DPR Sebut Indonesia Berpeluang Besar Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Indonesia telah resmi mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 kepada International Olympic Committee (IOC).
Terkait hal itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menilai, pengajuan ini memunculkan optimisme bahwa Indonesia mampu membuktikan diri menjadi tuan rumah even olaharaga terbesar dunia itu. Menurutnya, dari rentang waktu yang ada, Indonesia masih memiliki waktu yang cukup untuk pencalonan maupun persiapan pelaksanaan Olimpiade 2032. "Kita masih punya 3 tahun untuk persiapan seleksi, mengingat proses seleksi dimulai pada 2023 dan penetapan tuan rumah pada 2024,” kata Hetifah saat dihubungi, Jumat (6/10/2020). (Baca juga: Jokowi Minta Roadmap Pencalonan Tuan Rumah Olimpiade 2032 Dimatangkan)
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu melanjutkan, Indonesia juga sudah beberapa kali berhasil mengadakan acara olahraga internasional. Contohnya, dalam 10 tahun terakhir Indonesia telah melaksanakan Sea Games (2011), Asian Games (2018), dan Asian Paragames (2018). Kesuksesan penyelenggaraan olahraga tersebut membuktikan kepada dunia, Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik pada ajang internasional.
Menurut Hetifah, Indonesia juga memiliki keunggulan daripada kompetitornya, seperti Australia, Qatar, Jerman, unifikasi Korea, dan India. Sehingga berdasarkan aspek-aspek tersebut, bukan hanya realistis bagi Indonesia untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032, pihaknya pun optimistis Olimpiade 2031 akan terselenggara dengan baik. (Baca juga: Volunteer Olimpiade Tokyo 2020 Mulai Jalani Pelatihan)
Adapun anggaran, mantan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR ini menjelaskan, secara ekonomi Indonesia memang sedang mengalami kontraksi akibat Covid-19. Sehingga, wajar jika terdapat kekhawatiran terkait kesiapan anggaran dan sarana prasarana (sarpras) pendukung Olimpiade 2032. "Akan tetapi, tahun 2021, ekonomi Indonesia diprediksi sudah mulai pulih dengan PDB yang meningkat 4,5-5,5%," ucapnya optimistis.
Hetifah menambahkan, mengacu pada berbagai riset internasional, ekonomi Indonesia juga diprediksi akan menjadi terkuat ke-4 di dunia pada 10-15 tahun ke depan. Berdasarkan fakta ini, dia semakin optimistis Indonesia tidak akan kesulitan dalam menyusun dan menyiapkan anggaran.
Adapun sarpras, Hetifah mengakui memang ada kekhawatiran berbagai fasilitas olahraga itu akan terbengkalai pasca-Olimpiade 2032. Tapi, pada 2032 mungkin ibu kota negara sudah pindah ke Kalimantan Timur (Kaltim), sehingga perhelatan olimpiade pun kemungkinan besar digelar di ibu kota baru itu. "Nah, mengingat pelaksanaannya diadakan di ibu kota baru, maka di sana tentu sangat minim sarana prasarana. Saya rasa justru Olimpiade ini dapat kita lihat sebagai momentum pembangunan berbagai infrastruktur dan sarpras olahraga yang mendukung ibu kota baru. Dengan begitu, sarpras yang bertaraf internasional tersebut dapat terus digunakan untuk mendukung prestasi atlet kita untuk berbagai cabang olahraga," papar legislator Dapil Kaltim itu.
Dengan demikian, Hetifah menegaskan, peluang Indonesia menjadi tuan rumah sangat besar, mengingat beberapa negara calon lainnya sudah pernah menjadi tuan rumah. Australia sudah dua kali jadi tuan rumah pada Olimpiade 1956 di Melbourne dan 2000 di Sydney. Jerman juga pernah menggelar Olimpiade pada 1972 di Munich. Sementara Seoul, pernah terpilih menjadi tuan rumah pada 1988. Intinya, semua kontinental sudah pernah dan posisi Indonesia cukup kuat sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang bakal menjadi tuan rumah olimpiade.
"Indonesia pasti mendapat sorotan karena setiap benua dan wilayah memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi tuan rumah penyelenggara multievent olahraga terbesar di dunia tersebut. Indonesia sudah membuktikan sukses menyelenggarakan acara internasional seperti Asian Games dan Asian Paragames 2018. Dan tidak kalah penting, Indonesia juga memiliki keunggulan keadaan cuaca maupun suhu yang relatif stabil, keamanan, keramahan, kuliner yang beragam, dan keindahan alam yang tidak dimiliki negara lainnya," pungkas Hetifah.
Terkait hal itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menilai, pengajuan ini memunculkan optimisme bahwa Indonesia mampu membuktikan diri menjadi tuan rumah even olaharaga terbesar dunia itu. Menurutnya, dari rentang waktu yang ada, Indonesia masih memiliki waktu yang cukup untuk pencalonan maupun persiapan pelaksanaan Olimpiade 2032. "Kita masih punya 3 tahun untuk persiapan seleksi, mengingat proses seleksi dimulai pada 2023 dan penetapan tuan rumah pada 2024,” kata Hetifah saat dihubungi, Jumat (6/10/2020). (Baca juga: Jokowi Minta Roadmap Pencalonan Tuan Rumah Olimpiade 2032 Dimatangkan)
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu melanjutkan, Indonesia juga sudah beberapa kali berhasil mengadakan acara olahraga internasional. Contohnya, dalam 10 tahun terakhir Indonesia telah melaksanakan Sea Games (2011), Asian Games (2018), dan Asian Paragames (2018). Kesuksesan penyelenggaraan olahraga tersebut membuktikan kepada dunia, Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik pada ajang internasional.
Menurut Hetifah, Indonesia juga memiliki keunggulan daripada kompetitornya, seperti Australia, Qatar, Jerman, unifikasi Korea, dan India. Sehingga berdasarkan aspek-aspek tersebut, bukan hanya realistis bagi Indonesia untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032, pihaknya pun optimistis Olimpiade 2031 akan terselenggara dengan baik. (Baca juga: Volunteer Olimpiade Tokyo 2020 Mulai Jalani Pelatihan)
Adapun anggaran, mantan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR ini menjelaskan, secara ekonomi Indonesia memang sedang mengalami kontraksi akibat Covid-19. Sehingga, wajar jika terdapat kekhawatiran terkait kesiapan anggaran dan sarana prasarana (sarpras) pendukung Olimpiade 2032. "Akan tetapi, tahun 2021, ekonomi Indonesia diprediksi sudah mulai pulih dengan PDB yang meningkat 4,5-5,5%," ucapnya optimistis.
Hetifah menambahkan, mengacu pada berbagai riset internasional, ekonomi Indonesia juga diprediksi akan menjadi terkuat ke-4 di dunia pada 10-15 tahun ke depan. Berdasarkan fakta ini, dia semakin optimistis Indonesia tidak akan kesulitan dalam menyusun dan menyiapkan anggaran.
Adapun sarpras, Hetifah mengakui memang ada kekhawatiran berbagai fasilitas olahraga itu akan terbengkalai pasca-Olimpiade 2032. Tapi, pada 2032 mungkin ibu kota negara sudah pindah ke Kalimantan Timur (Kaltim), sehingga perhelatan olimpiade pun kemungkinan besar digelar di ibu kota baru itu. "Nah, mengingat pelaksanaannya diadakan di ibu kota baru, maka di sana tentu sangat minim sarana prasarana. Saya rasa justru Olimpiade ini dapat kita lihat sebagai momentum pembangunan berbagai infrastruktur dan sarpras olahraga yang mendukung ibu kota baru. Dengan begitu, sarpras yang bertaraf internasional tersebut dapat terus digunakan untuk mendukung prestasi atlet kita untuk berbagai cabang olahraga," papar legislator Dapil Kaltim itu.
Dengan demikian, Hetifah menegaskan, peluang Indonesia menjadi tuan rumah sangat besar, mengingat beberapa negara calon lainnya sudah pernah menjadi tuan rumah. Australia sudah dua kali jadi tuan rumah pada Olimpiade 1956 di Melbourne dan 2000 di Sydney. Jerman juga pernah menggelar Olimpiade pada 1972 di Munich. Sementara Seoul, pernah terpilih menjadi tuan rumah pada 1988. Intinya, semua kontinental sudah pernah dan posisi Indonesia cukup kuat sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang bakal menjadi tuan rumah olimpiade.
"Indonesia pasti mendapat sorotan karena setiap benua dan wilayah memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi tuan rumah penyelenggara multievent olahraga terbesar di dunia tersebut. Indonesia sudah membuktikan sukses menyelenggarakan acara internasional seperti Asian Games dan Asian Paragames 2018. Dan tidak kalah penting, Indonesia juga memiliki keunggulan keadaan cuaca maupun suhu yang relatif stabil, keamanan, keramahan, kuliner yang beragam, dan keindahan alam yang tidak dimiliki negara lainnya," pungkas Hetifah.
(cip)