8 Bulan Pandemi, Peneliti UI Beberkan Tingkat Stres Masyarakat
loading...
A
A
A
DEPOK - Peneliti dan Pengajar Vokasi Humas UI dan tim peneliti menyampaikan hasil studi tentang perilaku warga mengatasi tekanan selama periode pandemi Covid-19 (virus Corona). Hasilnya diketahui bahwa warga mengalami stress.
(Baca juga: Bareskrim Beberkan Peran 3 Tersangka Baru dalam Kasus Kebakaran Kejagung)
"Hasil studi big data dan dikaitkan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap warga tentang kondisi mental mereka selama pandemi," kata peneliti Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati saat acara Focus Group Discussion yang digelar Pokja Wartawan Kota Depok di AlfaX Depok, Jumat (13/11/2020).
"Temuan kualitatif dengan metode fenomenologi, mengungkapkan bahwa warga mengalami stress. Mereka merasakan himpitan luar biasa. Di mana para informan menyampaikan bahwa mereka mengalami tekanan dari dua dunia, offline dan online sekaligus, layaknya burger," tambahnya.
(Baca juga: ICW Desak Kejagung-Bareskrim Kooperatif dengan KPK terkait Supervisi Djoko Tjandra)
Disebutkan, dia melakukan penelitian melalui media sosial selama periode 20 Maret hingga 1 November 2020. Dari hasil penelitiannya didapati masyarakat aktif melakukan 15 aktifitas selama periode pandemi.
Mulai dari memasak dan mencoba menu baru, memelihara ikan cupang, rebahan, main game, belanja barang online, menggambar, koleksi barang, melihat video orang lain, menonton film, bersepeda, tanaman hias, motor, kucing, fotografi dan menonton Drama Korea.
"Kami menggunakan Radar Eventori, sebuah alat pemindai percakapan sosial di dunia digital, yang dikembangkan oleh anak-anak muda Indonesia di bidang IT. Setiap bulannya kami mengamati sekitar 140 juta tweet Berbahasa Indonesia," ucapnya.
Dia menuturkan, di media sosial muncul berbagai percakapan yang mengungkapkan bagaimana anggota keluarga yang merasa dinomorduakan oleh hobi seperti cupang atau tanaman hias. Di mana, seseorang lebih banyak melakukan 'diskusi' dengan cupang atau tanamannya. Mereka melihat dorongan kehidupan nyata dan maya berlangsung dalam satu waktu.
"Seorang Ibu Muda dengan anak 1 misalnya, menyampaikan bahwa dia merasakan bagaimana tuntutan ekonomi untuk bertahan hidup harus beriringan dengan upaya memastikan pendidikan anak terjaga serta situasi di rumah terkendali. Di masa pandemi, nyaris tidak ada waktu untuk beristirahat. Pekerjaan kantor yang sebagian dilakukan offline dan online, bisa dilakukan di atas jam kewajaran di masa sebelum pandemi seperti di atas pukul 10 malam, mendadak serta dilakukan pada saat libur, sabtu minggu," tambah Devie.
(Baca juga: Bareskrim Beberkan Peran 3 Tersangka Baru dalam Kasus Kebakaran Kejagung)
"Hasil studi big data dan dikaitkan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap warga tentang kondisi mental mereka selama pandemi," kata peneliti Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati saat acara Focus Group Discussion yang digelar Pokja Wartawan Kota Depok di AlfaX Depok, Jumat (13/11/2020).
"Temuan kualitatif dengan metode fenomenologi, mengungkapkan bahwa warga mengalami stress. Mereka merasakan himpitan luar biasa. Di mana para informan menyampaikan bahwa mereka mengalami tekanan dari dua dunia, offline dan online sekaligus, layaknya burger," tambahnya.
(Baca juga: ICW Desak Kejagung-Bareskrim Kooperatif dengan KPK terkait Supervisi Djoko Tjandra)
Disebutkan, dia melakukan penelitian melalui media sosial selama periode 20 Maret hingga 1 November 2020. Dari hasil penelitiannya didapati masyarakat aktif melakukan 15 aktifitas selama periode pandemi.
Mulai dari memasak dan mencoba menu baru, memelihara ikan cupang, rebahan, main game, belanja barang online, menggambar, koleksi barang, melihat video orang lain, menonton film, bersepeda, tanaman hias, motor, kucing, fotografi dan menonton Drama Korea.
"Kami menggunakan Radar Eventori, sebuah alat pemindai percakapan sosial di dunia digital, yang dikembangkan oleh anak-anak muda Indonesia di bidang IT. Setiap bulannya kami mengamati sekitar 140 juta tweet Berbahasa Indonesia," ucapnya.
Dia menuturkan, di media sosial muncul berbagai percakapan yang mengungkapkan bagaimana anggota keluarga yang merasa dinomorduakan oleh hobi seperti cupang atau tanaman hias. Di mana, seseorang lebih banyak melakukan 'diskusi' dengan cupang atau tanamannya. Mereka melihat dorongan kehidupan nyata dan maya berlangsung dalam satu waktu.
"Seorang Ibu Muda dengan anak 1 misalnya, menyampaikan bahwa dia merasakan bagaimana tuntutan ekonomi untuk bertahan hidup harus beriringan dengan upaya memastikan pendidikan anak terjaga serta situasi di rumah terkendali. Di masa pandemi, nyaris tidak ada waktu untuk beristirahat. Pekerjaan kantor yang sebagian dilakukan offline dan online, bisa dilakukan di atas jam kewajaran di masa sebelum pandemi seperti di atas pukul 10 malam, mendadak serta dilakukan pada saat libur, sabtu minggu," tambah Devie.