Pengunduran Diri Biden dan Tantangan Politik yang Kompleks

Selasa, 23 Juli 2024 - 10:37 WIB
loading...
Pengunduran Diri Biden...
Harryanto Aryodiguno, Ph.D, Dosen Hubungan Internasional President University. Foto/Dok SINDOnews
A A A
Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Dosen Hubungan Internasional President University

PADA 21 Juli, di tengah gelombang seruan yang tak terbendung untuk mengundurkan diri, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali. Tanpa diragukan lagi, ini merupakan puncak baru dalam pemilihan presiden AS setelah serangan terhadap Donald Trump pada 13 Juli. Ini juga menjadi perbincangan hangat di Taiwan, mengingat insiden "319 versi Amerika", kini muncul lagi perbandingan baru: "versi Amerika dari penggantian calon presiden".

Mengingat kembali pada Oktober 2015, menjelang pemilihan presiden 2016, dengan dukungan dari basis akar rumput dan faksi lokal, Partai Kuomintang mengadakan kongres luar biasa untuk membatalkan pencalonan Hung Hsiu-chu sebagai calon presiden, dan menggantinya dengan Walikota New Taipei sekaligus Ketua Kuomintang saat itu, Eric Chu. Insiden ini dikenal sebagai "peristiwa penggantian calon presiden".

Tentu saja, situasi Biden dan Hung Hsiu-chu memiliki beberapa perbedaan, termasuk bahwa Biden sebenarnya belum secara resmi dicalonkan dan mengundurkan diri secara sukarela, yang tampaknya tidak semalu Hung Hsiu-chu pada waktu itu. Namun, sudah diketahui umum bahwa seruan untuk menggantikan Biden telah bergema di dalam Partai Demokrat selama beberapa waktu.

Keputusan Biden untuk "mengundurkan diri dengan bijak" meskipun mempertimbangkan keseluruhan situasi, juga dipaksa oleh realitas yang ada. Hal ini berkaitan dengan penampilan debat Biden yang buruk pada akhir Juni, serta perubahan dalam peta politik setelah serangan terhadap Trump pada bulan Juli.

Mengenai calon presiden baru dari Partai Demokrat, Joe Biden telah secara terbuka mendukung Wakil Presiden Kamala Harris yang berusia 59 tahun untuk menggantikannya. Dia juga menyerukan kepada para anggota Partai Demokrat untuk bersatu melawan Donald Trump dan mengajak para pendukung untuk menyumbang bagi kampanye Kamala Harris. Meskipun Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) belum secara resmi mengumumkan calon, melihat situasi saat ini, peluang Kamala Harris untuk maju cukup besar.

Namun, ini tidak berarti bahwa Partai Demokrat segera bisa melakukan serangan balik yang besar. Pertama, penampilan awal Biden sangat "mendalam di hati masyarakat," dan sekarang hanya tersisa 3 bulan sebelum pemungutan suara. Kedua, Trump telah memastikan akan berpasangan dengan J.D.

Vance dan memulai kampanye, sementara Partai Demokrat belum membentuk tim kampanye. Ketiga, meskipun Trump tetap mempertahankan citra populisnya, dia telah mulai menunjukkan kecenderungan "de-demonisasi" seperti Marine Le Pen di Prancis, yang tentunya bertujuan untuk meraih lebih banyak suara. Dalam situasi seperti ini, Partai Demokrat harus melalui perjuangan berat untuk bisa menang.

Dinamika Survei Pasca Penembakan


Pertama-tama, jika kita mengamati tren survei secara keseluruhan baru-baru ini, jarak persentase antara Trump dan Biden memang sedikit melebar, namun tidak mengubah secara signifikan pola survei dalam sebulan terakhir. Hasil ini menunjukkan bahwa insiden penembakan pada 13 Juli tidak merusak secara signifikan peluang Biden, dan juga tidak meningkatkan secara drastis dukungan terhadap Trump. Hal ini juga berarti bahwa upaya Biden untuk mengalihkan perhatian dari isu "mengganti Biden" melalui insiden penembakan tersebut gagal.

Sebagai contoh, menurut survei yang dilakukan oleh Reuters dan IPSOS pada 15-16 Juli, Trump (43%) memang mendapatkan sedikit dorongan dari perhatian publik terkait penembakan, namun hanya unggul tipis dari Biden (41%). Selain itu, persaingan ini tidak jauh berbeda dengan tren pada 12 Juni (Trump 41%, Biden 39%), di mana perbedaan ini masih dalam batas margin of error. Hal serupa juga ditunjukkan oleh survei YouGov dan The Economist yang dilakukan pada 13-16 Juli, di mana Trump (43%) hanya unggul tipis dari Biden (41%), dan dibandingkan dengan data pada 7 Juli (Trump 43%, Biden 40%), Biden hanya turun 1%.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump dan Ilusi Perombakan...
Trump dan Ilusi Perombakan Tatanan Dunia
TNI AU-Garda Udara Nasional...
TNI AU-Garda Udara Nasional Hawaii Berlatih Pengisian Bahan Bakar Udara Jet Tempur
ARI-BP: Rencana Donald...
ARI-BP: Rencana Donald Trump Caplok dan Usir Warga Gaza Dinilai Kejahatan Besar
Kemlu: 4.276 WNI Masuk...
Kemlu: 4.276 WNI Masuk Daftar Deportasi dari Amerika Serikat
Mantan Kepala BIN: Waspadai...
Mantan Kepala BIN: Waspadai Sentimen SARA Sebagai Operasi Penggalangan AS Terhadap Rakyat Indonesia
Fakta-fakta Rosita Aruan...
Fakta-fakta Rosita Aruan Orchid Baptiste, Perempuan Batak Jadi Tentara Amerika Serikat
Momen Mantan Wapres...
Momen Mantan Wapres AS Al Gore Berbincang dengan Megawati di Vatikan
Wamenlu Tegaskan Indonesia...
Wamenlu Tegaskan Indonesia Tidak Bisa Menerima Relokasi Warga Gaza Palestina
MPR Desak Pemerintah...
MPR Desak Pemerintah Tolak Proposal AS Soal Relokasi Warga Gaza ke Indonesia
Rekomendasi
Jepang Prediksi Gempa...
Jepang Prediksi Gempa Bumi Besar yang bisa Tewaskan 300.000 Orang
Profil dan Biodata Ruben...
Profil dan Biodata Ruben Onsu, Presenter yang Putuskan Mualaf
Ekonomi 15 Negara Mitra...
Ekonomi 15 Negara Mitra Dagang AS yang Paling Terpukul Tarif Timbal Balik Trump
Berita Terkini
Hadapi Arus Balik, Jasa...
Hadapi Arus Balik, Jasa Marga Siapkan Pengalihan Lalin dari Transjawa ke Jakarta
2 jam yang lalu
Lebaran: Diplomasi,...
Lebaran: Diplomasi, Solidaritas, dan Harapan bagi Peradaban Global
3 jam yang lalu
Budi Arie Sowan ke Jokowi,...
Budi Arie Sowan ke Jokowi, Dapat Pesan soal Koperasi Desa Merah Putih
4 jam yang lalu
2 Makna Silaturahmi...
2 Makna Silaturahmi Didit Prabowo ke Mega, SBY, dan Jokowi
4 jam yang lalu
228 Kecelakaan Terjadi...
228 Kecelakaan Terjadi saat Lebaran, 22 Orang Tewas, 287 Luka-luka
5 jam yang lalu
Gempa Besar M6,3 Guncang...
Gempa Besar M6,3 Guncang Maluku Barat Daya, Begini Analisa BMKG
6 jam yang lalu
Infografis
Waspadai Penyakit yang...
Waspadai Penyakit yang Rentan Menyerang saat Mudik Lebaran
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved