Vaksin Covid-19 Keniscayaan

Kamis, 19 November 2020 - 07:09 WIB
loading...
Vaksin Covid-19 Keniscayaan
Pengalaman Indonesia dalam pengembangan vaksin sudah tak diragukan lagi. Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Pengalaman Indonesia dalam pengembangan vaksin sudah tak diragukan lagi. Bahkan Bio Farma sudah 100 tahun lebih mengembangkan sejumlah vaksin untuk program imunisasi massal bagi masyarakat di Tanah Air.



Sejauh ini vaksin menjadi alat paling efektif untuk menghadapi penyakit infeksi, mencegah terjadinya epidemi maupun pandemi, dan mengeradikasi penyakit menular. Vaksin terbukti menekan penularan virus campak (measles) dan rubella (campak jerman) dengan menggunakan vaksin MR. (Baca: Enam Jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)

Memang, tidak semua kalangan masyarakat mau menerima vaksinasi dengan suka rela sebagai hal yang positif dan melindungi. Karakteristik masyarakat yang beragam jadi tantangan tersendiri dalam mengedukasi masyarakat, terutama mengikis informasi hoaks seputar vaksin. Belum lagi demografi masyarakat pesantren, perkotaan, masyarakat komunal, hingga daerah terpencil yang jauh dari jangkauan dukungan komunikasi, menjadi ragam tantangan yang harus dihadapi. Maka, faktor edukasi yang berkesinambungan dan konsisten harus dilakukan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya vaksinasi.

Begitu pun dalam memerangi pandemi Covid-19. Pemberian vaksin adalah keniscayaan. Indonesia sendiri tak mau ketinggalan dalam mengupayakan penyediaan vaksin Covid-19. Selain sebagai salah satu pusat penelitian uji klinik fase III bagi vaksin Sinovac yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia juga turut serta meneliti dan memproduksi vaksin Covid-19 mandiri yang disebut vaksin Merah Putih.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek BRIN Ali Ghufron Mukti menyatakan, perusahaan nasional Bio Farma masuk dalam CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) turut terlibat dalam pengembangan vaksin di dunia. “Kita bersyukur bahwa perusahaan nasional Bio Farma masuk ke dalam CEPI yang mana ikut berperan dalam inovasi dan produksi vaksin di dunia,” ungkapnya dalam dialog KPC PEN dengan tema ”Vaksin dan Pembangunan Kesehatan Indonesia” secara virtual kemarin. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)

Selain dengan Bio Farma, riset atau penelitian vaksin Merah Putih juga intens dilakukan dengan beberapa institusi seperti Lembaga Eijkman dan beberapa universitas, termasuk LIPI dengan platform yang berbeda-beda dengan target produksi pada 2021. Adapun faktor yang menjadi fokus pengembangan vaksin Merah Putih tentu keamanannya, kemudian tingkat efektivitasnya.

Stabilitas vaksin, implementasi, hingga ketersediaannya nanti juga akan terus dipantau. Kemandirian vaksin sangat penting karena menyangkut kedaulatan dan kemampuan sebuah negara dalam penguasaan teknologi dan inovasi.

“Tentu dengan kemajuan ini kita tidak akan menjadi negara trader atau sebatas pengimpor. Kita harus mampu memiliki terobosan, dan untuk diketahui kita sudah mampu mengekspor vaksin ke 140 negara. Indonesia jadi negara rujukan di OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) untuk vaksin,” ucap Ali Ghufron.

Masyarakat juga tidak perlu takut terhadap vaksin dan program vaksinasi Covid-19 yang nantinya akan dijalankan pemerintah. Di samping itu, upaya masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan juga harus dioptimalkan karena vaksin bukan satu-satunya cara untuk terbebas dari virus Covid-19. (Baca juga: Bali Dsetinasi Bulan Madu Terbaik di Dunia)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2008 seconds (0.1#10.140)