Adaptasi Perkembangan Zaman, Sandiaga Dorong agar Jamu Go Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno menilai industri jamu di Indonesia memiliki peluang untuk berkembang lebih pesat sebab didukung dengan ketersediaan bahan baku yang sangat melimpah.
(Baca juga: Pertahankan Lestari Alam, Sandiaga Dorong Anak Muda Berwawasan Lingkungan)
Bahkan, menurut data dari Kementerian Perindustrian Indonesia pada tahun 2019, Industri jamu memberikan dampak positif, sektor industri obat tradisional mampu tumbuh di atas 6% atau pertumbuhannya di atas pertumbuhan nasional.
(Baca juga: Sandiaga Uno Dorong UMKM Masuk dalam Ekosistem Digital)
"Ada lebih dari 30.000 varietas yang tergolong tanaman obat dan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai formulasi dan varian produk jamu," kata Sandiaga dalam ketetangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (1/12/2020).
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini menyebutkan di masa pandemi covid 19 bisnis jamu termasuk yang tengah naik daun.
"Minuman herbal khas Indonesia ini, memiliki komponen bioaktif yang dapat membuat sistem imun dalam tubuh bekerja optimal sehingga dapat menghindarkan diri dari paparan virus dan bakteri," ungkapnya.
Menurut Sandiaga tren minum jamu ini tidak hanya di kalangan orang tua tapi juga sedang melanda kalangan milenial.
"Sekarang banyak produk jamu yang dikemas secara kekinian dan juga menggunakan social media sebagai sarana untuk memperkenalkan jamu ke generasi milenial agar tetap sehat," tukasnya.
Sandiaga yang merupakan tokoh Enterpreneur Indonesia meyakini Jamu Indonesia bisa sukses untuk Go Digital dan Go global dengan jurus otentik, original, relevan dengan perkembangan zaman, dan harus bisa viral.
"Kita perkenalkan jamu dengan segala platform digital yang kekinian agar bisa lekat kepada milenial dan masyarakat umum. Kitas branding jamu sebagai sebuah identitas Indonesia apalagi di masa pandemi ini yang menjadi sebuah awal kebangkitan produk jamu," papar Sandi.
Sementara itu Vanesa Kalani selaku Co Owner Jamu Bar mengatakan dirinya membuat produk Jamu Bar karena jamu dianggap 'menakutkan' dan juga agar jamu bisa populer di kalangan anak muda.
Selain mengemas produk dengan kemasan kekinian, Jamur Bar juga membuka gerai di mall kelas premium agar bisa menyasar milenial kelas A. Dan untuk memberikan edukasi serta promosi mengenai khasiat dari jamu, Jamu Bar menggunakan strategi digital melalui website dan social media.
"Awal mula mendirikan Jamu Bar karena banyak yang melihat jamu sebagai minuman orang tua dan rasanya tidak enak, padahal sebenernya jamu itu adalah produk asli Indonesia yang mempunyai banyak manfaat," katanya.
Dengan demikian, dia membuat inovasi dari segi packaging dan rasa agar banyak masyarakat yang semakin suka terhadap Jamu. "Begitu juga strategi promosi yang kita lakukan banyak melalui social media dan media baru lainnya," ujar Vanesa Kalani.
(Baca juga: Pertahankan Lestari Alam, Sandiaga Dorong Anak Muda Berwawasan Lingkungan)
Bahkan, menurut data dari Kementerian Perindustrian Indonesia pada tahun 2019, Industri jamu memberikan dampak positif, sektor industri obat tradisional mampu tumbuh di atas 6% atau pertumbuhannya di atas pertumbuhan nasional.
(Baca juga: Sandiaga Uno Dorong UMKM Masuk dalam Ekosistem Digital)
"Ada lebih dari 30.000 varietas yang tergolong tanaman obat dan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai formulasi dan varian produk jamu," kata Sandiaga dalam ketetangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (1/12/2020).
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini menyebutkan di masa pandemi covid 19 bisnis jamu termasuk yang tengah naik daun.
"Minuman herbal khas Indonesia ini, memiliki komponen bioaktif yang dapat membuat sistem imun dalam tubuh bekerja optimal sehingga dapat menghindarkan diri dari paparan virus dan bakteri," ungkapnya.
Menurut Sandiaga tren minum jamu ini tidak hanya di kalangan orang tua tapi juga sedang melanda kalangan milenial.
"Sekarang banyak produk jamu yang dikemas secara kekinian dan juga menggunakan social media sebagai sarana untuk memperkenalkan jamu ke generasi milenial agar tetap sehat," tukasnya.
Sandiaga yang merupakan tokoh Enterpreneur Indonesia meyakini Jamu Indonesia bisa sukses untuk Go Digital dan Go global dengan jurus otentik, original, relevan dengan perkembangan zaman, dan harus bisa viral.
"Kita perkenalkan jamu dengan segala platform digital yang kekinian agar bisa lekat kepada milenial dan masyarakat umum. Kitas branding jamu sebagai sebuah identitas Indonesia apalagi di masa pandemi ini yang menjadi sebuah awal kebangkitan produk jamu," papar Sandi.
Sementara itu Vanesa Kalani selaku Co Owner Jamu Bar mengatakan dirinya membuat produk Jamu Bar karena jamu dianggap 'menakutkan' dan juga agar jamu bisa populer di kalangan anak muda.
Selain mengemas produk dengan kemasan kekinian, Jamur Bar juga membuka gerai di mall kelas premium agar bisa menyasar milenial kelas A. Dan untuk memberikan edukasi serta promosi mengenai khasiat dari jamu, Jamu Bar menggunakan strategi digital melalui website dan social media.
"Awal mula mendirikan Jamu Bar karena banyak yang melihat jamu sebagai minuman orang tua dan rasanya tidak enak, padahal sebenernya jamu itu adalah produk asli Indonesia yang mempunyai banyak manfaat," katanya.
Dengan demikian, dia membuat inovasi dari segi packaging dan rasa agar banyak masyarakat yang semakin suka terhadap Jamu. "Begitu juga strategi promosi yang kita lakukan banyak melalui social media dan media baru lainnya," ujar Vanesa Kalani.
(maf)