saat ini dirinya belum mendapat panggilan kerja.
"Masalahnya saat pandemi ini mencari kerja itu kan susah. Enggak gampang, malah banyak orang kena PHK. Nah dengan kondisi itu kan jadi beban psikologis yang membuat tambah berat, untuk keluar dari sisi ini cukup berat. Apalagi sampai sekarang belum ada panggilan kerja. Sudah melamar kemana-mana juga belum dipanggil kerja. Mungkin karena masa-masa pandemi ini susah juga kan," ungkap Heru.
Namun ditegaskan Heru, dirinya terus berusaha bangkit dan tegar untuk mencari keadilan. Meski harus menempuh jalan yang tidak biasa untuk proses keadilan itu. Sambil tetap menjaga kondisi orang tua, agar tidak tahu kalau dirinya kena PHK.
"Tapi saya berusaha bangkit, berdoa, minta support dari saudara-saudara, dari rekan-rekan yang pernah mengalami hal ini. Kadang sama orang tua juga masih malu-malu, ada rasa segan ngomong kalau saya sudah di PHK, orang tua juga sudah tua, takutnya kenapa-kenapa. Itu dampak sosial yang berat sebenarnya, kesehatan orang tua kan jadi prioritas," tutur Heru.
(Baca juga: Susun Aturan Baru Soal PHK, Ini yang Dilakukan Pemerintah)
Hal ini dialami Heru Teguh Prayitno (38), yang terkena PHK terhitung mulai 21 Oktober 2020. Diakui Heru, adanya keputusan PHK ini memberi dampak psikologis baginya.
(Baca juga: UU Cipta Kerja Jamin Kepastian Pesangon 25 Kali Gaji bagi Pekerja Terdampak PHK)
"Keputusan yang sangat mendadak, saya tidak bisa terima. Kagetlah dengan keputusan ini (PHK). Itu bikin down, psikis banget, benar-benar berat. Butuh waktu lama untuk saya proses recovery. Ada sebulan lebih saya down. Seakan-akan percaya enggak percaya bisa kena PHK. Untuk Aktivitas juga sudah enggak ada semangat. Ibaratnya hilang begitu saja," kata Heru Heru saat ditemui di Sudin Tenaga Kerja Jakarta Selatan, Sabtu (2/1/2021).
(Baca juga: Pandemi Bikin PHK Meledak, 2,72 Juta Kasus Klaim Ditangani BPJAMSOSTEK)
Menurut karyawan yang pernah bekerja di PT Evans Indonesia selama 1 Tahun 2 bulan ini, meski PHK yang dialaminya bukan karena faktor perusahaannya terdampak pandemi, namun diakuinya mencari pekerjaan di tengah pandemi cukup sulit. Karena sampai saat ini dirinya belum mendapat panggilan kerja.
"Masalahnya saat pandemi ini mencari kerja itu kan susah. Enggak gampang, malah banyak orang kena PHK. Nah dengan kondisi itu kan jadi beban psikologis yang membuat tambah berat, untuk keluar dari sisi ini cukup berat. Apalagi sampai sekarang belum ada panggilan kerja. Sudah melamar kemana-mana juga belum dipanggil kerja. Mungkin karena masa-masa pandemi ini susah juga kan," ungkap Heru.
Namun ditegaskan Heru, dirinya terus berusaha bangkit dan tegar untuk mencari keadilan. Meski harus menempuh jalan yang tidak biasa untuk proses keadilan itu. Sambil tetap menjaga kondisi orang tua, agar tidak tahu kalau dirinya kena PHK.
"Tapi saya berusaha bangkit, berdoa, minta support dari saudara-saudara, dari rekan-rekan yang pernah mengalami hal ini. Kadang sama orang tua juga masih malu-malu, ada rasa segan ngomong kalau saya sudah di PHK, orang tua juga sudah tua, takutnya kenapa-kenapa. Itu dampak sosial yang berat sebenarnya, kesehatan orang tua kan jadi prioritas," tutur Heru.
(maf)