Entang Wiharso dan Impian Tanah Menjanjikan

Selasa, 24 November 2020 - 12:28 WIB
loading...
A A A
“Saya tahu bahwa begitu banyak konflik politik tahun-tahun terakhir ini di Amerika, dari isu rasial, gerakan black lives matter sampai mungkin gejala xenophobia dengan sebutan kuasa “white supremacy itu”, katanya.

Maka Entang, berbekal dukungan penelitian dari fellowship Gugenheimingin menguak lansekap psiko-geografis merujuk pada sejarah sebuah tempat khusus dan pengalaman personalnya yang berkelindan dengan tempat secara lebih luas. Itu semacam upaya “memotret” ingatan komunal dengan kode-kode visual representasi masyarakat Amerika yang tersegmentasi sebab tendensi aspirasi politiknya.

Ia dengan hati-hati juga menafsirkan lansekap fenomena, yakni sekumpulan peristiwa sejarah dengan usahanya menyingkap, terutama peristiwa-peristiwa khusus yang besar dan penting yang terjadi di Amerika di masalalu dan terkini; yang kemudian dikristalkan dalam pengalaman sangat personal, seterusnya memproyeksikannya realitas itu dengan relasinya antara Indonesia dan Amerika.

Entang Wiharso yang menamatkan studinya di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, yang ia memang mengintimasi dua budaya. Sejak 1997 hilir-mudik Yogjakarta-Amerika Serikat, maka tak heran keluarganya yang memeluk fenomena bikultural dan birasial tentu mewariskan keyakinan-keyakinan spiritualdan pandangan ideologi kolektif yang majemuk pula.

Ia dikenal memang piawai menggunakan bahasa visual yang dramatis, entah video, lukisan pun instalasibermateri aluminium industrial serta seni performansnya dengan karakter yang unik.

Sementara oeuvre atau inti karya seninya selama 25 tahun terakhir terkait dengan mitologi berusia berabad-abad dengan mewakilkan sosok-sosok enigmatik yang dikombinasikan kehidupan terkini gaya hidup hyper connected via internet abad ke-21. Dari masalah universal tentang kekuasaan, tragedi, cinta dan kemanusiaansampai rasa penasarannya dengan konsep ideologi, filsafat pun geografi.

Seniman fenomenal ini membingkai sedemikian rupa ekspresi visualnya dengan strategi kritik sosial, provokasi kognitif tentangidentitas dua budaya sampai gambaran yang rumit tentang psikologi ambang bawah sadar diri manusia.

Relasi Politik dan Pandemi
“Saya hidup dengan keluarga, bertetangga dengan sangat baik di Rhode Island, AS. Kita sekeluarga saling mendukung dengan komunitas masyarakat disana. Tapi, realitas politik berbeda, bahwa sejarah memberi petunjuk selain iklim politik yang begitu banyak pertentangan ideologi berhutang pada masa lalu yang mengunggulkan ras aseli. Justru ini memberi sumbangsih besar sebagai semacam upaya reflektif dalam karya-karya saya” ujar Entang saat wawancara dengan penulis.

Seniman yang lahir di Tegal, Jawa Tengah ini, menggambarkan bahwa karya seninya sangat berelasi satu sama lain, kegundahannya tentang impian akan Tanah yang Menjanjikan dan lokasi yang lebih baik untuk hidup sejak lama menyebadan dalam instalasi anggun berjuluk Temple of Hope (2009) sebagai model awal.

Karya tersebut menawarkan serial lanjutan terbarunya tentang Tunnel of Light, 2020, seperti energi spiritual-transedensi yang divisualkan oleh instalasi yang besar. “Karya itu semacam doa, bagi proyek yang disponsori oleh Yayasan Gugenheim bisa menjadi visi yang terealisasi di masa depan dengan instalasi raksasa yang riil,“ ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1698 seconds (0.1#10.140)