Luncurkan Buku Tetap Waras Jangan Ngeres, Ini Pesan Bamsoet

Selasa, 10 November 2020 - 21:29 WIB
loading...
Luncurkan Buku Tetap Waras Jangan Ngeres, Ini Pesan Bamsoet
Ketua MPR Bambang Soesatyo meluncurkan buku terbaru berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres. Foto/SINDOnews/Abdul Rochim
A A A
JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo kembali meluncurkan buku terbaru berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres. Buku ke-18 yang ditulisnya ini memuat refleksi pemikiran dirinya selama setahun terakhir.

Buku ini terbagi dalam dua bagian, sebelum dan sesudah Indonesia didera pandemi Covid-19. Di dalamnya terdapat otokritik dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang terkadang justru malah menghilangkan nalar kebangsaan.

"Tetap Waras, Jangan Ngeres, bermakna pemimpin dari tingkat pusat hingga daerah harus memberikan harapan, bukan menimbulkan kecemasan. Pejabat memberikan informasi akurat bukan menutupi kebenaran. Rakyat seharusnya taat pada aturan bukan melanggar," ujar pria yang biasa disapa Bamsoet ini dalam peluncuran buku berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres, di Jakarta, Selasa (10/11/2020).( )

Turut hadir antara lain Wakil Ketua Komisi III DPR Nasdem Ahmad Sahroni, Anggota Komisi III dan Ketua MKD DPR Aboe Bakar Al Habsyi, Ketua Umum BS Center Ahmadi Noor Supit, Ketua Dewan Pakar BS Center Didin Damanhuri, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro, Rektor Universitas Hasanuddin Dwia Aries Tina Pulubuhu, dan Dosen Universitas Paramadina Abdul Hadi serta mantan Wakapolri Nanan Soekarna.

Mantan Ketua DPR ini menekankan, ketimbang sibuk berwacana tentang rekayasa atau teori konspirasi di balik pandemi Covid-19, jauh lebih baik jika semua orang mencurahkan waktu dan pikirannya untuk peduli terhadap penanganan pandemi Covid-19.( )

Salah satunya melalui disiplin menjalankan protokol kesehatan. Data kasus Covid-19 di dalam maupun di luar negeri harus dilihat sebagai sebuah fakta, bukan malah dijadikan bahan akrobat untuk berwacana.

"Lebih dari satu juta orang di dunia, 14 ribu lebih diantaranya adalah warga Indonesia, telah meninggal dunia karena virus Covid-19. Angka ini seharusnya menyadarkan kita bahwa virus Covid-19 adalah sesuatu yang nyata, bukan bagian dari teori konspirasi maupun sekadar wacana. Semua orang harus terdorong mencari solusi menekan penyebarannya. Saling menyalahkan satu sama lain, maupun menuduh pemerintah lamban mengantisipasi penularan Covid-19, bukanlah hal yang patut dilakukan," tandas Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan, pandemi Covid-19 telah menimbulkan banyak kecemasan. Masyarakat kebingungan, tenaga medis dan kesehatan kewalahan, para pengusaha kelimpungan, bahkan pemerintah pun terkadang terkesan tidak kompak.

Kejadian ini tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan negara lainnya. Mengingat tidak ada negara yang punya pengalaman menghadapi pandemi Covid-19 yang bisa dijadikan sebagai rujukan.

"Dalam situasi krisis, khawatir berlebihan atau terlalu menggampangkan masalah merupakan sikap yang tak boleh dilakukan, karena malah akan membuat persoalan tambah runyam. Karena itu saya mengajukan pentingnya kita tetap menjaga kesadaran dan akal sehat. Tetap waras. Waras dalam arti tetap rasional, terukur, namun juga waspada. Serta jangan Ngeres, yang berarti tak melakukan tindakan yang bisa menimbulkan instabilitas," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini mengingatkan, rencana vaksinasi yang akan dimulai akhir 2020, bukan satu-satunya bisa menyelesaikan berbagai keseluruhan masalah yang ditinggalkan akibat pandemi Covid-19. Masih ada pekerjaan rumah menata pondasi perekonomian yang nyaris rusak.

"Pemerintah sedang mengupayakan agar pemulihan ekonomi bisa terjadi pada kuartal IV-2020 dan berakselerasi pada 2021. Optimisme ini tak bisa berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi kesadaran masyarakat dalam menekan penyebaran virus Covid-19 melalui kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan," tutur Bamsoet.

Dia menambahkan, tidak sekadar optimistis, pemerintah juga harus mengantisipasi berbagai kejadian yang bisa mengoyak perekonomian. Misalnya, dampak kredit macet di bank pemerintah dan swasta yang jumlahnya dikabarkan berpotensi menembus Rp900 triliun. Jika tak diantisipasi sejak dini, dampaknya bisa sangat luar biasa bagi perekonomian.

"Bukannya pulih pada kuartal IV, perekonomian Indonesia malah bisa lebih parah dibanding krisis moneter 1998. Ini pekerjaan rumah yang menuntut kita untuk tetap berpikir waras, dan jangan ngeres. Artinya, berbagai kebijakan yang diambil harus berdasarkan pikiran yang jernih, bukan karena emosi," pungkas Bamsoet.

Sebagai catatan, sebelum buku Tetap Waras dan Jangan Ngeres, Bamsoet telah melahirkan banyak karya buku. Antara lain, Mahasiswa Gerakan dan Pemikiran (1990), Kelompok Cipayung, Pandangan dan Realita (1991), Ekonomi Indonesia 2020 (1995), Skandal Gila Bank Century (2010), Perang Perangan Melawan Korupsi (2011), Pilpres Abal-Abal Republik Amburadul (2011); Republik Galau (2012); dan Skandal Bank Century di Tikungan Terakhir (2013).

Ada pula buku Presiden dalam Pusaran Politik Sengkuni (2013), 5 Kiat Praktis Menjadi Pengusaha No 1 (2013); Indonesia Gawat Darurat (2014), Republik Komedi 1/2 Presiden (2015), Ngeri-Ngeri Sedap (2017), Dari Wartawan ke Senayan (2018), Akal Sehat (2019), Jurus 4 Pilar (2020), dan Solusi Jalan Tengah (2020).
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1073 seconds (0.1#10.140)