Bisnis Budidaya Ikan Lohan di Kuningan Bangkit Lagi Berkat Banpres Produktif
loading...
A
A
A
KUNINGAN - Een Sukreno (56 tahun) tak pernah menyangka bahwa bisnis budidaya ikan lohan yang sudah digeluti selama 10 tahun mengalami penurunan penjualan secara drastis diterpa dampak pandemi Covid-19.
"Dalam kondisi normal, saya bisa meraih pendapatan tak kurang dari Rp2 juta sebulan. Bahkan, bisa mencapai Rp4 juta bila terjual ikan Lohan ukuran besar," ucap perempuan asal Awirarengan, Kuningan, Jawa Barat, tersebut.
Ikan lohan yang dibudidaya Een bersama putranya, sudah menembus pasar luar Kuningan. Seperti NTB, Lampung, Bekasi, Surabaya, dan Riau. Belum lama, ada juga datang untuk membeli benih lohan dalam jumlah besar dari Majalengka dan Cianjur.
Bahkan, aku Een, dirinya pernah mendapat pesanan dari India namun tidak bisa dipenuhi karena takut risiko benih lohan mati saat perjalanan pengiriman ke sana.
Een menambahkan, kenapa dirinya memilih bisnis budidaya ikan Lohan karena faktor harganya yang terus tinggi. Untuk setiap tiga ekor benih Lohan dibandrol seharga Rp100 ribu. Kalau sudah jadi, ikan kecil lohan dihargai Rp150 ribu per ekor.
"Yang ukuran sedang harganya bisa mencapai Rp700 ribu. Sedangkan yang ukuran besar, tak kurang dari harga Rp2 juta," ucap Een.
Menurut Een, sekali belanja benih ikan Lohan, dirinya harus merogoh kocek sebesar Rp5 juta. Belum lagi dengan pembelian peralatan budidaya seperti akuarium dan alat-alat lainnya.
Dalam memasarkan ikan Lohannya, selain banyak yang datang ke rumahnya yang menjadi tempat usaha, tak sedikit juga yang memesan via digital atau online. "Anak saya yang tugasnya memasarkan lewat online," kata Een.
Kisah manis itu sempat terhenti karena dampak dari pandemi yang melanda Indonesia, termasuk wilayah-wilayah yang selama ini rutin memesan benih dan ikan Lohan dari dirinya.
Tapi, kini, seiring dengan kondisi pasar semakin kondusif, ditambah dengan hibah Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta, usaha Een kembali berjalan normal.
"Alhamdulillah, dengan dana Banpres Produktif itu, untuk menambah jumlah akuarium pembudiyaan Lohan dan menambah jumlah benih ikan Lohan," tukas Een.
Een yang merupakan nasabah program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bercerita bahwa untuk mendapatkan Banpres Produktif dirinya dibantu penuh oleh PNM. "Tidak sulit, karena semua pendataan didampingi PNM," ungkap Een.
Ke depan, Een menginginkan pengembangan usahanya menjadi lebih besar lagi. "Mudah-mudahan, saya tetap bisa mendapat bantuan-bantuan hibah seperti Banpres Produktif. Karena, untuk membesarkan usaha budidaya Lohan, dibutuhkan jumlah akuarium yang banyak," kata Een.
Een juga berharap mendapatkan pelatihan, khususnya dalam pengemasan benih ikan Lohan secara aman. "Dengan pemasaran via online, tak menutup kemungkinan akan ada pesanan dari luar negeri," pungkas Een. ADV
Lihat Juga: Menkop Teten: Thrifting Bukan Masalah, yang Dilarang Penjualan Barang Bekas Selundupan Luar Negeri
"Dalam kondisi normal, saya bisa meraih pendapatan tak kurang dari Rp2 juta sebulan. Bahkan, bisa mencapai Rp4 juta bila terjual ikan Lohan ukuran besar," ucap perempuan asal Awirarengan, Kuningan, Jawa Barat, tersebut.
Ikan lohan yang dibudidaya Een bersama putranya, sudah menembus pasar luar Kuningan. Seperti NTB, Lampung, Bekasi, Surabaya, dan Riau. Belum lama, ada juga datang untuk membeli benih lohan dalam jumlah besar dari Majalengka dan Cianjur.
Bahkan, aku Een, dirinya pernah mendapat pesanan dari India namun tidak bisa dipenuhi karena takut risiko benih lohan mati saat perjalanan pengiriman ke sana.
Een menambahkan, kenapa dirinya memilih bisnis budidaya ikan Lohan karena faktor harganya yang terus tinggi. Untuk setiap tiga ekor benih Lohan dibandrol seharga Rp100 ribu. Kalau sudah jadi, ikan kecil lohan dihargai Rp150 ribu per ekor.
"Yang ukuran sedang harganya bisa mencapai Rp700 ribu. Sedangkan yang ukuran besar, tak kurang dari harga Rp2 juta," ucap Een.
Menurut Een, sekali belanja benih ikan Lohan, dirinya harus merogoh kocek sebesar Rp5 juta. Belum lagi dengan pembelian peralatan budidaya seperti akuarium dan alat-alat lainnya.
Dalam memasarkan ikan Lohannya, selain banyak yang datang ke rumahnya yang menjadi tempat usaha, tak sedikit juga yang memesan via digital atau online. "Anak saya yang tugasnya memasarkan lewat online," kata Een.
Kisah manis itu sempat terhenti karena dampak dari pandemi yang melanda Indonesia, termasuk wilayah-wilayah yang selama ini rutin memesan benih dan ikan Lohan dari dirinya.
Tapi, kini, seiring dengan kondisi pasar semakin kondusif, ditambah dengan hibah Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta, usaha Een kembali berjalan normal.
"Alhamdulillah, dengan dana Banpres Produktif itu, untuk menambah jumlah akuarium pembudiyaan Lohan dan menambah jumlah benih ikan Lohan," tukas Een.
Een yang merupakan nasabah program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bercerita bahwa untuk mendapatkan Banpres Produktif dirinya dibantu penuh oleh PNM. "Tidak sulit, karena semua pendataan didampingi PNM," ungkap Een.
Ke depan, Een menginginkan pengembangan usahanya menjadi lebih besar lagi. "Mudah-mudahan, saya tetap bisa mendapat bantuan-bantuan hibah seperti Banpres Produktif. Karena, untuk membesarkan usaha budidaya Lohan, dibutuhkan jumlah akuarium yang banyak," kata Een.
Een juga berharap mendapatkan pelatihan, khususnya dalam pengemasan benih ikan Lohan secara aman. "Dengan pemasaran via online, tak menutup kemungkinan akan ada pesanan dari luar negeri," pungkas Een. ADV
Lihat Juga: Menkop Teten: Thrifting Bukan Masalah, yang Dilarang Penjualan Barang Bekas Selundupan Luar Negeri
(ars)