Angin Segar Amerika Serikat di Asia?
loading...
A
A
A
Keempat, komposisi kabinet khususnya portofolio kunci seperti Menteri Luar Negeri. Anthony Blinken sebagai calon Menteri Luar Negeri telah bekerja sama dengan Biden lebih kurang 20 tahun sehingga sangat paham yang dimaui Biden. Blinken juga seorang multilateralis yang mengedepankan dialog dalam menyelesaikan masalah-masalah global seperti perubahan iklim dan pandemi dengan organisasi kesehatan dunia.
Kemungkinan langkah yang akan diambil di satu sisi membuka kembali hubungan baik dengan mitra tradisional di Eropa, Uni Eropa, Asia, dan Australia yang terganggu selama kepemimpinan Trump. AS akan kembali aktif dalam mengatur tata kelola global dengan merestorasi keterlibatan di berbagai organisasi internasional. Namun yang terpenting ujung pangkalnya adalah tetap pada pengembalian kondisi ekonomi domestik AS.
Dinamika Asia
Asia merupakan medan perebutan pengaruh bagi kekuatan-kekuatan global dunia, khususnya AS. Selain telah menjadi “musuh” dalam Perang Dagang selama empat tahun terakhir, China sebagai kekuatan regional semakin menantang kepemimpinan AS dan telah menyajikan berbagai institusi/rezim bagi negara-negara di kawasan, bahkan dalam lingkup global. Untuk menyebut beberapa institusi yang diinisiasi China, antara lain Belt and Road Initiative (BRI), Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Ketiganya jelas telah berhasil merebut narasi dan secara de facto China memimpin beberapa langkah di depan secara ekonomi terlepas dari beberapa kritik bahwa langkah China tersebut merupakan jebakan utang baru.
Langkah mundur empat tahun lalu jelas tidak akan dilanjutkan lagi oleh Biden dalam memimpin AS. Dapat dibayangkan AS akan mendorongkan ide lama yang ditinggalkan Trump, yaitu Trans-Pacific Partnership (TPP) yang sebenarnya akan lebih rigid bagi negara-negara anggota, termasuk negara Asia Tenggara, bila memutuskan bergabung. Untuk mengejar defisit itu, AS harus kembali dan lebih aktif di Asia.
Dengan asumsi lanskap seperti di atas menjadi pilihan kebijakan AS di bawah Biden, Asia diperkirakan akan semakin panas dan dinamis. Bagi ASEAN dan Indonesia sekaligus, mereka bisa memainkan peran yang lebih strategis melalui implementasi Pandangan ASEAN terhadap Konsep Indo-Pasifik. Dengan menempatkan sentralitas ASEAN, diharapkan hal itu dapat “meredam” tensi antara AS dan China di kawasan ini, sementara di sisi lain berusaha tetap mendapatkan manfaat dari institusi yang telah ada dan kehadiran AS kembali.
Dari sisi ekonomi akan menjadi pertarungan penting. Akankah negara anggota ASEAN termasuk Indonesia bisa memanfaatkannya dengan peningkatan ekspor produk unggulannya ke AS? Bagi Indonesia, akan menjadi sebuah seni diplomasi yang luar biasa cerdas bila Indonesia bisa meyakinkan AS untuk membuka pasarnya lebih lebar tanpa ada ikatan persyaratan bahwa kita harus menjauh dari China yang beberapa tahun belakangan ini getol sekali merangkul kita dengan iming-iming manfaat kepada kita.
ReshuffleKabinet Indonesia Maju terakhir khususnya tim ekonomi membersitkan harapan yang lebih cerah. Indonesia akan semakin lincah menyesuaikan haluan Phinisi Nusantara ekonomi Indonesia dalam mengarungi Samudra Hindia dan Pasifik. Sinergi antara Menteri Perdagangan yang baru M Luthfi yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk AS dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang sukses menyelesaikan berbagai investasi mangkrak dan berhasil mengundang investor baru selama 2020 lalu serta orkestrasi diplomasi bisnis internasional Kementerian Luar Negeri layak kita tunggu untuk menangkap angin segar AS di Asia.
Kemungkinan langkah yang akan diambil di satu sisi membuka kembali hubungan baik dengan mitra tradisional di Eropa, Uni Eropa, Asia, dan Australia yang terganggu selama kepemimpinan Trump. AS akan kembali aktif dalam mengatur tata kelola global dengan merestorasi keterlibatan di berbagai organisasi internasional. Namun yang terpenting ujung pangkalnya adalah tetap pada pengembalian kondisi ekonomi domestik AS.
Dinamika Asia
Asia merupakan medan perebutan pengaruh bagi kekuatan-kekuatan global dunia, khususnya AS. Selain telah menjadi “musuh” dalam Perang Dagang selama empat tahun terakhir, China sebagai kekuatan regional semakin menantang kepemimpinan AS dan telah menyajikan berbagai institusi/rezim bagi negara-negara di kawasan, bahkan dalam lingkup global. Untuk menyebut beberapa institusi yang diinisiasi China, antara lain Belt and Road Initiative (BRI), Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Ketiganya jelas telah berhasil merebut narasi dan secara de facto China memimpin beberapa langkah di depan secara ekonomi terlepas dari beberapa kritik bahwa langkah China tersebut merupakan jebakan utang baru.
Langkah mundur empat tahun lalu jelas tidak akan dilanjutkan lagi oleh Biden dalam memimpin AS. Dapat dibayangkan AS akan mendorongkan ide lama yang ditinggalkan Trump, yaitu Trans-Pacific Partnership (TPP) yang sebenarnya akan lebih rigid bagi negara-negara anggota, termasuk negara Asia Tenggara, bila memutuskan bergabung. Untuk mengejar defisit itu, AS harus kembali dan lebih aktif di Asia.
Dengan asumsi lanskap seperti di atas menjadi pilihan kebijakan AS di bawah Biden, Asia diperkirakan akan semakin panas dan dinamis. Bagi ASEAN dan Indonesia sekaligus, mereka bisa memainkan peran yang lebih strategis melalui implementasi Pandangan ASEAN terhadap Konsep Indo-Pasifik. Dengan menempatkan sentralitas ASEAN, diharapkan hal itu dapat “meredam” tensi antara AS dan China di kawasan ini, sementara di sisi lain berusaha tetap mendapatkan manfaat dari institusi yang telah ada dan kehadiran AS kembali.
Dari sisi ekonomi akan menjadi pertarungan penting. Akankah negara anggota ASEAN termasuk Indonesia bisa memanfaatkannya dengan peningkatan ekspor produk unggulannya ke AS? Bagi Indonesia, akan menjadi sebuah seni diplomasi yang luar biasa cerdas bila Indonesia bisa meyakinkan AS untuk membuka pasarnya lebih lebar tanpa ada ikatan persyaratan bahwa kita harus menjauh dari China yang beberapa tahun belakangan ini getol sekali merangkul kita dengan iming-iming manfaat kepada kita.
ReshuffleKabinet Indonesia Maju terakhir khususnya tim ekonomi membersitkan harapan yang lebih cerah. Indonesia akan semakin lincah menyesuaikan haluan Phinisi Nusantara ekonomi Indonesia dalam mengarungi Samudra Hindia dan Pasifik. Sinergi antara Menteri Perdagangan yang baru M Luthfi yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk AS dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang sukses menyelesaikan berbagai investasi mangkrak dan berhasil mengundang investor baru selama 2020 lalu serta orkestrasi diplomasi bisnis internasional Kementerian Luar Negeri layak kita tunggu untuk menangkap angin segar AS di Asia.
(bmm)